Ke Malaysia enaknya ngapain? Kebanyakan sih akan menjawab wisata kuliner atau strolling around Kuala Lumpur, tak lupa berpose di depan Menara Kembar Petronas. Hayo siapa yang begini? Namun tahukah kamu kalau di tahun 2018 lalu terdapat 700 ribu orang dari Indonesia yang berobat ke Malaysia?
—–
Experience Malaysia Healthcare Service
Deru pesawat MH0712 terdengar nyaring di telinga. Saya membetulkan posisi duduk sambil menunggu pesawat lepas landas dengan Simbok Venus dan Sefiin yang duduk di sisi kiri dan kanan saya. Selama tiga hari yaitu 1-3 Mei 2019 saya berada di Kuala Lumpur memenuhi undangan dari Malaysia Healthcare Travel Council (MHTC) bersama beberapa rekan blogger dan media lainnya untuk merasakn bagaimana pelayanan medical tourism di negeri jiran ini.
Hmmm, medical tourism….
Pikiran saya melanglang buana mencoba mencari tahu apa dan bagaimana maksudnya medical tourism yang padanan katanya di Bahasa Indonesia adalah wisata kesehatan. Kesehatan dijadikan wisata? Tunggu, tunggu… Lagi mau ke RS tapi berwisata? Eh, ini gimana sih? Saya terrsenyum, ada banyak pertanyaan yang menggantung di udara, yang senangnya akan segera terjawab di Malaysia nanti.
Setelah perjalanan kurang lebih 2 jam, pesawat dari maskapai Malaysian Airlines tersebut mendarat mulus di Bandar Udara KLIA 1. Kami bergegas untuk keluar namun baru sampai di Gardabarata kami sudah disambut senyum-senyum ramah dari pihak MHTC. Setelah memastikan bahwa kami semua sudah berkumpul dan tak ada yang tercecer, lalu kami dikawal menuju ke konter bea cukai dan imigrasi dengan akses khusus yang cepat. Saya terpana dengan pelayanan ini, rasanya jadi kayak tamu VIP.
“Is this the standard procedure for you to pick up people at the aerobidge? For what I know the area is restricted.” Tanya saya penuh penasaran kepada Fatiha, salah satu staf MHTC.
“Ah, cakap Melayu saja. Saya bisa Bahasa Melayu,” jawab Fatiha ceria. “Untuk pasien internasional yang datang ke Malaysia, bise dapet pelayanan MHTC ini. Dijemput langsung di gardabarata dan jika membutuhkan langsung disiepken kursi roda atau pertolongan lainnya,” ujarnya menjelaskan dengan logat Melayu yang kental.
Saya mengangguk-angguk mendengarkan. Layanan penjemputan seperti ini tentu saja akan memudahkan pasien dan keluarganya, MHTC yang sibuk sementara keluarga bisa fokus pada pasien. Dan petugas yang dapat berbahasa Melayu akan meminimkan kendala komunikasi pasien Indonesia. Nice.

Selepas konter bea cukai dan imigrasi, kami diantar menuju lounge MHTC. Begitu melihat ruang tunggu dengan semburat warna merah, saya jadi teringat pada liburan keluarga kami ke Kuala Lumpur pada Oktober 2018. Waktu itu sempat bingung, ini lounge apa ya. Baru tahu sekarang kalau ini adalah lounge yang dapat digunakan sambil menunggu datangnya ambulans yang akan membawa pasien ke rumah sakit atau ke tempat akomodasi.
Dalam hidup ini, nggak ada yang kebetulan ya? Rasa penasaran saya akan lounge ini di 2018 terjawab di 2019. Hehehe. Namun untungnya jawaban rasa penasaran saya akan apa itu tepatnya medical tourism tidak perlu menunggu lama, langsung terjawab saat bertemu dengan Sherene Azli, CEO Malaysia Healthcare Travel Council (MHTC) yang ngobrol santai pada sesi tanya jawab serta jamuan makan malam sesudahnya.

Malaysia Healthcare Travel Council (MHTC) dan Medical Tourism
Dalam kesempatan tersebut saya jadi memiliki pemahaman yang lebih dalam mengenai medical tourism. Jadi, layanan kesehatan di Malaysia saat ini sedang naik daun dan menjadi rujukan banyak negara-negara Asia seperti Vietnam, Myanmar, Filipina, Cina, India dan tentu saja Indonesia. MHTC adalah lembaga pemerintah di bawah Kementerian Keuangan untuk memfasilitasi para pasien (atau bisa disebut juga wisatawan kesehatan) yang akan berobat ke Malaysia dan bertanggung jawab mengelola perjalanan wisata kesehatan negara. Dibentuk pada tahun 2009 oleh pemerintah Malaysia yang menaruh perhatian tinggi untuk wisata kesehatan atau Medical Tourism.
