Apa yang terbersit pertama kali di kepala saat mendengar kata Vietnam? Kalo saya, ada dua kata: Komunis dan Ha Long Bay. Bukan tanpa sebab, waktu SD dulu saya selalu merasa horor banget setiap akhir bulan September. Saat itu stasiun televisi belum sebanyak sekarang dan dengan terbatasnya pilihan tontonan, satu-satunya stasiun TV yang ada menyiarkan film mengenai pemberontakan G30S.
Masih terngiang jelas soundtrack filmnya yang menyayat hati dan dalam samar gambar hitam putih ketika itu, saya bisa merasakan adegan sadis yang ada. Adegan yang saya tonton dengan tangan menutupi seluruh wajah namun jemarinya dibuka sedikit. Takut tapi penasaran. Hahaha. Tapi serius, saya takut banget saat itu! Kata-kata komunis, paham komunis, PKI, dan aliran kiri menjadi momok yang ditakuti banyak orang.
Nah, dengan latar belakang seperti itu maka saat kami sekeluarga memutuskan untuk liburan ke Vietnam, hati saya tuh agak deg-deg.an gimana gitu. Negara Komunis, bok! Bakal kayak apa ya di sana?
Namun, saya sepakat sama pepatah lama yang bilang tak kenal maka tak sayang karena ternyata banyak hal menarik yang saya temukan saat perjalanan di sana. Apa saja? Simak terus ya!
Impresi Perdana akan Vietnam
Kesan pertama saat saya mendarat di Hanoi, ibu kota Vietnam ini: bising. Gila, semua orang senang banget membunyikan klakson, kayaknya hidupnya nggak asyik kalo nggak mencet klakson deh. Jadi jangan heran kalau suasananya tuh riuh dan ramai banget. Nggak ada yang ngalangin jalan pun klakson bunyi lho, apalagi ada yang ngalangin jalan, duh makin melengking panjang aja itu klaksonnya bunyi.
Saat itu, kami mendarat cukup larut sekitar jam 9 malam namun kemegahan bandara Noi Boi di Hanoi tetap mencuri perhatian. Luas, bersih dengan eskalator dan lift berjajar. Setelah membeli SIM CARD telepon lokal, kami pun memesan taksi digital untuk mengantarkan ke hotel. Sepanjang perjalanan dari bandara menuju hotel, walaupun di malam hari saya bisa melihat banyak gedung dan rumah-rumah yang memasang bendera merah dengan lambang bintang berwarna kuning. Saya sempat heran dan bertanya kepada pengemudi Grab kami alasan tentang ramainya bendera di mana-mana.
“Is there any celebration or something so there are many flags?”
“No,” jawabnya singkat. Bukan karena sombong tapi memang Bahasa Inggrisnya agak terbatas.
“Why so many people raise the nation flag now?” Tanya saya lebih lanjut. Penasaran.
“They love it.”
Sudah, cuma itu alasannya dan saya pun nggak bertanya lebih lanjut. Lha kalo orang suka gimana? Cuma saya membatin, bukan hari kemerdekaan aja semarak begini, gimana kalau menjelang tanggal 2 September yang notabene dirgahayu kemerdekaan Vietnam ya? Nggak kebayang ramai benderanya seperti apa. Ohya Vietnam merdeka tak lama dari kita lho, sama-sama di tahun 1945, cuma beda bulan aja.

Apakah Ada yang Beragama di Vietnam?
Jangan kira karena negara komunis maka penduduknya tidak beragama lho. Saya baru tahu bahwa di sini banyak tempat ibadah. Memang mayoritas penduduk Vietnam (sekitar 75%) adalah atheis alias tidak memeluk agama namun sisanya menganut agama-agama Samawi dan kepercayaan lokal. Total ada 5 agama di Vietnam (ditulis sesuai besaran penduduk yang memeluknya) yaitu: Katolik, Krsten Protestan, Budha serta 2 agama kepercayaan lokal.
Namun, sebagai negara komunis maka memeluk agama itu ada konsekuensinya. Masyarakat bebas beragama tapi kehilangan hak politik. Artinya mereka yang beragama nggak bisa mencalonkan diri di pemerintahan dan nggak bisa memilih pas pemilu.
