“To travel is to take a journey into yourself.” -Danny Kaye-
Di kesempatan mengunjungi Solo yang terakhir, saya menyempatkan diri mampir ke Keraton Surakarta yang didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II di tahun 1744 Mangkunegaran. Ada cerita lucu mengenai kunjungan ini. Jadi malam sebelumnya, saat dini hari kulineran keliling Solo, kami (Dodo, Wiku, Adhams, Agus, Simbok Venus, Ratri dan saya) di dalam mobil tertawa-tawa penuh canda. Perut kenyang dan suasana hepi kan bikin ngakak mulu 😉 Nah, saat melewati Keraton, mendadak kami mencium wangi melati menyengat. Sontak kami semua diam. Diam sediam-diamnya. Suasana jadi hening, kuburan aja kalah hening deh!
Dada saya berdetak keras, deg-deg.an bok! Mana bulu kuduk juga mulai berdiri pulak. Duh! Setelah kami berdiam diri sekian lama, saya coba beranikan diri bertanya kepada supir taksi, “Pak, apakah wangi melati selalu tercium dari Keraton saat dini hari?” Ternyata jawaban Pak Supir cukup menenangkan hati. Pak supir bilang, “tenang, Mbak. Ini pengharum mobil saya wanginya memang melati.” Jueger! Kami semua bisa bernapas lega dan kembali tertawa. Entah pewanginya beneran melati atau ia cuma berusaha menenangkan kami, saya tidak tahu. Yang penting lega aja gitu walau dalam hati saya sempat ngeri banget.
Di sisi kiri Keraton Surakarta, ada istal kuda yang menurut saya lumayan megah. Melihatnya dari kejauhan membuat saya seperti menjadi salah satu tokoh di buku cerita Lima Sekawan yang sedang berpetualang Hahahaha. Masa kecilkuuu.

Anyway, mengunjungi Keraton Surakarta Mangkunegaran itu menghadirkan suasana syahdu tersendiri buat saya. Setelah membayar karcis 18.000/orang, kami mendapat pemandu seorang perempuan yang lembut menceritakan banyak hal tentang tempat ini yang ternyata sampai sekarang tuh masih ditinggali oleh kerabat kerajaan.
Bagian pendopo Mangunegaran. Lapang banget. Ahya, Istana Mangkunegaran ini banyak dikunjungi wisatawan mancanegara, mulai dari Belanda, Jepang dan Belgia segala, mengingat dahulu kala Keraton Surakarta memiliki kisah persahabatan dengan mereka.
Ahya, ada mitos yang mengatakan bahwa jika kita bisa menautkan tangan di salah satu pilar di Keraton Surakarta ini maka katanya bisa jadi kaya. Tuh, si Wiku pun mencoba peruntungannya 😉 Peluk pilarnya terus, Maaaas 😀 Hahaha.
Berjalan ke arah belakang, terdapat selasar di mana patung-patung pemberian negara atau kerajaan sahabat dipamerkan. Ada yang dari Tiongkok, Italia, pokoknya banyak deh!
Ini salah satu pojok di selasar tempat patung-patung pemberian itu dipajang. Ah, melihat ini di benak saya langsung terdengar suara gamelan dan gemulai penari meliukkan tubuhnya!
Memasuki bagian belakang, terdapat ruang makan, ruang tamu dan taman yang indah. Bikin betah dan teduh. Saya sempat terdiam tergugu di sini menikmati keelokkannya, betapa inci demi inci istana ini menghadirkan denyut kenangan tersendiri. Mulai dari istal kuda, pojok menari hingga beberapa mitosnya.

Ah, saya jadi kangen menari lagi, kangen Solo lagi!
Selamat hari Selasa Sobat CE, kapan mau ke Solo?
Little trivia of Solo Trip: Now is Always the Right time to Travel
-
Jadwal operasional Istana Mangkunegara sendiri adalah buka mulai pkl. 08.30 – 14.00 WIB setiap hari kecuali Minggu yang tutup sampai pukul 13.00 saja.