Malaysia dengan total 200 rumah sakit swasta (tidak temasuk klinik gigi dan pusat kesehatan & wellness) menawarkan kepada pasien atau wisatawan yang berkunjung dengan tujuan kesehatan sebuah perjalanan tanpa batas menuju pemulihan. Bukan sekedar perawatan medis biasa, MHTC menawarkan sebuah pengalaman wisata kesehatan dari awal sampai akhir yang bebas hambatan (seamless).
Lalu pertanyaannya adalah kenapa berobat di Malaysia? Apa yang membuatnya lebih baik dari negara lain?
Memiliki Layanan Berkualitas Dunia
Well, saat kita bicara kesehatan itu artinya tidak ada celah untuk main-main karena berkaitan erat dengan nyawa manusia. Dan pelayanan kesehatan di Malaysia memiliki kualitas berkelas dunia dibuktikan dengan akreditasi dari banyak lembaga nasional dan dunia, beberapa di antaranya adalah Australian Council on Healthcare Standard (ACHS), Reproductive Techonology Acccreditation Committe (RTAC), Malaysia Joint Commission International (JHI), Malaysian Society for Quality in Health (MSQH) dan agensi lainnya yang berada di bawah naungan International Society for Quality in Healthcare (ISQua).
Selain itu standar kualitas dan keamanan di rumah sakit swasta di Malaysia dipantau dan diatur teliti oleh Kementerian Kesehatan Malaysia. Kemudian keselamatan dan perawatan pasien dipantau ketat oleh Kementerian Kesehatan Malaysia menggunakan UU Layanan Fasilitas Kesehatan Swasta tahun 1998.
Soal standar pelayan kesehatan ini saya mengalami secara langsung saat berkunjung ke Pantai Hospital Kuala Lumpur, mulai dari fasilitas serta pelayanannya yang mengesankan. Baca kisah lengkapnya di bagian akhir artikel ini ya.
Baca Juga:
1. Janji Menua Bersama di Batu Caves
2. Yang Terkenang antara Penang-Kuala Lumpur
3. Warna-warni KLCC di Malam Hari
Biaya yang Lebih Terjangkau
Beda dengan liburan yang bisa kita prediksi kapan berakhir jadi kita bisa perkirakan berapa total uang yang keluar tapi kalau sakit kan nggak begitu. We never know when will this be over, Puji Tuhan kalau bisa cepat keluar dan sembuh total. Tapi kalau tidak? Tentu kita perlu berhitung dengan cermat terkait anggarannya.
Biaya yang lebih terjangkau juga menjadi salah satu alasan untuk berobat ke negeri jiran ini karena Kementerian Kesehatan Malaysia menetapkan batas tarif tertinggi untuk setiap perawatan kesehatan. Jadi nggak perlu kuatir biayanya digelembungkan atau di-mark-up. Apabila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, harga pelayanan kesehatan di Malaysia lebih rendah. Juga apabila dibandingkan dengan Amerika Serikat, wisatawan kesehatan bisa berhemat hingga 60-80% biaya perawatan. Sayang saya belum mendapat data perbandingan biaya kesehatan di sana dengan di Indonesia, jika sudah ada akan saya update di sini ya.
Negara Ramah Muslim
Sebagai negara Muslim, Malaysia menyediakan produk medis seperti benang bedah dan vaksin yang bebas dari bahan hewan babi. Selain itu rumah sakit hanya menyajikan menu halal dan tempat ibadah (ini penting). Nggak pusing cari tempat salat di mana, ibadah kan bikin hati tenang ya.
Kenyamanan Pasien & Care Giver; Mudah Cari Makanan Halal dengan Harga Ekonomis
Biasanya jika berobat ke luar negeri, pasien akan ditemani keluarga atau pendamping pasien (care giver), oleh karena itu pengeluaran serta kenyamanan pendamping selama perawatan adalah faktor penting yang juga harus diperhitungkan.
Nggak mudah lho jadi pendamping orang sakit, selain mesti kuat mental untuk terus menyemangati pasien juga harus menjaga kesehatan fisik diri sendiri. Dan hal ini ditangkap dengan baik oleh rumah sakit dan pusat kesehatan di Malaysia. Mereka menyediakan ruang tunggu yang nyaman, memberikan rekomendasi rumah, apartemen, atau hotel dengan akses yang mudah untuk bolak-balik ke RS.
