Bagaimana Seorang Penakut Jadi Berani Jalan-jalan Sendiri Naik GrabCar

Pernahkah kamu menengok ke belakang dan bersyukur banget kalau kita sudah berkembang menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya? Tulisan ini bakal panjang karena berbalut curhat. Jadi siapin cemilan ya. Hehehe.

Baru-baru ini saya melakukan refleksi pribadi mengenai ketakutan saya menggunakan transportasi umum. Sesungguhnya, untuk ukuran digital slave (yang nggak bisa hidup tanpa pegang ponsel 😀 ), saya ini termasuk lambat dalam kefasihan menggunakan transportasi online. Bukan apa-apa, saya punya trauma masa lalu dari SMA yang berbuntut panjang bikin saya nggak berani naik kendaraan umum sama sekali. Bus, metromini dan KRL sudah bubhye dari belasan tahun lalu dan pilihan transportasi saya hanya mobil pribadi atau taksi konvensional (yang kalau pas jam sibuk susah banget dapetnya 😦 )

Kata orang bijak, musuh terbesar manusia adalah rasa takut. Ketakutan membuat kita membatasi diri dan hanya mau ada di zona nyaman. Dan itu bener banget! Teman-teman dekat saya tahu banget soal ini.  Saya selalu ketakutan naik kendaraan umum sendirian sehingga entah sudah berapa acara reuni atau buka bersama yang saya batalkan karena ternyata pada hari H nggak ada mobil di rumah yang bisa saya pakai. Keliatannya sepele ya? Sesungguhnya enggak, karena saat melihat foto teman-teman di Instagram saya jadi jealous.

Kok mereka bisa keluar rumah santai ya? Kok hidupnya enak banget bisa bebas ke mana-mana nggak pake ribet mikir mobil, siapa yang nganterin, siapa yang jemput dan sejenisnya. Lalu saya jadi misuh-misuh sendirian, membuat suasana rumah jadi nggak enak dan bikin Adrian suami saya merasa bersalah karena ia memakai mobil atau tidak bisa antar-jemput saya.  Nggak tahan dengan misuh-misuh saya, sekitar 3 tahun lalu, Adrian pun mendorong saya untuk berani mengambil risiko.

“Kamu kalau mau tetap jalan hang out atau ke mana-mana trus nggak ada mobil atau aku nggak bisa nganterin, mbok coba pake Grab.”

“Ogah. Aku takut.”

“Takut kenapa?”

“Takut aja. Gimana kalau supirnya punya niat buruk? Gimana kalau aku kenapa-kenapa?”

“Enggaklah. Para pengemudi Grab itu kan diuji dulu. Identitas mereka jelas, mobil, SIM dan KTP terdaftar di perusahaannya. Ada sistem rate bintang segala untuk evaluasi layanan mereka langsung.”

“Kamu ini ya!” Suara saya langsung naik karena trauma masa lalu itu muncul lagi di pelupuk mata. “Kamu nggak tahu kan gimana rasanya ada pisau dingin ditempel di leher? Sampe sekarang aku masih inget gimana dinginnya itu pisau! Kamu nggak tahu rasanya lemah tak berdaya dan takut nyawa melayang di tangan orang yang matanya merah, kan? Kalau kamu belum pernah ngerasain, jangan paksa-paksa orang supaya nggak bawa mobil sendiri deh!” Sembur saya panas dengan nada tinggi. Saran saya, jangan pernah kasih ide terlalu berani ke orang yang trauma, yang ada kesemprot kek gitu. Serius.

Baca juga:

  1. Ide kado Ulang Tahun untuk Suami 

  2. 7 Alasan Jangan Meminta Oleh-oleh dari Teman

  3. Tips Travelling Sepanjang Tahun

Tapi Adrian nggak terpengaruh. Ia cuma tersenyum, nggak marah, nggak ngomel melihat saya tiba-tiba meledak. Dalam hati saya bilang kalau sampai Adrian ngomong lagi, maka malam ini dia dapat punggung. I mean that. 😀

“Aku temani kamu naik GrabCar, piye? Biar tahu caranya dan gimana amannya. Kamu cuma belum punya pengalaman aja makanya ketakutan terus.” Adrian masih mencoba membujuk lembut.

“Emoh.” Jawab saya keras kepala.

Dan percakapan itu (untungnya) berhenti sampai di situ. Kalo enggak, sudah pasti Adrian beneran dapat punggung. 😛

Saya sudah lupa sama obrolan itu sampai suatu pagi saat kami sekeluarga hendak pergi liburan ke Bali, Adrian memesan GrabCar buat kami ke airport. Berhubung suasana liburan, saya ogah berdebat. Dari situ saya perhatikan gimana mudah dan nyamannya naik GrabCar itu. Pengemudinya juga sopan. Pengalaman pertama itu begitu mengesankan dan ketakutan saya memudar. Lho, ternyata nggak semengerikan yang saya pikirkan. Memang ya, rasa takut itu bisa mengalahkan segala ego ya, maunya di zona nyaman aja terus 😀 hehehe.

Pelan-pelan saya minta ajari Adrian cara pakai GrabCar. Awalnya masih ditemani, saya pesan GrabCar buat pergi bareng ke gereja atau pergi makan ke restoran di Kelapa Gading. Tapi saya yang pesan! Nggak pake lama, lalu saya berani pergi sendirian dan jalan-jalan ke mana saja saya suka. Bahkan sudah nyobain GrabCar segala di luar negeri pas terakhir kami liburan keluarga ke Vietnam kemarin. Hehehe. Although sadly, sampai sekarang saya masih belum berani sendirian naik angkutan umum macam bus atau angkot. Tapi saya senang, paling tidak dalam 4 tahun terakhir ini saya ada kemajuan pribadi dengan berani naik transportasi online sendiri.

Pengalaman Naik GrabCar
Pengalaman Naik GrabCar, aman, nyaman, tenang, supirnya sopan dan biayanya pun murah. Tenang karena ada fitur keamanan share myride dan SOS Button sama tombol darurat.

 

Lalu, apa alasannya saya memilih GrabCar? Selain karena pengalaman pertama saya yang menyenangkan saat ke bandara itu, saya juga punya alasan lain yang tak kalah penting. Grab itu terpercaya, banyak yang pakai lho, market share-nya aja sampai 65% di Indonesia. Terus tarifnya fixed di awal jadi nggak perlu deg-degan kira-kira abis berapa dan nggak ada booking fee.

Kemudian, armada Grab ada banyak di mana-mana. Di Indonesia sendiri ada di 222 kota sementara di Asia Tenggara ada di 8 negara. Saya baru nyobain di 4 negara sih: Malaysia, Singapura, Vietnam dan tentu saja di tanah air dong. It’s always easy to get ride. Jarang saya menunggu mobil lebih dari 5 menit. Cepat banget dapatnya. Nah, kan sekarang saya sudah gape pake GrabCar sampai tahu sedetil ini. Hehehe.