Dalam hati saya merasa beruntung banget, kita bangsa Indonesia bebas memeluk agama apapun dan bebas menggunakan hak pilih dalam pesta demokrasi. Semoga selalu begitu ya, Indonesiaku!

Jalan di Kanan, Setir Mobil di Kiri
Yang ini nggak ada kaitannya sama negara komunis sih, tapi menarik untuk saya tuliskan. Jadi di Vietnam itu seperti di Amerika: mobil-mobil jalannya di kanan dan setirnya ada di kiri. Saya sempat beberapa kali salah pilih trotoar buat menyetop mobil Grab karena hal ini. Nggak biasa soalnya. Beruntung Adrian selalu menyeret saya ke jalan, eh ke trotar yang benar. Hehehe.
Lalu karena pengaturan ini, kalau bonceng motor apakah duduknya ke samping kanan juga? Nah, ini saya nggak tahu karena selama saya di sana tuh penumpang motor yang saya jumpai semuanya duduk mekangkang, nggak ada yang duduk menyamping. Pakai rok juga duduknya ngangkang aja tuh, roknya ditarik ke atas gitu, santai, nggak pake malu 😀 . Saya penasaran juga sih, ke mana arah duduk penumpang motor kalau duduk menyamping di Vietnam, ke kiri kayak kita atau ke kanan ya? Yang tentunya ada knalpotnya itu kalo di kanan.


Serba Murah
So far, saya suka suka dengan Vietnam, negara ke-7 yang masuk menjadi anggota ASEAN ini. Memang baru dua kota yang saya sambangi yaitu Hanoi dan Ha Long Bay tapi vibra di sini menyenangkan. Santai dan selo. Biarpun bising karena klakson sama motor-motor yang bersliweran tapi auranya tuh aura leyeh-leyeh. Aura liburan di mana-mana.
Satu lagi yang bikin saya senang adalah apa-apa serba murah. Berasa jadi jutawan karena nilai tukar rupiah lebih kuat dari Vietnam Dong. Sebagai contoh, 500ribu rupiah itu setara dengan 1,2 juta Vietnam Dong. Hahaha, kaya raya, kita! Makanan juga murah dan enak, apalagi baju-baju. Wuiiih pilihannya bervariasi dengan harga miring.
Ohya soal baju ini, di Hanoi banyak orang mengenakan kaos senada dengan benderanya. Warna merah lalu ada bintang kuning. Lalu lalang dengan santai, saya sempat pengen beli buat oleh-oleh tapi diingatkan Adrian kalau belum tentu di Indo boleh pake baju begitu. Maksud Adrian adalah karena kaos tersebut diasosiasikan dengan bendera negara Komunis dan paham Komunis terlarang di negara kita maka mending nggak usah deh. Nggak tau peraturan soal pakai baju kek gitu seperti apa tapi daripada nggak lolos pabean atau malah diciduk pas makenya mending cari aman. 😀 hehehe. Anw, ada yang tau soal peraturan pakai kaos Vietnam gini?
Baca juga:
-
Itinerary Jalan-jalan ke Siem Reap, Kamboja
-
Hampir Gila di Bangkok
-
Tempat Wisata Menarik di Hanoi, Vietnam
-
Serunya Menjelajahi Ha Long Bay
1. Jika memutuskan ke Hanoi kemudian ke Ha Long Bay, maka pilihlah hotel atau akomodasi di daerah Old Quarter sebab paket-paket tur menyediakan penjemputan secara gratis jika kita menginap di daerah itu. Di luar Old Quarter ada tambahan biaya atau kita diminta datang sendiri ke titik temu. Kalo saya, biar nggak ribet atau keluar duit lagi ya udah mending sekalian nginep di old Quarter. Waktu itu kami menginap di Raising Dragon Hotel, ambil family room untuk 3 orang dewasa dan 1 anak-anak tarifnya nggak nyampe 700 ribu/ malam, udah komplit sama sarapan dan ranjang yang empuk.