Selain itu sebagai negara Muslim dan serumpun dengan Indonesia, kita nggak bakalan kelaparan karena gampang banget mendapatkan makanan halal yang sesuai dengan lidah kita. Dan berita baikanya adalah… Harganya terjangkau! Well, sebagai perbandingan, tiga puluh ribu rupiah jika ditukarkan Ringgit Malaysia sudah bisa makan siang lengkap sementara di Singapura baru dapat makannya saja tapi belum tentu minumnya. Hehehe. Untuk menu sendiri ada banyak pilihan, mau nasi lemak sampai lontong juga ada. Jadi care giver nggak terlalu homesick bisa fokus mendampingi pasien untuk kesembuhannya.
Kemudahan Komunikasi
Malaysia menggunakan Bahasa Inggris dan Melayu dalam kegiatan sehari-hari. Jadi, kita sebagai orang Indonesia nggak perlu kuatir nggak bisa berkomunikasi dengan suster atau jadi bingung saat dokternya menerangkan. Pasien bisa memilih mau menggunakan bahasa apa. Penerjemah juga akan disediakan kalau dibutuhkan. Hal ini sudah saya alami langsung saat penjemputan di gardabarata.
Anw, Malaysia yang memiliki tiga etnis besar yaitu Bumiputera, Cina dan India juga memberikan pelayanan dalam bahasa Cina dan India dengan dialek standar. Nggak berhenti sampai di situ, bahkan saat saya berkunjung ke Pantai Hospital Kuala Lumpur mereka memiliki dokter yang dapat berbahasa Jepang dan Taiwan. Wow, impressive!
Cara Berobat ke Rumah Sakit di Malaysia
Tidak sulit kok untuk berobat ke Rumah Sakit di Malaysia, namun tentu saja harus mengikuti prosedur dengan seksama. Saya sarikan dibawah ini bagaimana cara berobat ke Rumah Sakit di Malaysia dengan menggunakan layanan MHTC:
- Hubungi perwakilan MHTC di Indonesia untuk konsultasi jika belum tahu mau berobat ke mana di Malaysia. Jika sudah tahu rumah sakit mana yang dituju maka bisa langsung ke step
- Setelah memutuskan layanan kesehatan yang diambil, segera membuat jadwal keberangkatan dan bekerja sama dengan pihak rumah sakit. Ada banyak penerbangan langsung ke Kuala Lumpur dari kota-kota di seluruh Indonesia, mulai dari yang LCC seperti Air Asia, Batik Air, sampai Scoot dan juga penerbangan dengan layanan penuh seperti Garuda, Malaysia Airlines, SQ dll. Banyak pilihan penerbangan yang harganya bisa dipilih sesuai bujet yang ada.
- Beritahukan kepada MHTC jadwal kedatangan di Malaysia untuk mendapatkan layanan fasilitasnya.
- Begitu mendarat, akan ada petugas MHTC dengan papan nama yang menunggu di Garbarata dan mengantarkan kita melalui jalur cepat ke konter imigrasi dan bea cukai. Jika kondisi pasien sudah kesulitan maka bisa langsung minta disediakan kursi roda saat itu juga.
- Selesai di konter imigrasi, pasien akan diantar ke Lounge MHTC (ruang tunggu eksklusif) yang ada di bandara. Jika di KLIA 1 lokasinya ada di Gerbang Kedatangan 8: posisinya di pojok paling kiri dari pintu kedatangan. Di sini pasien bisa istirahat sambil menunggu ambulans penjemputan menuju rumah sakit atau akomodasi yang ditunjuk.
- Sambil menunggu penjemputan, pendamping pasien bisa berkonsultasi kepada petugas di sini terkait SIM CARD telepon dan hal-hal lain.



Layanan (Fasilitas) dari MHTC yang Mempermudah Pasien dengan Perawatan End-to-End Bebas Hambatan
Keberadaan MHTC ini sangat memudahkan para pasien karena dapat memberikan informasi mengenai layanan kesehatan di Malaysia seperti perawatan medis, akomodasi dan perjalanan. Konsultasi bisa dilakukan via email atau Whatsapps dan tim yang berpengalaman akan langsung membantu memberikan informasi sesuai kebutuhan wisatawan. Nggak perlu sungkan juga untuk memberitahukan bujet yang kita punya agar informasi layanannya bisa disesuaikan.