-
Ada bagian istana yang tidak boleh dipoto, yaitu bagian di mana pusaka dan koleksi dipamerkan. Jadi ya maaf, ndak bisa dibagi penampakannya di sini 😉
-
Jangan lupa memberikan tips buat pemandunya 😉
Baca juga:
1. Solo Trip: Blusukan ke Pasar Gede
2. Solo Trip: Benteng Vastenburg, Riwayatmu Kini
3. Kuliner Solo
Aku tertarik dgn istal kudanya mbak, ga ada foto2 lainnya yal
Cuma yang ini. Soalnya istalnya jauuuh banget kalau jalan kaki 😀
Ahhh jadi kangen kak Eka deh… Kapan nih ke Solo lagi? Siap menyambut bawa dawet ama bb kuah deh hehehe
Hahaha. Aku pegang janjimu ya, Lim! ^_^
pengen juga meluk pilarnya biar kaya 😀 hihihihi
Ayok cobaiiiin. Aku nhgak nyampe, lha tanganku nggak panjang. Hihihi
yang bisa menautkan tangan di pilar bisa jadi kaya? enak yang tangannya panjang dong kalo gitu… 😛
Asal jangan panjang tangan. Jadi pencuri dunk. Hihihi
hahaha sama wangi melati aja udah deg-degan =)))
Anuh.. Err.. Umm.. Anuuuh 😀
ah jadi pengen ke istalnya. biarin aja deh jalan kaki *pegang lutut*
Ck ck ck…engen makan sate kuda ya? Eh 😛
Kemarin aku ke Ullen Sentalu sempat dibahas dikit tentang keraton surakarta ini. Ntar aku posting ya…kalau udah ditulis hahahaa…
Ihiks jadi inget, 2x ke Ullen Sentalu belum aku tulis satu pun. Bhiks
Mbak Eka, ngga ada foto makanannya? Hahaha.. *salahfokus*
Lama di Semarang, tapi ngga pernah maen ke Solo ni, padahal katanya bagus ya kotanya..
Kan udah ada posting tersendiri judulnya Kuliner EKA di Solo 😉
Wah, jadi pengen ke sana… Buat meluk pilar, hehe… Terakhir ke sana kalo gak salah pas SD?! Jadi tertarik ke sana lagi, abis baca artikel ini, menarik… Foto-fotonya juga bagus….
Ayo main lagi ke Solo. Kotanya asyiiiik banget.
ayo ke solo lagi, ka :))
Lirik manis Adhams
huahaha
GImanapun paling enak emang jalan2 sendiri gak terikat acara tertentu biar puas lihat2 & foto2 obyeknya. Pengin adegan ulang ke SOlo lagi deh, biar bisa meluk tiang itu 😀
Hahaha, sekarang peluk suami dulu aja, Mbak 😛 hehhe
waaks mahal ya tiketnya dulu ga sampe 5000 hihihi.. (tahun berapa tuh, masih jaman kuliah kaliii)…Masih ada kebon sawo keciknya ga yg bikin adem kebun. KApan2 maen kesana lagi ah
Whoaaa kemarin aku ndak lihat kebun sawo keciknya
uwah,saya belum pernah ke solooo..;(
Yuks diorencanain. Banyak tiket murah lho 🙂
Solo,The Real of Java’s Spirit
Mbak Eka… itu bukan Keraton Surakarta Pakubuwono tapi Pura Mangkunegaran. 🙂 Dan bukan Keraton nyebutnya tapi Pura karena bukan dipimpin raja, ada sejarahnya kalau Mangkunegaran itu bukan kerajaan.
Waduuuuh, kemarin pemandunya ngomongnya gituuu >.< Bingung dewe
iihh.. jadi pengen ke solo deh mbak, aku gak pernah ke solo
Setelah melahirkan nanti semoga bisa segera ke sini yaa 😉
Amiinnnn 😉
Dulu pas acara ABFi saya juga ke sini. Tapi belum tau tntang mitos meluk pilar itu.
BTW, ini Mangkunegaran, Mba Eka. Bukan Keraton. Hihihi. Besok saya mau nulis tentang Keraton Solo. Hari ini baru kelar nulis Sepur Kluthuk. 🙂
Siip, nanti aku perbaiki. Ma kasih koreksinya yaa
Iyalah, yang bisa menautkan tangan di salah satu pilar di Keraton Surakarta, bisa menjadi kaya.
Kenapa ?
Tau ga eka, berarti orangnya panjang tangan alias panjang tangan itu artinya pencuri, he3x….. 😀
Hahahaha jangan gitu udaaa
2014 aku pasti ke Solo sebelum pindahan 😦
Laksanakan! 😉
dari fotonya kelihatan aura mistis masih kental ya di kraton solo 🙂
Ini Mangkunegaran bukan Keraton 🙂