2. Vietnam Dong bisa didapatkan di banyak Money Changer di Jakarta. Awalnya saya pikir bakal sulit carinya seperti Riel, mata uang Kamboja tapi ternyata enggak lho. Mudah dapatnya. Saya tukar sedikit aja, sekitar 500 ribu rupiah buat jaga-jaga. Maklum baru pertama kali ke Vietnam kan, saya belum tau medannya gimana. Walaupun akhirnya, Vietnam Dong yang saya punya nggak kepake karena saya lebih sering bertransaksi menggunakan Jenius. Pengeluaran lebih teradministrasi dengan baik. #Hari2Jenius seru deh pokoknya. Muach :*

3. Pastikan ponsel selalu memiliki daya baterai, atau paling enggak punya power bank deh. Bukan, bukan buat selfie atau biar instastory jalan terus tapi buat pake Google Translate! 😀 Sedikit penduduk Vietnam yang fasih berbahasa Inggris, jadi kalo ponsel mati bakal susah nanya-nanya karena nggak ada yang nerjemahin. Waktu itu kami keluar lagi dari restoran padahal udah lapar berat karena pelayan bahkan pemilik restonya nggak bisa ngomong Inggris. Saya juga nggak bisa baca menu karena Bahasa Vietnam menggunakan huruf Tien Viet Nam yang terdiri dari 29 alfabet. Penulisannya berbeda dari yang biasa kita ketahui. Jadi yah buat amannya, itu ponsel dengan kamusnya nyalain aja ya! 😀 hahaha.
4. Porsi makanan yang dijual di sini sangat besar. Satu mangkuk Pho yang saya beli bisa dimakan bertiga saking gedenya. Tapi biar begitu penduduknya pada langsing-langsing lho. Heran, ke mana perginya itu makanan ya? Hehehe. Jadi kalau mau memesan makanan, intip-intip dulu porsi meja tetangga, biar pesan sesuai ukuran. Boleh makan semangkuk berdua kok.
5. Kalau bosan makan makanan Vietnam, ada satu restoran Indonesia di luar Old Town yang bisa dikunjungi namanya Batavia Restoran. Full AC, dan restonya luas dengan menu bervariasi dari soto sampai pecel. Hehehe. Rasa otentik! Mirip banget sama di Indo, enak dan harga masuk akal. Pemiliknya adalah orang Indonesia dari Bekasi yang sudah 15 tahun tinggal di Hanoi. Orangnya ramah dan seneng deh bisa ngobrol pake Bahasa Indonesia setelah lidah keriting berusaha ngobrol sama orang Vietnam. Hehehe.

6. Museum banyak yang tutup di hari Senin, jadi kalau mau mengunjungi museum maka bisa pilih hari lain.
7. Lokasi Hanoi sudah dekat banget sama Cina daratan, katanya sih sekarang lagi dijajaki paket-paket tur ke Cina yang berangkat dari Hanoi. Buat yang punya waktu panjang, mungkin bisa intip-intip paket tur begini.
Nah, biar pun cuma 4 hari 3 malam di Vietnam tapi pengalaman di sana yang variatif cukup berkesan. Liburan ke negara Komunis nggak mengerikan kok, saya banyak tau hal baru termasuk soal agama dan benderanya.
Kalau kamu gimana? Sudah pernah ke negara Komunis mana?
Note: Informasi mengenai penyebutan negara komunis ini saya dapatkan dari pemandu wisata kami yang memandu dalam trip ke Ha Long Bay. Sedangkan informasi dari Messa, salah satu teman blogger, Vietnam sudah disebut negara sosialis. Agar informasinya berimbang maka hal tersebut saya tuliskan sebagai informasi tambahan.
Tahun 2014 pas aku ke sana, Vietnam udah disebut negara sosialis lho kak eka
Ohya? Aku ngobrol sama pemandunya (tourist guide) di sana diteranginnya begitu. Entah ada perubahan gimana
Di luar India, ini dia negara yang rasanya pingin aku eksplor dari bawah Selatan sampe ke Utaranya. Banyak banget destinasi yang udah tertanam di kepalaku haha. Poin tipsnya itu aku akan ingat baik-baik, mbak. Ditunggu cerita selanjutnya tentang Vietnam.
