KL Trip: Janji Menua Bersama di Batu Caves

Pernahkah kamu merasa dunia hanya milik berdua dan yang lainnya ngontrak?

Agenda pertama saat tiba di Kuala Lumpur adalah mengunjungi Batu Caves. Saya gak tahu apa itu Batu Caves, pokoknya saya pengen ke sana aja. Rasa ingin tahu saya memang sering banget menjelma jadi keinginan kuat yang kadang bikin Adrian, suami saya geleng-geleng kepala.

Batu Caves adalah situs religius yang berdiri 100m dari atas tanah. Dikenal juga sebagai Gua Cathedral atau Gua Kuil dimana masyarakat Hindu di Malaysia beribadah. Kuil-kuil di dalam dan di areal Batu Caves banyak menceritakan tentang kemenangan Dewa Murugan atas iblis bernama Soorapadam. Bahkan di luar Batu Caves aja berdiri Patung Dewa Murugan setinggi 42,7 m. Tertinggi di dunia!

Menuju pintu masuk Batu Caves yang ada di belakang, sementara pintu keluarnya justru ada di depan.
Menuju pintu masuk Batu Caves yang ada di belakang, sementara pintu keluarnya justru ada di depan.

Saat memasuki areal Batu Caves, tiba-tiba ada rasa asing menyergap. Riuh orang berlalu lalang. Membuat saya benar-benar merasa asing di antara banyaknya orang India berpakaian sari.

Kemudian mata saya terbelalak.

Untuk masuk ke dalam Batu Caves, gua dari batu kapur yang katanya terbentuk 400 juta tahun lalu itu saya harus menaiki 272 anak tangga. 272 Cyin! Mari siapkan nafas yang panjang! Hahaha. Begitu melihat anak tangganya mata saya bukan lagi terbelalak, malah hampir meloncat keluar! Curam dan anak tangganya pun kecil-kecil! Membuat saya harus ekstra hati-hati menapaki tangga demi tangga.

Huahaha ini tangga masuk ke Batu Caves, Cyiiin!
Huahaha ini tangga masuk ke Batu Caves, Cyiiin!

Sejuk. Itu yang pertama saya rasakan begitu memasuki areal gua. Ya namanya juga gua batu ya bow, pastinya sih sejuk. Kemudian saat masuk lebih jauh ke dalam, yang terlihat adalah suasana ramai. Ramai yang betul-betul ramai. Saya belum pernah melihat masyarakat Hindu beribadah. Dan saya lumayan kaget sih melihat keramaiannya.

Guanya besar, ada beberapa titik peribadatan yang terpisahkan arealnya dengan undak-undakan. Di ujung gua ada satu kuil yang terpencil yang di jaga oleh banyak monyet. Mereka minta makan dari para pengunjung.

Walaupun ini adalah gua tapi tidak gelap. Selain penerangan dari lampu yang ada, di ujung gua ternyata ada lubang menganga besar di bagian atas. Lubang tersebut menjadi penerang karena sinar matahari masuk ke dalam.

Sekitar satu jam kami berada di dalam gua sebelum akhirnya memutuskan turun. Lumayan terengah-engah juga sebelum akhirnya sampai di bawah. Duh, jantung, baik-baik ya :mrgreen: .

Baca juga: Cara Liburan Hemat ke KL, Nggak Sampe 2 Juta Rupiah

Saya menggamit tangan Adrian erat, takut hilang. Bahaya kalau sampai terpisah, bakalan susah nyari Adrian di sini, wajah Adrian kan mirip orang India. Kalau saya salah bawa pulang suami, apa kata dunia nanti?! Eh :mrgreen: Adrian menatap saya lekat. Genggaman tangannya membuat saya merasa nyaman. Lalu Adrian melingkarkan tangannya ke pundak saya, mengantarkan hawa hangat, nyaman.

Batu Caves

Di sana, di tengah keramaian itu, entah kenapa saya merasa kami pemilik dunia ini. Yang lainnya? Ngontrak semua! Hihi. Saya menatap Adrian dengan binar mata yang berpendar. Kemudian saya bisikkan kata-kata yang pernah saya katakan waktu di Penang dulu.

 “Sampai kita tua ya, Bang. Sampai rambut kita memutih semua and we’ll die in happiness for we have spent our time together, I love you.”

Kami berpelukan erat dengan senyum terkembang.

.

.

.

Tulisan lain mengenai Kuala Lumpur:

1. Yang Terkenang Antara Penang dan Kuala Lumpur

2. Janji Menua Bersama di Batu Caves

Iklan

74 respons untuk ‘KL Trip: Janji Menua Bersama di Batu Caves

Add yours

  1. Ihiiiiy, so sweet pisan! Nggak papalah, namanya blog harus penuh dengan kebahagiaan menye-menye, biar yang baca jadi ikutan sirik! Hahahaha.. 😀

    Aku malah baru denger pertama kali ini tentang Batu Caves, hehe, banyak banget dari Malaysia yang belum didalami ni.. Petronas muluk, :p

  2. Pertanyaan Eka : “Pernahkah kamu merasa dunia hanya milik berdua dan yang lainnya ngontrak?”
    Ha3 eka, benar-benar mengingatkan saya ketika masih muda dulu bersama mantan pacar.
    Tapi btw sampai sekarang ………., masih seperti itu kok….. ha3x 🙂

  3. ihiy cuit cuit.. romantisnya..

    btw sempet ke Batu Caves ini juga dulu. tapi boro2 deh naik, luat tangganya aja udah lemes duluan.. ahahaha..

    1. Haha, awalnya daku juga males. Tapi ngeliat anak kecil yang was wis wus naik tangga gue jadi malu. Walau terengah-enggah gue paksain naik ke atas. Hihi

  4. paragraf terakhirnya….so sweet banget 😀
    ternyata batu caves atasnya kayak gitu ya… dulu aku ga nyampe ke atas hahahaha… di tengah2 tangga nyokap uda jiper duluan, jadi ya aku nemenin nyokap dibawah hehehehe…

      1. Lututku nyeri, ga tau sejak tinggal disini jadi sering sakit, ga bisa naik tangga terlalu tinggi. Mungkin krn dulu di Indonesia ada kali 7 thn an kan tiap hari minum susu high kalsium, di Jerman ga minum lg :(.

  5. Baca ceritanya kok tau2 jadi berkaca2. Suka liat fotonya yang berdua, keliatan happy banget. Moga2 aku juga nantinya ketemu orang yang bisa diajak janji menua kayak kamu, Ka 🙂

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Blog di WordPress.com.

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: