Janji di Parapat, Mari Menua Bersama

Agustus adalah bulan yang berkesan buat saya. Di bulan ini blog Cerita Eka berulang tahun, lalu di bulan Agustus ini juga adalah bulan perayaan ulang tahun perkawinan kami. Tak terasa sudah 8 tahun kami menikah setelah sebelumnya hampir 4 tahun berpacaran. Lumayan lama juga ya 😀 Beneran nggak berasa.

Danau Toba ParapatSaya mendadak ingat percakapan suatu siang di pinggir Parapat, Danau Toba yang membuat hati saya hangat dan pipi saya merona merah. Adrian bertanya sambil bercanda, “Kok kamu nggak bosan sih sama aku?”

“Gimana mungkin bisa bosan? Kamu lucu kok,” jawab saya singkat.

“Lucu gimana? Apakah ngacak-ngacak lemari pakaianmu atau telat menjemputmu itu lucu?” Tanya Adrian lagi dengan mata terbelalak. Mata beloknya yang besar itu jadi terlihat lebih besar jika begitu.

“Ya, itu lucu sih. Caramu bikin aku marah itu lucu,” jawab saya lagi. Kali ini sambil tergelak.

Please jangan pernah bosan sama aku ya, Dek. Mari kita menua bersama ya, mari kita bikin pernikahan kita tetap hangat dan seru seperti baru honeymoon walaupun nanti sudah 50 tahun bareng ya.”

“Iya,” jawab saya sambil tersenyum dan mengeratkan pegangan tangannya di jemari saya. Selalu. Sampai tua. Bersama. Itu janji kami.

Ah.. pernyataan Adrian itu juga mengingatkan saya pada pertanyaan teman kapan hari. Ia bertanya apa yang membuat saya dan Adrian masih terlihat akrab dan mesra seperti baru jadian saja padahal sudah 12 tahun bersama. Pertanyaan sederhana namun cukup membuat saya berpikir. Hmmm sepertinya saya tidak terlalu memperhatikan apa yang terjadi antara saya dan Adrian. Kami berdua menjalani pernikahan ini mengalir saja apa adanya. Tentu ada kerikil atau kadang batu besar menghadang tapi kami banyak tertawa, berpegangan tangan melaluinya lalu tertawa lagi bersama.

Namun jika diingat-ingat, ada satu hal yang terus-menerus kami lakukan yang membuat bara pernikahan ini tetap menyala. Kami selalu berusaha melakukan hal-hal yang melampaui batas kenyamanan kami demi menyenangkan satu sama lain. Adrian sering mengorbankan egonya dengan membebaskan saya bepergian dan traveling tanpa dirinya. Pekerjaan Adrian yang menyita waktu tidak membuat saya juga harus berdiam diri di rumah. Ia tau bahwa saya bahagia dengan hal tersebut. Ia tau jika ia melarang saya plesir maka saya bisa mati bosan dan uring-uringan. Lalu, ada masa-masa Adrian menunggui saya di lobby kampus hingga larut malam saat saya menyelesaikan kuliah S2 saya. Tidak mengeluh walaupun terkantuk-kantuk di sofa buluk universitas. Padahal bisa saja ia memesankan taksi atau menyuruh saya pulang sendiri, tapi tidak… Adrian memilih untuk menunggui saya dan pulang bersama 🙂 . Yang paling gong adalah Adrian pernah pergi jauh sekali berkilo-kilo meter jauhnya demi membelikan saya durian. Padahal saya tahu Adrian benci sekali durian. Hehehe. Tapi ia lakukan itu semua demi membuat saya tertawa.

Saya dulu pernah berpikir bahwa bahagia itu kalau pasangan kita lakukan ini itu buat saya tapi ternyata saya jauh lebih bahagia ketika saya melakukan sesuatu yang (kadang) melampaui batas demi melihat pasangan saya bahagia. Bukankah kasih itu selalu memberi?
Saya dulu pernah berpikir bahwa bahagia itu kalau pasangan kita lakukan ini itu buat saya tapi ternyata saya jauh lebih bahagia ketika saya melakukan sesuatu yang (kadang) melampaui batas demi melihat pasangan saya bahagia. Bukankah kasih itu selalu memberi?

