Saya ingat waktu kecil dulu bapak saya hobi banget nonton film terkait perang Vietnam. Mulai dari film Rambo yang fenomenal, The Platoon sampai TV series Tour of Duty. Saking membekasnya film itu dalam memori, sampai sekarang saya masih terbayang helm ijo khas tentara Amerika yang dipakai Terence Knox dan Tony Becker (yang ya amplop waktu muda dulu gantengnya biking ngelus dada). Hahaha. Hampir tiap minggu film dar der dor itu kami tonton bareng. Bikin saya deg-degan, tutup mata ngeri, takut namun juga ada rasa penasaran yang menyelinap tentang apa dan bagaimana Vietnam itu.
Dua puluh tahun berlalu dari film seri TV Tour of Duty dan akhirnya saya berkesempatan untuk mampir ke kota Hanoi. Perjalanan ke ibukota Vietnam itu adalah rangkaian liburan keluarga keliling Indochina yang memang sudah kami rencanakan sebelumnya. Adrian excited banget buat ke Vietnam karena sama kayak bapak saya, ia penggemar film perang. Sementara saya excited karena nilai tukar Rupiah lebih kuat dari Vietnam Dong (mata uang di sana) yang artinya biaya di negara Komunis itu lebih murah daripada di Indonesia. Hihihi. Dimaklumin aja ya, namanya emak-emak senengnya sama yang murah-murah. Hahaha.
Dan benar saja, begitu kami mengambil uang di ATM, duit sejuta rupiah aja bisa dapat hampir dua juta. Hahaha. Saya langsung kipas-kipas bahagia. Berasa orang kaya! 😀
Lalu, apa saja yang bisa dilihat di Hanoi? Kota terbesar kedua di Vietnam yang sekaligus menjadi ibukota negara komunis ini menarik banget buat dijelajahi. Kami berada di Hanoi hanya 3 hari dan 2 hari diantaranya dipakai buat ke Halong Bay, praktis hanya satu hari saja yang bisa dipakai untuk eksplor Hanoi. Mungkin ada yang bilang kalau sehari sih nggak puas, tapi buat saya sih cukup-cukup aja. Dengan keterbatasan waktu yang ada justru kami jadi sangat berhitung menyusun itinerary sehingga hanya mengunjungi tempat-tempat yang menjadi daya tarik utama kota Hanoi saja. Apa sajakah itu?
Itinerary Jalan-jalan 1 Hari di Hanoi
Tempat pertama yang kami singgahi adalah Danau Hoan Kiem yang warna airnya bisa berubah-ubah tergantung sinar sang surya. Jadi warnanya kadang hijau pekat, sesekali terlihat hijau muda atau malah perak berkilauan karena pantulan cahaya mentari. Menggunakan GrabCar kami meluncur ke Danau Hoan Kiem yang merupakan salah satu tempat favorit warga Hanoi untuk bersantai.

Kami sampai di Danau Hoan Kiem setelah 15 menit perjalanan dari Old Quarter, tempat di mana lokasi hotel kami berada. Danau ini nggak terlalu besar tapi di sekelilingnya ada banyak pohon rimbun dengan bangku-bangku menghadap ke danau. Menurut cerita dari mulut ke mulut, kabarnya ada kura-kura raksasa yang kadang-kadang muncul di sini Makanya ada sebuah menara kecil bernama Turtle Tower berdiri kokoh di pulau kecil di tengah danau.
Baca Juga:
1. Tips Membawa Anak Kecil Travelling ke Luar Negeri
2. Tips Naik Pesawat Terbang Pertama Kali Membawa Bayi
3. 15 Kado Uang Tahun untuk Suami
Ngoc Son Temple
Masih di areal Danau Hoan Kiem, berjalan kaki sedikit melewati trotoar yang teduh ke sebelah utara terdapat sebuah kuil bernama Ngoc Son (Kuil Gunung Jade). Semilir angin menemani langkah kaki kami menuju ke kuil. Di sepanjang jalan kami banyak menemui orang-orang yang duduk santai sambil menikmati pemandangan danau di bangku-bangku yang tadi sudah saya ceritakan.

Tak sampai 5 menit kami pun sampai di kuil yang sudah ada dari abad ke-18 ini, konon katanya dibuat untuk memeringati kejadian seorang kaisar yang mengalahkan dinasti Ming dengan sebuah pedang ajaib. Dan karena kemenangan itu maka kura-kura dari nirwana pun bersemayam di Ngoc Son. Makanya, kadang ada orang yang melihat kemunculan kura-kura raksasa di sini. I wish I could see the giant turtle too tapi ternyata keberuntungan lagi nggak mampir. In stead melihat kura-kura saya justru melihat lautan manusia. Kuilnya ramai banget. Hehehe.

Hanoi Opera House
Setelah itu kami berencana ke Hanoi Opera House. Jelas pakai Grab lagi dong. Nunggu 5 menit doang dan Grab-nya datang. Langsung deh cuss ke gedung yang dibangun pada masa penjajahan Perancis itu. Niat hati, saya pengen beli tiket pertunjukan akrobat bambu untuk malam hari selepas strolling around the city. Eh sial, hari itu tutup alias lagi nggak ada pertunjukkan. Yowis, obat sedih, kami pota-poto aja. Hahaha.

One Pillar Pagoda
Selepas dari Hanoi Opera House kami meluncur (lagi-lagi) menggunakan Grab ke One Pillar Pagoda. Wow, Grab di Hanoi itu reliable banget. Supirnya pada tahu jalan dan estimasi penjemputan serta sampai di tujuan relatif akurat. Seneng deh! Jadi tenang jalan-jalannya walaupun bawa balita sama mama saya yang lansia. Dinamakan One Pillar Pagoda karena pagodanya dibuat dari satu kayu tanpa tambahan kayu lain. Ohya lokasi One Pillar Pagoda ini satu area dengan Museum Ho Chi Minh, cuma karena hari Senin maka museumnya tutup. Ya, gpp. Belum rejeki. Hehehe. Tapi nggak kecewa kok karena masih ada satu tempat lagi yang bisa diintip di area ini.

Ho Chi Minh’s Mausoleum
Tempat ini adalah makam dari Ho Chi Minh, pemimpin revolusioner yang sangat berpengaruh di Vietnam. Penjagaanya gila-gilaan ketat dan petugasnya galak-galak. Banyak turis yang kena bentak karena terlalu dekat ke makam yang kayak benteng itu. Ngeliat gitu, akhirnya kami foto agak jauhan aja.
Hari sudah hampir jam 2 siang setelah kami selesai di Ho Chi Minh’s Mausoleum dan perut pun sudah keroncongan. Lihat di peta, ada restoran Indonesia nggak jauh dari sini. Cuma jalan kaki 10 menit dan akhirnya sampai. Istirahat makan sebentar lalu kami pesan Grab lagi menuju ke West Lake alias Danau Barat.

West Lake
Danau yang terkenal sebagai tempat melihat matahari terbenam buat para muda-mudi. Diapit gedung-gedung bertingkat, rasanya kontras sekali duduk-duduk santai sambil makan es krim atau ngemil buah segar di sini.