Selain informasi, MHTC juga memberikan layanan wisata kesehatan bebas hambatan (seamless) mulai dari layanan penjemputan di Gardabarata saat kedatangan di bandara, fast access saat imigrasi, lounge, hingga pendampingan ke Rumah Sakit. Saat ini terdapat 79 rumah sakit swasta yang bermitra dengan layanan MHTC, 21 diantaranya adalah rumah sakit elit dan 58 lainnya adalah rumah sakit kategori biasa. Klik di sini untuk daftar mitra MHTC.
Baca juga:
1. Liburan Hemat ke Kuala Lumpur
2. Jalan-jalan sama Mama ke Malaysia
3. Menikmati Kuala Lumpur dari Petronas Tower
Berapa biaya menggunakan layanan MHTC ini? Tidak dipungut biaya tambahan mulai dari konsultasi hingga penggunaan lounge jika rumah sakit yang dituju sudah bermitra dengan MHTC.
Menurut saya pribadi, layanan MHTC ini benar-benar membantu lho. Pasien kan sudah dalam kondisi kurang sehat maka perjalanan dan waktu transitnya harus dibuat senyaman mungkin. Pendamping pasien juga nggak kalah pusing memikirkan sakit anggota keluarga jadi layanan yang ramah, penuh senyum dan kepastian bahwa semua proses perjalanan ini akan berjalan dengan lancar akan mengurangi beban mental tersendiri. Slogan Quality Care for Your Peace of Mind yang diusung oleh MHTC benar-benar saya rasakan secara nyata.
Mengunjungi Pantai Hospital Kuala Lumpur
Pada hari kedua, saya mengunjungi Pantai Hospital Kuala Lumpur yang terkenal dengan layanan onkologi (pusat kanker) dan neurologi. Salah satu rumah sakit elit di Malaysia yang berdiri dari tahun 1974 dan memiliki 14 cabang ini memberikan pengalaman baru yang berbeda.

Saya pribadi selalu merasa tidak nyaman jika mengunjungi rumah sakit, ada bau khas yang langsung membuat saya ciut namun atmosfir di Pantai Hospital Kuala Lumpur ini sangat lain. Ada rasa hangat yang menyapa mulai dari lobby, resepsionis hingga ke lorong-lorong bangsalnya. Terasa rileks dan tidak mengintimidasi.


Fasilitas dan peralatan medis jelas yang terbaru, dengan menggunakan komputer untuk mereview dan memberikan medical record. Pantai Hospital Kuala Lumpur didukung oleh 200 dokter spesialis untuk melayani lebih dari 20.000 pendaftaran pasien setiap tahunnya. Iya, ini adalah salah satu rumah sakit yang ramai dan menjadi favorit karena servis dan dokter-dokternya, terlebih fasilitas untuk layanan penyakit kankernya sangat lengkap. Bukan saja dari segi peralatan namun juga dari segi personal touch.
Salah satu pojok penuh tulisan semangat dari dokter, suster, tenaga medis dan pasien lainnya untuk menyemangati pengidap kanker. Mata saya sempat berkaca-kaca saat membaca satu per satu kata-kata encouragement yang terpampang di sini. Selain peralatan mutakhir, personal touch seperti ini akan sangat membantu pasien untuk semangat lagi.
Untuk pasien internasional disediakan lantai khusus lengkap dengan ruang meeting yang dapat digunakan pasien yang harus berobat namun janji bisnisnya tidak dapat menunggu. Saat saya mengunjungi lantai internasional, beberapa pasien mancanegara terlihat duduk mengantri dengan tertib. Saya tidak tahu asalnya dari mana namun melihat ciri fisik dan bahasa yang digunakan sepertinya mereka berasal dari Filipina.

Ohya, banyak pasien dari Indonesia (biasanya datang sekeluarga) yang melakukan medical check-up di sini karena bisa dilakukan hanya dalam satu hari. Jadi bisa punya banyak waktu untuk jalan-jalan sesudahnya. Wah, idenya menarik juga dan bisa dicontek nih. Sekali mendayung 2 pulau terlampaui: cek kesehatan sekalian berwisata.
Selain Pantai Hospital, saya juga mengunjungi Sufert International Fertility Centre, sebuah klinik kesuburan reproduksi. Pengalaman di sini akan saya tuliskan terpisah karena sangat menarik dan membekas di hati. Semoga ada waktu! Hehehe.
Jenis Prosedur Layanan Kesehatan yang Diminati di Malaysia
Menurut CEO MHTC, Sherene Azli, ada banyak sekali jenis layanan kesehatan yang bisa kita akses di Malaysia. Mulai dari pemeriksaan kesehatan umum (medical check-up), ortopedi, kardiologi, onoklogi, In-Vitro Fertilisation (IVF/Bayi Tabung), Neurologi, Dental, hingga bedah kosmetik.
