Joyride Jakarta-Bandung nan Seru

“My friends and I were wild and we liked to joy-ride.” – Aaron Neville

Beberapa waktu lalu saya berkendara dengan sahabat saya: Joyride kalo kata anak sekarang and indeed we were having so much fun during the trip 😊 . Sedari kecil saya memang senang sekali perjalanan darat, nyetir dari satu kota ke kota lain. Rutenya beragam, mulai dari Jakarta-Medan, Jakarta-Bali, seringkali Jakarta-Malang bahkan tak terhitung banyak-nya Jakarta-Jogja.

Anw, back to laptop. Road-trip yang saya lakukan saat libur Imlek kemarin pendek saja; Jakarta-Bandung. Joyride diawali dengan doa dan ditempuh selama kurang lebih 3 jam melewati tol MBZ yang lengang sekali. Saya geber mobil di angka 120 km/jam dan kami melesat cepat tanpa halangan. Mungkin karena orang-orang jalan dari Sabtu ke Bandung sementara kami baru berangkat hari Seninnya ke Bumi Priangan itu. Anti mainstream. Hahaha.

Btw ini kali perdana sahabat saya menuju Bandung dengan kendaraan pribadi. Katanya ia biasa naik kereta api sehingga sepanjang perjalanan ia ternganga melihat pemandangan yang ada.

“Saya baru pertama lewat tol ini, pemandangannya cakep ya. Rasanya juga beda. Menyenangkan,” begitu komentarnya.

Kali lain ia memuji-muji pembangunan di Pulau Jawa. Penuh harapan ia berkata, “Luar biasa toll-nya ya. Semoga tol begini bisa segera dibangun di seluruh Indonesia, biar maju pelosok-pelosok kita. Papua, Jayapura atau NTT sana.”

Saya manggut-manggut saja.

Berhenti di Rest Area

Kami istirahat di rest area sebanyak 2x. Yang pertama selepas Toll MBZ di Rest Area KM 57 untuk makan siang dan yang kedua di KM 72 untuk beli kopi. Saya menyiapkan bekal makanan yang sudah saya masak dari rumah; Semur Sapi Pendek dengan tumis sayur. Kami makan dengan nikmat di dalam mobil sambil mendengarkan lagu-lagu Dewa 19 melalui playlist. Berhubung perjalanan masih jauh maka kami pun ke toilet sebentar. Toilet di KM 57 ini bersih dan berjajar rapi. Tapi meski toiletnya ada banyak pintu namun karena saya tuh agak lama ngerapiin pakaian jadi saat saya selesai, sahabat saya sudah menunggu di luar. Saya ngedumel karena nggak ada tissue dan sahabat saya ngotot supaya saya mengeringkan tangan di hand dryer.

“Ogah ah, gak kering tau pake dryer.” Tolak saya malas.

“Coba dulu, itu tenaga dryer-nya kenceng banget tau.”

Ketika saya tetap tak bergeming, ia berkeras bilang lagi, “Coba dulu.” Kali ini ia berkata sambil meraih tangan saya dan mengarahkannya ke bawah mesin berwarna putih itu. Dan… tiba-tiba saya kaget karena mesinnya keunceng banget. Hahaha. Bukan cuma tangan saya yang kering seketika tapi rambut saya juga ikutan terbang kena anginnya. Kami tertawa terbahak-bahak karena sama-sama nggak menduga kalau mesinnya sekencang itu. Kaget nan kocak.

Jadi buat kalian yang mau pakai hand dryer di toilet KM 57, hati-hati yaaa karena tenaganya kenceng banget! Tangan yang basah sih cepet kering ya tapi kagetnya itu lho nggak nahan. Hehehe.

Yang Berkesan dari Road Trip

Ohya, yang saya sukai dari road trip adalah quality time sepanjang perjalanannya itu. Ngobrol, nyanyi bareng atau ya sekedar cerita-cerita aja. Nyetir jadi nggak terasa karena ya ada aja yang diobrolin. Lepas. Bebas. Tanpa tedeng aling-aling. Eh nggak bebas juga sih karena di tengah perjalanan sahabat saya ngedumel soal playlist saya yang isinya lagu-lagu dari One Direction, Sheila on 7, Charlie Put atau Oasis. OMG, what’s wrong with my playlist? Musik kan soal selera yaaa.

Playlist-mu mana?”