Tran Quoc Pagoda
Di West Lake ini terdapat sebuah tempat peribadatan Buddha bernama Tran Quoc Pagoda. Meski sedang direnovasi namun pesona pagoda yang berusia hampir 1,5 abad ini tetap memukau jiwa. Rasanya teduh dan adem sekali berada di sini, apalagi di jam-jam tertentu kita bisa menjumpai para biksu yang sedang melakukan ritual doa. Syahdu!
Strolling around Old Quarter
Nah, ini wajib dilakukan kalau di Hanoi. Belum sah ke sini kalau belum Strolling around Old Quarter sambil terkaget-kaget mendengar klakson yang sering terdengar bersahutan. Semua orang sepertinya senang banget membunyikan klakson. Diem aja diklakson, bok! Hahaha. Ohya, di Old Quarter ini kita juga bisa melihat pasar-pasar tradisional yang nggak jauh berbeda sama di Indonesia. Bedanya cuma bahasanya aja yang nggak ngerti tapi kalau nawar-nawarnya sih sama. Hihihi.
Pengalaman Menggunakan Grab di Hanoi, Vietnam
Anw, kami memang sengaja menggunakan Grab untuk keliling kota Hanoi karena setelah dihitung-hitung akan lebih murah dibandingkan menyewa mobil seharian penuh. Jadi di Hanoi tuh beberapa tempat wisatanya ngumpul di satu area. Jika datang ke Danau Hoan Kiem di sini ada 2 hal yang bisa dinikmati: Danau Hoan Kiem sendiri dan Ngoc Son Temple. Lalu di Ba Dhin Square ada 3 tempat wisata yang dikunjungi yaitu One Pillar Pagoda, Museum Ho Chi Minh dan Ho Chi Minh’s Mausoleoum. Mobilisasi menggunakan kendaraan tuh nggak terlalu dibutuhin kecuali mau pindah ke area lain yang lagi-lagi tempat wisatanya bergerombol juga di satu tempat. Dengan pertimbangan seperti itu maka kami mantap menggunakan Grab buat eksplore Hanoi. Lha cuma pindah 2-3 lokasi tapi tetap bisa melihat banyak tempat wisata tentu saja jatuhnya lebih murah pakai Grab dibandingkan sewa mobil seharian. Keputusan yang tepat karena ternyata seru banget lho! Baca sampai habis ya.

Mudah dapat Grab di Hanoi. Mobilnya juga mulus-mulus. Ohya, di Vietnam itu kendaraan jalannya di kanan kayak di Amrik. Jadi ini kami nggak menyalahi aturan ya, justru taat peraturan. Hehehe.
Cara Pesan Grab di Hanoi
Ohya, ternyata proses pesan Grab di Vietnam sama saja kayak di Indonesia. Saya cukup masuk ke apps Grab yang biasa saya gunakan di Jakarta (nggak butuh apps lokal so nggak perlu download apps berbeda), ketik tujuan dan voila dapat deh mobilnya. Nggak nyampe 2 menit langsung dapat mobil dan nggak sampe 5 menit mobilnya udah sampai di hotel. Ohya, pas mau pesan mobil itu, saya lihat armada Grab ada banyak, makanya pas pesan nggak pake lama. Mobil-mobilnya pun baru, bersih dan nyaman.
Soal pembayaran Grab gimana? Kebetulan saya mengoneksikan akun Grab dengan kartu debit sebuah bank dari Indonesia, jadi begitu trip berakhir langsung ditagihkan ke kartu debit. Tapi pembayaran tunai juga bisa menggunakan Vietnam Dong. Bayar pakai USD juga diterima namun ya mesti hitung-hitungan kurs lagi karena biaya yang muncul di apps menggunakan Vietnam Dong. Tarif relatif murah, saya ke mana-mana nggak lewat 25 ribu rupiah saja sekali jalan. Hahaha. Hasyek banget deh!

Pembayaran Grab di Vietnam bisa menggunakan uang tunai, non-tunai dan banyak promo lokal juga lho.
Gimana soal bahasa pengemudi Grab di Vietnam? Hehehe, ini nih yang lucu. Selama di Hanoi, saya baru sadar kalau banyak penduduk Vietnam yang nggak paham Bahasa Inggris: mulai dari pemilik resto, pelayan toko sampe petugas loket tempat wisata. Lalu, di antara yang yang bisa ngomong Bahasa Inggris itu, nggak semuanya fasih, banyak yang aksennya bikin telinga keriting karena nggak jelas. Sumpah, bingung dengernya. Hahaha. Balik ke soal bahasa, total 6x menggunakan Grab di Hanoi, hanya 2x saya ketemu pengemudi yang Bahasa Inggrisnya minim. Yang lainnya bisa ngomong Inggris walau dengan tingkat kefasihan yang berbeda-beda. Jadi secara keseluruhan sih nggak ada kendala bahasa.

Terselamatkan Fitur Translate di GrabChat
Dengan pengemudi Grab yang minim Bahasa Inggris itu pun, saya nggak ada kesulitan sampai di tempat tujuan. Pengemudinya tinggal mengikuti peta saja dan kalau mau nanya-nanya memastikan tujuan ada Fitur Translate di GrabChat. Kalau di Indo kan fitur penerjemahan gini kayak kurang berguna ya, kadang malah jadi bahan lucu-lucuan kalau hasil terjemahannya ngaco. Hayo ngaku siapa yang suka ngakak juga? 😀 Tapi kalo pas di luar negeri seperti di Hanoi yang minim Bahasa Inggris gini, fitur Translate di GrabChat benar-benar bermanfaat. Mulai dari pas pesan sampai trip berakhir. Membantu banget berkomunikasi memberikan kepastian tujuan, dijemput di area mana lengkap dengan landmarks di sekililing dan ciri-ciri kita. Nggak kebayang deh kalau nggak ada Fitur Translate di GrabChat, gimana coba mau ngabarin baju yang dipake apa, saya nggak paham bahasanya dan abjadnya yang keriting kayak sedang menari itu 😀 Hahaha.
Ohya, saya salut banget sama usaha pengemudi Grab untuk ngobrol ngalor-ngidul dengan kami, penumpangnya. Karena tahu kalau kami bukan penduduk Vietnam, saat sudah duduk di mobil, ia coba jelas-jelasin Hanoi sedikit menggunakan Google Translate. Jadi dia ngomong Bahasa Vietnam ke Google Translate yang ada di ponselnya, lalu ada suara cewek yang keluar menerjemahkan. Hahaha. Gemas! Jadi kayak ada penerjemah di dalam mobil gitu. Lucu tapi seru banget, pengalaman pertama saya ngobrol sama orang pakai Google Translate. Hihihi. Anw, bravo buat hospitality pengemudi Grabnya! Di tengah keterbatasan tetap berusaha memberikan pelayanan ekstra.
Different Grab Experience than in Jakarta
Ohya, satu lagi yang menurut saya seru adalah fitur kirim foto di GrabChat. Saya belum pernah pakai fitur ini di Indo tapi pas baru landing di bandara Noi Bai ada banyak banget orang di terminal kedatangan, suasananya riuh, riweh dan ribet. Kami pesan GrabCar untuk ke hotel dan menurut saya pengemudinya cerdas; daripada buang waktu cari-carian, ia minta agar kami kirim foto untuk memudahkan mengenali wajah dan pakaian dengan latar yang terlihat jelas. Awalnya kaget dimintain foto gitu, tapi ternyata hal ini biasa banget di Hanoi. Beberapa kali kemudian kami juga sering diminta kirim foto sama pengemudi Grab sebelum dijemput. Jempol banget deh fiturnya! Memudahkan hidup pas lagi travelling gini. Hahaha.

