I am a sushi fan. I love sushi and sashimi. Mau yang mentah, mateng, sampe fushion, you name it, I love them all.
Meski banyak restoran sushi tumbuh berjamur di Jakarta, namun Sushi Tei tetap jadi favorit saya. Cabangnya banyak, ada di hampir semua mall-mall besar ibu kota sehingga tak susah mencarinya ketika lagi pengen. Dan meskipun secara harga agak tinggi namun menunya macem-macem dan yang pasti sih pas rasanya di lidah saya.
What I Love from Sushi Tei
Yang saya suka dari sushi tei (selain menunya tentu saja) adalah sushi bar-nya. Bisa bebas pilih mana aja pas makanan lewat dan itu bikin hepi. Efisien, nggak perlu pesan atau nunggu lama. Makan jadi efektif. Paling kalo ada menu yang di luar dari sush bar baru pesan. Nah, karena ini, setiap kali ke Sushi Tei saya akan selalu berusaha duduk di sushi bar atau sofa bar biar gampang comot-comot. Experience itu menyenangkan.
Jadi, ketika salah satu sahabat dekat saya datang ke Jakarta, saya pun mengajaknya makan di Sushi Tei Kelapa Gading buat merasakan experience ini. Btw ini kali ke-2 kami ke Sushi Tei, setelah sebelumnya di tahun 2020 kami ke Sushi Tei Senayan City. My bestie always said bahwa ia senang makan di Sushi Tei karena itu mengingatkannya khusus pada saya. Sehingga kadang- kadang kalau saya posting sushi di time line, ia selalu colek japri ke saya. Hahaha.



Malam itu seperti biasa saya pun memesan sushi kesukaan saya. Bestie mengekor saja. Sambil mengelap sumpitnya ia berkata, “Yang penting bukan sushinya, tapi ketemu kamu, ngobrol dan menghabiskan waktu bareng,” katanya. Ah, so sweet sekali. Bikin saya senang karena waktu saya dihargai. Tapi pertemuan tanpa makan enak ibarat kereta api tanpa rel; aneh. Hehehe. Jadi ya ketemu sama Bestie di Sushi Tei ini udah pas.
Kami duduk bersisian di sushi bar, bestie heboh bercerita penuh semangat tentang hari yang ia alami sebelumnya. Tangannya sibuk mengikuti saya menuang shoyu (kecap asin), wasabi dan bubuk cabe kemudian mengambil sushi, melumurinya dengan campuran shoyu tadi lalu mengunyahnya. Mulutnya penuh dengan sushi roll tapi hasrat berceritanya tak bisa di-rem. Dari sudut mata, saya lihat ia sedikit tersedak.
“Makanya pelan-pelan. Jangan ngobrol sambil makan,” ujar saya tak mampu menahan gelak.
“Iya, iya,” ujarnya sambil meraih Ocha hangat yang tadi kami pesan. Setelah meneguknya ia tersenyum lebar lalu tertawa. “Thank you for taking me here. It’s a nice place, nice food and I just feel happy.”
Saya membalas ucapannya dengan mencomot sushi yang ada di platter-nya.
“Woi, saya punya itu!” serunya penuh protes.
“Ya udah, buatmu aja. Perut udah penuh nih.” Kata saya sambil merengut lalu mendorong platter ke sisi mejanya.
“For you aja,” ujarnya sambil mendorong balik si platter.
“For you.” Kata saya mendorong balik platternya. Lalu kami dorong-dorongan platter dan akhirnya sepakat membagi sushinya secara adil 😅 Kami menutup dinner itu dengan tawa kekenyangan.



Cuma ketemu sebentar, makan juga cepat karena hei… ini Sushi Tei tapi hati senangnya bertahan sampai lama. Total bill yang harus dibayar 530k buat makan berdua karena kami makannya banyak dan ambil macam-macam platter. Hahaha.
Aku-Bestie-Sushi-Kompak pasti. (Eh rhyme). Hahaha.
Little Trivia Makan di Sushi Tei:
1. Sushi Tei ini fushion sushi jadi menunya gak orisinil Jepang gitu namun udah dimodif sesuai lidah kita. So kalo ke sini, emang diniatin buat nyicipin fushion sushi ya.
2. Bikin member, pointnya lumayan
3. Makan di tanggal 20 karena bisa double point dan double redeem point
4. Karena di sini sering antri, mending makan di jam-jam yang bukan peak. Tapi kalo pun terpaksa makan di peak hours, mending ambil nomer antrian dulu trus tinggal ke toilet atau ke mana gitu.
Tinggalkan Balasan