“Eh kenapa?”

“Cara gantinya gimana?”

“Ya, ganti aja di Spotify, itu konek langsung ke mobil.”

Setelah saya menjawab itu, ia meraih ponsel saya, utak-atik Spotify dan tiba-tiba musik di mobil berubah jadi lagu-lagu dari Unlucky Morpheus.

“Biar playlist-mu asyik. I introduced you to my music,” ia berkata dengan sungguh-sungguh penuh tekad kuat di mata. “Dari tadi lagunya menye-menye bener,” ia ngedumel lagi.

Saya mangap sambil menahan tawa 😀 I’m happy to have a best friend like that. Nggak sungkan ngasih tau apa maunya dan langsung eksekusi. And after that we went wild on the road along with the song 😉

Yeah, road trip itu punya keasyikannya sendiri. Kalo buat saya asyiknya ya di ngobrol-ngobrol sambil nyanyi-nyanyinya tapi ternyata kalau buat sahabat saya paling asyiknya itu justru saat kami duduk menyantap bekal makanan yang saya masak sendiri dan siapkan dari rumah. Saya agak kurang paham kenapa itu sungguh berarti buatnya because for me, it’s just a habit: saya terbiasa bawa bekal. Selain karena lebih higienis juga karena… Masakan saya emang enak (iya, ini bragging banget hahaha).

“Kamu masak sendiri dan wrapping ini babik trus di-packaging yang rapi gini… Rasanya kayak lagi piknik. It’s just priceless…” katanya terbata-bata dengan mata sedikit berkaca-kaca. Kata-kata soal piknik ini bikin saya ingat kalau 2 tahun lalu ia juga pernah bilang how special a picnic is after we went to Kebun Raya Bogor. Nantilah kapan-kapan saya tuliskan tersendiri cerita soal piknik 2 tahun lalu itu soalnya emang seru banget!

Perjalanan Pulang

Perjalanan pulang keesokan harinya tak kalah seru. Kami makan siang di Rest Area KM 88 B, tepatnya di RM Haji Ciganea yang terkenal dengan Sate Maranggi dan masakan khas Sunda lainnya. Kami bersantap dengan diiringi alunan lagu-lagu tahun 70an dari pengamen di samping restoran. Iya, pengamen di KM 88 tuh emang niat dan skillfull banget: baik penyanyi maupun pemain musiknya.

Selesai makan kami berhenti lama di samping pengamen karena saat itu mereka sedang memainkan lagu klasik yang merdu sekali di telinga. Asli, skillfull banget. Kami bertukar pandang menikmati music itu dan ia berkata dengan sungguh-sungguh, “Ma kasih ya, saya jadi ada pengalaman ke Bandung naik mobil dan berhenti makan di rest area.” Saya tersenyum dan tanpa suara mulut saya bilang, “sama-sama.” Lalu kami pun kembali ke mobil dan lanjut menyisiri Tol Padaleunyi.

“Kamu gak takut aku ngebut gini?” Tanya saya seraya menyalip dua buah truk besar yang berjalan agak lambat di perjalanan pulang.

“Enggak.” Katanya datar tapi tangannya meraih handle di atas kepalanya ketika pedal gas menyentuh angka 140km/jam.

Saya tertawa terbahak-bahak melihat kelakuannya. Dalam hati sih pengen saya ledekin lagi tapi saya tahan aja daripada nanti saya gak ditemani lagi road trip. Hahaha.

Kami menutup perjalanan pulang dengan melihat sunset sepanjang Tol Cipularang menuju Jakarta yang memang mengarah ke barat. Sunset-nya biasa aja sih hanya semburat jingga yang samar-samar tapi tetap terasa magical. It was really a fun road trip, truly a joyride! Mulai dari ngebut, curhat, ngakak, makan, toilet, sampe pengamen. Paket komplit. Kurangnya cuma satu: kami sama-sama lupa muter lagunya Roxette yang judulnya Joyride! 😀

Selamat hari Senin, Sobat CE. Apa kamu suka road trip juga?

7 respons untuk ‘Joyride Jakarta-Bandung nan Seru

Add yours

  1. tahun lalu roadtrip sama sahabatku dengan rute sama, pulang Jkt sunsetnya asyik banget trus pas bener sahabatku muter khotbah akhir jaman krn itu hari minggu dan kita blom ke gereja hahaha

Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Atas ↑