Demikian juga dengan saya. Saya pun melakukan banyak hal yang menurut saya melampaui batas kenyamanan saya. Well, saya merelakan rumah berantakan padahal saya sering sekali stress dan pusing jika melihat sesuatu tidak rapi 😀 Sebagai neat freak (ini kata adek saya :mrgreen: ), saat rumah berantakan namun saya tetap waras itu adalah pencapaian tersendiri. Saya belajar beradaptasi dengan Adrian walaupun pasta gigi dipencet dari tengah bukan dari ujung tube. Walaupun warna lemari pakaian tidak teratur; ada baju merah yang terselip di tumpukan baju hitam atau tangga jadi sampiran handuk dan baju kotor misalnya. Saya juga belajar beradaptasi dengan load kerja Adrian yang kadang mengharuskannya pulang dini hari atau bahkan menginap di kantor. Bye bye kelonan. Hahaha. Atau sesederhana memasakkan makanan kesukaan Adrian setelah ia pulang kantor. Saya capek, Adrian capek but still I go for an extra mile by cooking his fave food. Nggak tanggung-tanggung, tengah malam masak rawon! ^_^ Dan psssst, saya belajar masak rawon juga setelah menikah dengan Adrian yang orang Jawa Timur ini 😛 Saya yang biasa masak pedas-pedas, rela belajar masak makanan gurih-manis demi suami.

Small acts, huh? Tapi saya pikir hal itulah yang membuat hidup nikah kami terus bergairah. Karena kasih sayang adalah kunci semua kebahagian. Karena keinginan untuk menyenangkan pasangan bahkan hingga melakukan hal-hal yang melampaui batas kenyamananlah yang terus membuat kami bisa tertawa bahkan di masa-masa sulit sekalipun. I think we both are just so lucky to have each other 🙂

Selamat hari Minggu Sobat CE, apa hal-hal kecil yang melampaui batas kenyamanan yang sudah kamu lakukan demi membahagiakan pasangan?

51 respons untuk ‘Janji di Parapat, Mari Menua Bersama

Add yours

  1. Selamat Eka untuk ulangtahun perkawinannya dan 12 tahun kebersamaan bersama suami. Senaangg baca tulisanmu ini. Jadi ikutan tersenyum dan kecipratan hawa bahagianya. Semoga langgeng selalu ya, sehat senantiasa dan kalian menua bersama.

    Melampaui batas yg kulakukan adalah pindah ke Belanda dengan konsekuensi melepaskan beasiswa yg sudah kudapat serta pekerjaan yg ada. Memulai segala sesuatunya dari nol, demi cinta ceritanya haha.

  2. Selamat ulang tahun pernikahan mbak. Semoga selalu ada tahun2 bersama dan bahagia. Saya rela belajar masak (yang dari dulu sama sekali gak suka) karena suami lebih suka makanan rumahan. Haha.

  3. Happy anniversary mbakk :*

    Kangeen ih sama blog ini..

    Melampaui batas yang pernah saya lakukan ke suami itu, meninggalkan pekerjaan yang lagi dalam posisi baik, out of comfort zone lah. Hidup di Solo berdua saja nggak ada saudara 😀 dan saya rela belajar ulang-ulang masakan favorit suami *eh ini mah hobi kali ya 😀 hobi masak hehehehe

  4. Telat nongol kesini,, kue ulang tahunnya udah ludes,, tapi durian kayaknya masih 🙂
    Selamat Ulang Tahun Pernikahan dan Ulang Tahun Blog,,, Semoga selalu tersenyum bahagia kedepannya. Menua bersama dengan tips melampui batas kenyamanan, bisa jadi resep mesra pasangan lain.

  5. Wah masak rawon, aku malah belum pernah masak rawon, perasaan kok ribet jadi beli aja kalo mau makan rawon hehehe.
    Happy anniversary ya Eka, smoga selalu diberi kesehatan & langgeng selamanya *maaf telat 😀

  6. Happy anniversary, Mbak Eka 😀
    Salam kenal ya.. saya jalan-jalan lalu sampai ke blog ini ~
    Membaca postingan di atas, saya ketawa pas sampai ke bagian “belajar beradaptasi walaupun pasta gigi dipencet dari tengah bukan dari ujung tube”. INI. SAYA. BANGET :)))
    Pasangan saya soalnya punya kebiasaan yang sama… jadi saya paham sekali rasa gemesnya, apalagi dia suka males dorong sisa pasta gigi yang melar ke sana kemari sampai depan -_-

  7. Happy anniversary mba’. Eh ga telat kan??
    Klo aku di bulan September ini bulan ulang tahun pernikahan kami yang ke-4.
    Pas banget kan baca catatan mba’ Eka. 🙂
    Yang udah aku lakukan demi membahagiakan pasangan adalah rajin bebersih. Hahaha. Suami tuh orangnya apik banget. Dia paling sebel klo rumah berantakan. Sedangkan aku kadang suka cuek. Tapi lama kelamaan aku ketularan apik. Berantakan dikit jadi ga betah. Huehehehe

Tinggalkan Balasan ke Ceritaeka Batalkan balasan

Blog di WordPress.com.

Atas ↑