Kali Biru, Papua: Mencoret Bucket List yang Tertunda Tiga Tahun Lamanya

Akhirnya nyampe juga ke Kali Biru, Papua, setelah tiga tahun ada di list! Lha, kenapa sampe 3 tahun? Karena banyak yang bilang kalau tempat ini jauh banget dari peradaban. Saya jadi takut dan selalu ragu mau ke sini. Padahal setelah dijalani ternyata nggak jauh-jauh amat sih. Kurang lebih 3 jam aja dari Jayapura. Aaak, senang! Pokoknya SENANG banget!

Perjuangan saya untuk akhirnya sampe di Kali Biru itu betul-betul perjuangan melawan ketakutan diri sendiri. Saya biasa bolang, biasa kesasar, biasa menyambangi tempat-tempat baru yang antah berantah tapi semua risikonya sudah masuk dalam kalkulasi. Pergi ke tempat baru sama guide atau orang yang emang udah tau medan alias pernah ke sana, jadi rasa aman. Kalau pun kesasar, masih ada jangkauan sinyal jadi masih bisa gmaps, GPS atau ya seburuk-buruknya telpon siapa yang bisa diteleponlah.

Tapi Kali Biru, Papua? Semua akamsi alias anak kampung sini yang saya kenal di Jayapura mematahkan keinginan buat ke sana. Salah satu pegawai di kantor cabang yang saya kunjungi langsung melongo pas saya bilang mau ke Kali Biru di tahun 2020 lalu. Oke, saya batalkan. Sohib saya yang akamsi di tahun 2021 Jensen bilang jalanan rusak jadi nggak usah ke Kali Biru. Ada juga Ipas, salah satu pegawai kabupaten di Sentani sana, begitu saya bilang mau ke Kali Biru di Tahun 2022, ia langsung komen, ā€œJauh, Non. Jauh banget. Nggak worth it ke sana.ā€ Bahkan di tahun 2023 ini, another akamsi, Athoe, menunjukkan ketidakpercayaannya pas saya bilang mau ke Kali Biru. ā€œYakin mau pergi ke sana?ā€ Waktu itu saya bilang ke Athoe kalau saya yakin karena ada Zippy yang bilang mau menemani saya ke sana. Hanya Zippy satu-satunya orang yang mendukung saya buat ke Kali Biru dan saya tentu berharap banget padanya.

Kali Biru, Papua, tempat impian yang ingin saya kunjungi

Namun menjelang hari H saya mulai ragu-ragu buat jadi pergi atau enggak karena Zippy batal menemani. Nah lho, gemeter kan saya. Nggak ada safety net sama sekali nih. Saking ragunya, akhirnya saya berjudi. Keputusan akan jalan atau tidak saya serahkan ada cuaca di hari H: kalo cerah akan jalan, kalo mendung, udah batal aja. Hihihi, darah Batak saya ternyata kental. Keputusan bolang aja pake berjudi! Hahaha.

Perjalanan Nekat

Sekitar jam 9 pagi di hari Sabtu, sohib saya menjemput di hotel. Saya duduk diam lama sekali di resto karena keraguan tetap melanda, memporak-porandakan hati saya.

ā€œDuh, jalan nggak ya?ā€ Tanya saya ragu.

ā€œCuaca cerah, barti jalan?ā€ Jensen balik bertanya.

ā€œDuh, kuatir kenapa-napa, nggak ada Zippy nih,ā€ timpal saya terang-terangan menunjukkan rasa cemas.

ā€œCā€™mon, this is your bucket list. Dari 2020 kamu udah selalu pengen ke Kali Biru. Udah gpp jadiin aja.ā€ Jensen berusaha meyakinkan setelah melihat saya sudah lebih 15 menit nggak bisa ngambil keputusan mau jalan atau enggak. Saya menghela napas panjang dan akhirnya sepakat dengan Jensen karena cuaca pun seolah udah kasih tanda untuk saya pergi.

Matahari bersinar cukup terik ketika kendaraan kami keluar dari hotel. ā€œNyalain GPS,ā€ perintah Jensen yang dengan takzim saya lakukan karena sesungguhnya meski ia akamsi tapi belum pernah ke sana juga.

Saya bisa bilang kalau perjalanan ke Kali Biru ini perjalanan nekat. Apa pasal? Tangan saya masih belum pulih dari cidera, kami berdua sama-sama tidak tau jalan dan nggak ada gambaran kayak apa ini perjalanan ke sana. Yang kami dengar adalah hal-hal nggak enak aja: jauhlah, jalanan rusaklah, nggak ada sinyal, awas kesasar, dst dst. Arrrrgh. Bikin takut aja. Tapi kemarin kan saya sudah menggantungkan keputusan pergi atau tidak pada cerahnya cuaca dan saat ini cuaca mendukung. Nggak ada alasan untuk saya membatalkan perjalanan ini meski saya ragu.

Jadi gimana jalan ke Kali Biru?

Ternyata semua kekuatiran saya nggak beralasan. Perjalanan ke Kali Biru itu indah dan smooth-nya nggak ketulungan. Iya, jalannya kecil tapi mulus, nggak gronjelan. Iya, sering nggak ada sinyal tapi nggak masalah karena pemandangan selama menuju ke sana itu, Ya Tuhan kece banget! Di antara aspal hitam yang meliuk-liuk, di depan mata ada perbukitan hijau lumut yang memanjakan mata sementara di sisi kiri ada Danau Sentani yang berkilau memantulkan pendar sinar mentari dikelilingi another perbukitan hijau dengan ketinggian berbeda. Bikin mata seger! Sungguh, ini mengingatkan saya pada pemandangan di New Zealand sana.