Fitur-fitur Menarik dari GrabCar yang Nggak Ada di Transportasi Online Lain

  1. Multi stop duh fitur ini tuh favorit saya banget. Well, mamak-mamak rempong macam saya yang abis jemput anak sekolah lalu mesti mampir ambil laundry, ke kantor pos kirim invoice, terus berhenti di convinience store beli roti tawar buat sarapan pagi besok, sangat terbantu sama fitur ini. Sekali jalan banyak berhentinya! 😀 hahaha.
  2. Lalu bisa ganti destinasi (Change Destination) pada saat mobil udah jalan. Pernah nih waktu itu saya dan adrian pergi meeting mencar-mencar dan Basti (anak kami) dititip di rumah mama. Kesepakatannya, kelar meeting saya yang akan jemput Basti di sore hari karena biasanya Adrian selalu selesai lebih malam. Nah, kelar meeting saya langsung pesan GrabCar dan diarahin ke rumah mama dong, eeh begitu masuk di dalam mobil baru ditelepon Adrian kalau mereka berdua udah di rumah. Adrian yang jemput karena meeting-nya batal. Langsung deh saya ganti destinasi ke alamat rumah sendiri. Nggak pake ribet.
  3. #AutoTembus Ganjil-Genap. Nggak usah kuatir soal jalan-jalan protokol yang menerapkan peraturan Ga-Ge, algoritma GrabCar udah membaca itu semua. Janjian di hari apa aja, nggak masalah. Yeay!
  4. Fitur lain yang saya senangi adalah pilihan jenis kendaraan dan servisnya ada banyak. Tersedia 4 seat or 6 seat cars. Ini menyenangkan banget, so pas mau ke bandara dan bawa koper segambreng bisa pesan mobil yang muat banyak dan punya kapasitas bagasi sampai 80kg. Dengan begini, perjalanan tetap nyaman dan aman, nggak sempit-sempitan.
  5. Lalu yang paling bikin hepi, sekarang GrabCar sudah beroperasi resmi di bandara dan bisa GrabNow Airport Kelar long haul trip, nggak perlu capek nunggu lama, bisa langsung cuss pulang ke rumah. Layanan ini sudah ada di Bandara Soekarno-Hatta, Bandara Halim Perdanakusuma, Bandara Husein Sastranegara (Bandung), dan Bandara Sultan Mahmud Badruddin II, (Palembang). Semoga nambah lagi bandaranya ya.

Mudahnya Memesan GrabCar

Hal lain yang membuat saya memilih GrabCar adalah begitu mudahnya pake layanan ini. Seperti yang tadi saya bilang, saking gampangnya liat Adrian pesan GrabCar ke bandara, saya yang awalnya masih ragu-ragu jadi tertarik sama Grab. Wong tinggal buka apps, ketik tujuan, lalu klik book, dan abis itu mobilnya datang deh.

GrabChat dan POI System yang Bikin Makin Nyaman Pake GrabCar

Ditambah lagi ada fitur GrabChat yang makin bikin lancar. Pake fitur ini, bisa ngabarin pengemudi landmark yang deket sama rumah itu apa atau bisa infoin baju yang kita pakai biar nggak cari-carian. Kalau di tempat umum, sekarang ini ada POI System yang memudahkan kita memilih titik penjemputan. Berguna banget pas saya pesan GrabCar di mall, nggak bingung lagi janjian sama pengemudi karena sekarang ada pilihan mau di lobby mana. Jadi nggak buang waktu,  lebih cepat ketemu sama pengemudi.

Grab udah nambahin banyak banget titik penjemputan POI System di peta jadi nggak ribet cari-carian sama pengemudi.

Pernah nih saya dan Adrian curi-curi kencan ke AEON Mall JGC. Basti yang lagi tidur kami tinggal di rumah sama ibu mertua. Lagi asyik-asyik ngopi, eh tiba-tiba bumer bilang kalau Basti bangun dan nyariin kami. Wah, langsung panik dan pesan GrabCar. Tapi, tau kan kalau area AEON Mall JGC itu luas banget bahkan sampe ada ferris wheel segala? Bisa stress cari-carian sama pengemudi nih, untungnya ada POI system yang bisa langsung janjian pick up point. Bisa cepat sampe hotel lagi dan Basti nggak nangis kelamaan nunggu. Thank God!

Fitur Keamanan di Grab

Poin berikutnya adalah soal safety. Sebagai orang yang punya trauma sama kendaraan umum maka keamanan adalah hal yang paling utama saya sorot. Dan GrabCar memenuhi standar pribadi saya terkait keamanan. Kenapa? Karena Grab menjadikan keamanan adalah prioritasnya baik bagi pelanggan maupun mitra pengemudi. Grab bahkan berinisiatif bekerjasama dengan Komnas Perempuan meminta masukan soal standar keamanan bepergian dan juga mengedukasi mitra pengemudi. Cakep!