Aku belom ke Ho Chi Min ke selatan. Next time pengen jugaaa
Tahun 2009 kalo ga salah ingat aku sama 2 teman ke HCM dan dua kota lainnya. Kaget juga suasananya kayak di Jakarta haha. Trus ada lagi satu kebiasaan mereka, nongkrong di kursi2 kecil trotoar sambil makan pho mangkoknya segede gaban, ada juga yang nyamil buah2an pake piring yang gede minumnya bir. Dan bener, badannya langsing2. Padahal ya ke mana2 naik motor ya. Selama di HCM, seringnya kami malah makan di restoran Malaysia karena nyari yg halal. Pengen suatu hari balik lagi ke Vietnam, ngunjungi kota2 yang di atas.
Iyaaa, duduk pake bangku pendek terus di deketnya ada tempat sampah 😂😂
Wah nabung dulu ni, dah lama pengen ke negara komunis, Pengennya ke rusia, walaupun bukan negara komunis lagi, pengen aja ngerasain sensasinya.. Vietnam atau laos recommend nih kayanya mbak haha
Aku belom ke Laos tapi Vietnam (khususnya old Quarter di Hanoi) itu recommended banget.
jujurnya, beberapa negara komunis yg aku datangin, cuma laos yg berasa banget komunisnya mba. negara kayak vietnam, aku ga terlalu ngerasain malah. mungkin yaaaa krn pas di laos, bendera palu arit itu tersebar di mana2, semua gedung, mobil, motor, apapun kayaknya ditempelin palu arit. sementara vietnam ga terlalu banyak bendera itu. cuma bendera negara mereka aja, yg buatku sih ga terlalu bau komunis hihihihi… aku ga berani sih pake baju gbr palu aritnya, tp aku sempet foto di beberapa tempat di laos yg majang bendera palu arit hahahahah… kapan lagiii kaan :p
ntr ke korut sept ini, aku penasaran nih bakal kayak apa :p. sekuat apa komunis di sana 😀
Hahaha di Indo jangan harap selamat pake baju palu-arit 😂
Ohya aku nantikan ceritamu soal Korut nanti yaaaa
Banyak informasi baru yg saya dapat di post ini seperti agama dan hak politik. Bisa jd bahan penelitian tuh. Hehe.
Seneng kalo bisa bermanfaat
Nah iya. Bahasa Vietnam itu susah dipelajari karena pengucapannya berbeda dari tulisannya. Nggak kayak bahasa Thailand yang versi romajinya udah cukup bagus. Aku bisa lah beberapa kosakata Thailand hehe.
Soal klakson, aku pernah baca bahwa itu adalah cara para pengendara motor itu saling berinteraksi.
Meskipun lalu lintasnya semrawut dan nggilani, tapi menurutku perkotaan di Vietnam lebih rapi dan lebih bersih daripada di Indonesia. Trotoarnya, jalanannya, tamannya, sungainya, pantainya, dsb.
Btw aku juga ada Jenius tapi aku buat nabung karena bunganya gede 😀
Kamu ke kota mana, Nug? Cobain ke Old Quarter deh, apakah opinimu soal lebih rapi dan bersih masih sama? Di sini semrawut banget.
Toss sesama pengguna Jenius!
Ho Chi Minh City, kak. Agak beda kali ya.
Ah aku belom ke HCMC, jadi belum bisa bedain
Aku belom ke Hanoi, jiahahaha
boleh tuh mbak, kalau ke eropa kita jatuh miskin lha ke sana tetiba jadi lebih kaya hahhaaa, mantab ini mah
Hahaha beneeer. Lumayan jadi jutawan, yekan?
Juni lalu akhirnya aku ke Vietnam juga kak, nyusurin dari utara ke Selatan. kalo mau ke Cina daratan lebih dekat lagi dari Sapa or Lo Cai (8/9 jam perjalanan darat dari Hanoi).
Wah ma kasih tambahan infonya kak
klo ada rezeki pengen ke sana
Ayok nabuuung
Kalo pakai tour lokal, tarifnya mahal ga mbak?
Makanan di Vietnam murah2 yah?
Makanan murah semuaaa dan enak. Ssaya nggak cobain tour lokal kecuali ke Ha Long Bay so maaf gak bisa kasih info soal itu.
Kalo ke Halong Bay brp mbak biaya tournya?
Yang 1 day tour 500 ribuan, kalau nginep tergantung berapa hari. Lengkapnya bisa dibaca di: https://ceritaeka.com/2019/05/27/ha-long-bay-vietnam-traveloka-xperience/
Mantappp…. travel blogger sejati…
Hahaha thanks so much