Senang deh seharian keliling Hanoi pakai Grab karena bisa diandalkan banget. Lucunya, pas saya cek di malam hari ada banyak promo di Grab Vietnam kayak di Indo lho. Diskon macem-macem. Sayang cuma sebentar di sini jadi nggak bisa dipake itu vocer-vocer. Hmmm, apakah itu kode untuk kami balik lagi ke Hanoi? 😀 Hahaha.
Btw intip video ini buat liat keseruan keliling Hanoi pakai Grab:
Menginap di mana di Hanoi?
Kami menginap di Old Quarter, yang bisa dibilang seperti kota tuanya Jakarta. Walaupun harga sewa kamar hotelnya lebih mahal dibanding di luar area ini namun saya sarankan banget buat menginap di sini karena kemudahan akses makanan dan transportasinya. Lalu tur-tur menuju Halong Bay juga memberikan penjemputan gratis untuk hotel-hotel di Old Quarter. Ohya, di Hanoi berlaku banget pepatah ada harga ada rupa, jangan mudah tergiur sama hotel murah daripada nantinya kecewa. Mending bayar sedikit ekstra tapi nyaman.
Serba-serbi Hanoi
Kesan pertama saya akan Vietnam adalah bising. Kota ini ramai dan sibuk sekali. Motor-motor bersliweran tak tentu arah, lalu kayak di Indo aja, trotoar dipake buat jualan sekaligus tempat makan. Pejalan kakinya gimana? Ya jalan kaki bareng motor dan mobil 😀 Mesti ekstra hati-hati. Hihihi.
Sekitar 75% penduduk Vietnam adalah atheis alias tidak beragama, namun meski begitu tetap ada tempat peribadatan di negara Komunis ini. Ada 5 agama yang dianut penduduk di sini yaitu Katolik, Kristen Protestan, Buddha dan 2 agama kepercayaan lokal. Lho kok negara komunis ada tempat ibadah? Iya ada, masyarakatnya tidak dilarang beragama kok namun kehilangan hak politik, dalam arti tidak bisa mencalonkan diri di pemerintahan dan tidak bisa ikut pemilu. Phew!
Hanoi tuh menarik banget buat dieksplore, lain kali jika ada rejeki ke Vietnam lagi saya pengen menjajal Ho Chi Minh City di Vietnam Selatan. Doakan ya! Buat kalian yang berencana ke Hanoi, semoga itinerary keliling Hanoi seharian ini dan juga pengalaman menggunakan Grab selama di sana bisa bermanfaat.
di asia itu kalau transportasi memang asik kalau pakai grab ya kak..
mata uang bisa nyesuaikan sendiri..
Iyaaaaa. Grab penyelamatku lah. Hahaha. Udah pernah cobain Gran di luar Indo?
udah kak, waktu di malaysia..dari hotel ke bandara..jam 5 pagi..lebih murah grab dari pada taxi,
Iyaaaa. Harganya lumayan selisihnya. Bisa buat beli oleh2 hahaha
Ternyata Vietnam juga punya tempat-tempat wisata yg kece ya. Dan ternyata ada Grab juga di Vietnam, kirain kalo cuma ada di Indo doang hehe
Iya, Vietnam ternyata seruuu dan tambah setu karena nyobain Grab di sana hahaha
hanoi belum pernah dan pgn bgt didatangin nanti. sekalian halongbay, da nang, da lat dan sa pa. itu bucketlistku bangettt. aku cm prnh k HCMC dan itu aja bikin puaaas mau balik lg ksana :). dan bener mba, belanja di sana itu bisa gila2an tp hrgnya murah bangetttt hahahahhà .. dan aku suka makanan mereka 😉
Aku malah belom ke Saigon hehehe Da Nang juga mauu
kalau aku memang paling suka lihat pura, pagoda, vihara, netah mengapa apa mungkin karena punya magis tertentu atau warna yang terang
Wah kita cocok jalan bareeeng
Setuju banget, kak. Kita kaya di Vietnam! Nyahahaha.
Oh kalo ke mana-mana naik Grab dan fokus dengan tujuan (maksudnya, nggak terus jalan random di sekitar tujuan) sekarang aku mengerti kamu bisa ke 8 tempat dalam sehari. Apalagi obyeknya berdekatan.
Bener, orang Vietnam bahasa Inggrisnya payah, worse than Thais. Tetangganya, Kamboja, malah pada lancar.
Anyway, Hanoi itu memang 4 musim, kak. Kalo pas spring ada cherry blossom. Kalo pas autumn dedaunan berwarna oranye. Cakep deh!
Wah aku baru ngeh kalo 4 musim lho kirain ya 2 musim kayak kita hahaha
Kalo yg tengah sama selatan iya. Hanoi ini udah deket banget sama Cina.
Beklaaaah. Ke sana lagi pas cerry blossom aaah hehehe
Selamat siang Kak,
saya mau tanya apakah wajib menggunakan sim card vietnam untuk memesan grab?
bagaimana jika menggunakan koneksi pocket wifi tanpa mengganti ke sim card vietnam?
Nggak harus pake sim card Vietnam, selama ada koneksi internet (pake pocket wifi atau apapun itu) bisa kok.
Gampang banget, kayak pake di Indo aja