View perjalanan menuju Kali Biru

Semilir angin menghempas anak rambut di dahi ketika saya membuka jendela mobil. Menghirup banyak-banyak udara segar yang terasa sejuk menerpa wajah. Ah, menyenangkan! Saya menarik napas dalam-dalam, menikmati setiap oksigen bersih tak terkontaminasi polusi itu ke dalam paru-paru. Gusti, terima kasih. Ini healing sekali!

Menempuh perjalanan sekitar 2 jam dari Abepura atau 3 jam dari Jayapura, melewati Sentani dan Genyem, akhirnya kami sampai juga di Kali Biru. Ternyata ada 2 spot di area permandian ini dan kami memutuskan masuk ke spot lama. HTM-nya adalah Rp. 70.000,- per mobil dan ada tiketnya. Karcis ini wajib di simpan karena di lapangan parkir bagian dalam ada yang mengecek.

Ketika mobil kami memasuki area Kali Biru, tangan saya mendadak dingin. Guys, this is it! This is the place Iā€™ve dreamed of, Iā€™m finally here!

Baca juga:

  1. 20 Rekomendasi Tempat Wisata dan Kuliner Seru di Jayapura
  2. Pengalaman Makan Ulat Hidup
  3. Festival Danau Sentani

Coret dari Bucket List

Kali Biru sendiri, seperti namanya ya memang kali alias sungai dengan arus yang cukup deras. Yang membuatnya menarik adalah airnya yang jernih, segar, dingin dan.. berwarna biru! Menurut saya sih lebih ke arah tosca tapi ya biru atau tosca bukan masalah, yang penting saya akhirnya nyampe sini! Hihihi. Psst saking bersih dan birunya, salah satu sahabat saya Lostpacker di IG bilang kalo Kali Biru mirip Sungai Are di Swiss sana. Well, saya belum pernah ke Swiss jadi ya saya nikmati aja Jayapura ini dan semoga komen itu pertanda biar saya segera menginjakkan kaki di Bernn. Amiiin. Hihihi.

Area untuk berenang santai ada di bagian bawah setelah arus sungainya turun. Ada muara yang cukup besar di tengah-tengah sungai yang membuatnya seolah seperti danau. Kali Biru spot lama ini sudah dikelola dengan baik. Ada ban-ban besar yang bisa disewa untuk berenang-renang manja, ada gubuk-gubuk yang bisa disewa seharga 50.000/gubuk/hari yang bisa dipake buat bersantai bersama keluarga dan ada juga tali  yang menggantung di atas pohon yang bisa dipake buat alat melompat. Seru banget deh!

Berada di sini seolah terputus dari peradaban. Pepohonan tinggi besar dan lebat di sekeliling sungai. Anjing dan kucing bebas berkeliaran tanpa takut kepada manusia, ilalang tumbuh liar namun kokoh dan jelas tak ada polusi. Asli, saya betah banget! Seneng banget! Ada teman yang bilang kalo Kali Biru itu biasa aja karena kecil, tapi yang saya suka suasananya sih dan juga vibranya tuh damai sejahtera banget. Nyaman dan enak buat jiwa!

Sekitar 2 jam kami menghabiskan waktu di sini sebelum memutuskan kembali ke Abepura. Tak lupa beli nasi kuning dulu buat isi perut. Di sini sudah ada yang jualan dan juga ruang bilas/ganti meski terbatas. Anw, sungguhlah hati saya senang. Semoga suatu saat bisa kembali lagi ke sini dan berenang seharian di sungai yang airnya gila segar banget ini.

Jalanan menuju Kali Biru, Papua. Kecil tapi mulus nggak gronjelan
Danau Sentani
Di sisi kiri dalam perjalanan menuju Kali Biru disuguhi pemandangan cantik begini. Sapa yang nggak menye-menye cobaaa

Anw, moral of the story: Kalo punya impian tuh gas aja nggak usah dengerin kata orang šŸ˜€ Kalau saya tau jalanannya indah begitu, udah dari dulu saya ke sini deh. Nggak sesulit seperti kata orang dan apa yang saya bayangkan (karena input orang). Anw, shout out to my dear friend who kinda forced me to make one of my dream comes true.

Selamat menikmati akhir Juni, Sobat CE! Sudah pernah ke Kali Biru di Papua ini belum?

Little Trivia of Kali Biru, Genyem, Papua:

  1. Lama perjalanan kurang lebih 3 jam dari Jayapura, 2 jam dari Abepura dan 1 jam dari Sentani
  2. HTM Rp. 70.000/mobil
  3. Tersedia ruang ganti dan bilas
  4. Ada penjaja makanan sederhana yang menjual mie seduh instan, nasi kuning, gorengan dan minuman
  5. Harga sewa gubuk adalah Rp. 50.000/hari/gubuk
  6. Sinyal Telkomsel terpantau ada di tempat ini

5 respons untuk ā€˜Kali Biru, Papua: Mencoret Bucket List yang Tertunda Tiga Tahun Lamanyaā€™

Add yours

Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Atas ↑