Saya juga baru tahu kalau layanan bedah estetika di Malaysia juga diminati. Selama ini kiblat bedah plastik kan ke Korea, hmmm, jadi penasaran gimana layanannya. Semoga lain kali bisa berkunjung ke tempat bedah plastiknya dan sekalian merasakan operasi plastiknya di payudara. Udah kendor nih abis menusui. Eh, lho kok gitu? 😀 hahaha.
Sementara untuk IVF sendiri, di tahun 2019 MHTC akan mencari 10 pasangan dari Indonesia untuk mencoba layanan bayi tabung. Semua biaya akan ditanggung oleh rumah sakit dan didukung penuh oleh MHTC. Program ini diinisiasi oleh IDI yang perwakilannya juga hadir di jamuan makan malam hari pertama. Program seperti ini sudah sukses dijalankan terlebih dahulu di tahun sebelumnya dengan pasangan dari Cina. Saya doakan semoga 10 pasangan dari Indonesia tersebut juga sukses dan lancar dan bisa segera meminang buah hati impiannya. Ada amin?
Tiga hari perjalanan yang memperkaya pengalaman. Terima kasih MHTC dan semoga sharing perjalanan ini dapat bermanfaat buat pembaca CE!
Note: Saya diundang dan semua biaya perjalanan ditanggung oleh MHTC namun tulisan di artikel ini adalah opini pribadi setelah merasakan layanannya.
Informasi Penting:
Alamat Kantor Perwakilan Malaysia HealthCare di Indonesia:
International Financial Centre 2, Level 33, Unit 41,
Jalan Jenderal Sudirman Kav 22-23, Jakarta Selatan 12920.
Ph. +6221 80869422/23
M. +62 812 8971 0029
Email: callcentre.IDN@htc.org.my
Kantor MHTC di Malaysia:
Menara Kembar Bank Rakyat,
Jalan Rakyat, Tower 2, level 28, lot 28-01, Kuala Lumpur, 50470
Pusat Panggilann MHTC di Malaysia yang bertugas melayani segala pertanyaan mengenai medical tourism : 1-800-188-688 (untuk Malaysia) atau +603 272 68 866 (untuk luar Malaysia). Beroperasi pada hari Senin-Jumat pkl. 09.00-18.00 (GMT +8) alias lebih cepat satu jam dari WIB atau sama dengan WITA jika di Indonesia.
Social Media MHTC
IG: @medtourimmy.id
FB: mhtcmalaysia
Bener kak Eka, enggak ada yg kebetulan di dunia ini 🙂
Iya, jawaban Tuhan tuh, tidak, iya, tunggu. Hehehe. Aku dapat yang tunggu nih. Baru tau jawabannya beberapa bulan kemudian hehehe
Luar biasa tulisanmu kak! Paket komplit!
Ini belum masukkin yang IVF 😂😂 semoga ada waktu buat nulis lebih dalam
waah .. harusnya kita janjian ngopi di KLIA ya kak, 29 Apr – 3 Mei aku deket sana 🙂
Aaaak andai tau pasti seruuu
hahaha .. andai ya
semoga layanan kesehatan di Indonesia bisa segera menyusul kek Malaysia punya ya, biar kita gak perlu jauh-jauh lagi buat berobat ke luar negeri
Amiiin. Semoga ya.
kalo mau jujur, aku lbh percaya berobat di malaysia mba, drpd di negeri sendiri. udh penglaman dpt dokter yg semena2 aja saat ngobatin pasien. waktu itu mamaku divonis tumor ganas. perlu kemo dan segala macam lah. 2 dokter di medan bilang hal yg sama, TANPA cek kondisi mama secara detil. niaya diperkirakan lbh dr 500 jt semuanya
krn aku msh kuliah di penang, akhirnya papa bawa mama berobat ke penang aja. di rs lam wah ee kita berobat. dan dokternya hanya bilang mama ada myom. ga berbahaya, tp sebaiknya diangkat aja rahim supaya ga tumbuh lg. considerationnya, toh anak mama udh 4. ga mau hamil lg juga. dan kita setuju. balik ke medan mama sembuh total, dan biayanya, ga nyampe 30 jt.
sejak itu, aku ga bisa lgs percaya ama dokter2 di indonesia.. -_-
Wow pengalamanmu bikin aku melongo. Untung mama udah sehat yaaaa