Kemudian fitur-fitur keamanan di Grab juga membuat saya merasa aman. Fitur apa aja itu?

Fitur GrabCall dan GrabChat juga bikin tenang karena nomer hape kita disamarkan (masking). Nggak perlu kuatir nomer disalahgunakan. Kalo kontak sama pengemudia bisa di apps.

Mulai dari soal privasi nomer telepon dulu deh. Pemesanan semua taksi online itu nggak terlepas dari nomer ponsel karena apps kan terhubung ke sana. Bagusnya di Grab tuh, baik nomer kita atau nomer pengemudi diacak dan disamarkan (Number Masking). Tetap bisa kirim pesan pakai GrabChat dan telepon pakai GrabCall tapi di luar itu nggak bisa saling kontak. Menurut saya ini hal yang sangat mendasar soal privasi. Nomer ponsel pribadi kita nggak kesebar ke mana-mana.

Kemudian Grab memastikan kita mendapatkan bantuan di saat membutuhkan dengan adanya SOS Button di dalam apps yang merupakan jalan pintas yang bisa kita gunakan dalam keadaan darurat/bahaya. Amit-amit, saya sih berharap jangan sampai kita pakai tombol ini, ya. Tapi jika merasa diri kita dan pengemudi dalam bahaya, jangan ragu pake fitur ini. For sure, hal pertama yang kita lakukan adalah pencet tombol ‘Beritahu Petugas Keamanan Grab’. Dengan begitu kita mengirimkan sinyal peringatan bahaya ke petugas keamanan eksternal yang akan coba hubungi kita atau kalau dipandang perlu bakal kontak kepolisian segala.

Baca juga:

1. Pengalaman Naik Grab di Luar Negeri

2. Cara Liburan Hemat ke Malaysia

3. Tempat Wisata di Singapura untuk Mengisi Liburan Sekolah

Lalu ada juga fitur Share My Ride sehingga kita bisa kasih tau keluarga posisi kita secara real time selama perjalanan pakai Grab. Nanti mereka akan dapat info juga soal nopol kendaraan, jam pemesanan, lokasi penjemputan dan tujuan perjalanan. Lengkap deh, jadi nggak perlu kuatir lagi.

Yang saya salut dari Grab, soal keamanan ini nggak cuma buat pelanggan kayak kita lho. Tapi Grab juga memastikan keamanan dari segi pengemudi. Minimal 1x/hari pengemudi mesti selfie untuk memastikan bahwa yang membawa mobilnya adalah pengemudi yang memang terdaftar. Nice.

GrabCar itu memudahkan hidup saya banget deh. Fiturnya banyak membantu, mulai dari pintong tempat meeting (change destination), multi stop sampai rasa aman dengan fitur Share my Ride dan SOS Button. Belum lagi banyak diskon dan rewards, duh, bikin makin cinta! Hahaha.

Selamat hari Jumat, Sobat CE! Layanan Grab apa yang paling kamu suka?

 

Iklan

28 respons untuk ‘Bagaimana Seorang Penakut Jadi Berani Jalan-jalan Sendiri Naik GrabCar

Add yours

  1. Saya juga penakut banget mbak naik angkutan umum, apalagi pas setelah menikah dan punya bayi. Tapi dikit dikit rasa takut harus saya libas, klo engga justru ngga bisa kemana2 ya. Dan entah kenapa saya levi prefer ke Grab dari taksi konvensional sebelah hihihi. Jadi numpang curcol deh..

    1. Memang kalau masalah trauma tu sulit, terkadang orang anggap sepele tapi bagi kita menjadi hal besar n menakutkan, selamat ya sob uda nggak trauma n barani naik GrabCar 🙂

      Klo ane pernah trauma saat ngeliat gelas jadul yg ada setiker aladin

  2. memang rasa trauma tidak bisa cepat pulih. namun kita harus berani lawan. sekarang mah transportasi udah nyaman apalagi di jakarta. coba tengok cewe2 jam 2 pagi berani pegang hp di pinggir jalan nunggu ojol or taxi OL. driver macam2, langsung lost income mereka.

          1. kalo aku sih trauma duduk lama di pinggir jalan nunggu bus. secra pernah di hipnotis. ludes dehh hp n95. ehh benr gak sih n95? yg agak mahal pokoknya (sombong). habis itu sekarang mah saya jawab seperlunya aja klo ada yg tanya. lainnya langsung menghindar.

              1. sekedar jawab aja. kalo dah nanya2 mau kemana, lg nunggu siapa langsung kabur aja. hahahaha. kec lg di tempat umum kyk sekolah,RS dll. klo di jalanan jawab singkat aja. ngeri takut di hipnotis lg. hahahauaua

  3. awalnya akupun begitu kak, ada ketakutan tersendiri naik taksi online. Tapi lama-kelamaan karena butuh dan memang berpikiran positif akhirnya terbiasa aja. Kalau grabcar pernah naik, sekarang belum naik lagi nih, jadi belum tahu ada fitur apa saja yang baru. Coba cek ke aplikasi deh

  4. aku termasuk ygblm mau naik grab car ato go car sendirian.hrs ada temenny.. slama ini seringnya grab bike ato go ride sih.. kalo itu aku ga masalah naiknya.. tp kalo udh model CAR, msh ttp lbh milih taxi biasa :). msh blm nyaman aja.. ngerti sih, para taxi daring ini keamanannya udh bgs, tp aku ttp lbh suka naik taxi konven kalo kemana2 yg butuh mobil.

    1. Aku awalnya dulu gitu tapi karena kalo pas jam sibuk pilihan GrabCar lebih banyak jadi aku nyobain pake.
      Kamu ada pengalaman trauma apa same gak berani naik angkutan umum?

  5. aku mah dulu suak gak suka naik opang, tapi sekarang dg adanya ojol jd suka karena merasa aman, kalau ada apa2 bisa lapor ke perusahaan

    1. Salah satu faktor keamanan lain dari Ojol memang karena adanya perusahaan yang bisa kita laporin kalo kenapa-kenapa. Hehehe. Biasanya naik Ojol buat ke mana nih?

    1. Bukan Grab-nya tapi aku berusaha bangkit dari traumaku (walo butuh sepuluh tahun lebih) hahaha. GrabCar jadi latihanku buat berani jalan sendiri. Pelan-pelan latihan semoga nanti berani lagi naik bis sendirian.

  6. wah sampe gitu ya mbak parnonya

    iya sih mbak aku yang lalik aja sempet trauma naek angkot dan kendaraan umum gegara dulu pernah hampir mau diculik sama sopirnya pas smp (kayaknya sopirnya kelainan, you know lah)

    tapi pas aku coba belajar naik kereta api sendiri eh jadinya keterusan
    yang penting selalu simpen no darurat dan tetep fokus aja pas di perjalanan dan nggak bukak barang berharga.

    kalo grab car emang juara
    sekarang malah ada fitur sewa berjam-jam dengan promo murah ya

    1. Nah kaaaan 😭 emang bikin panas dingin kalo trauma itu. Btw untung ya kamu lolos dari supirnya. Serem banget. Kamu masi trauma angkot, gak?
      Iya, seneng sekarang bisa sewa dengan durasi jam tertentu.

  7. Kalau ga salah di grab juga ada fitur yang level priority-nya (kalau kita sering pake) jadinya juga dapet abangnya yang rating bintangnya bagus. Jadi ngerasa lebih safe sih. Hehe.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: