Raa Cha bukan Acha Acha

“Food is not just eating energy. It’s an experience”

Saya merasa memasak dan menyantap makanan itu bukan sekedar kegiatan untuk mengenyangkan perut agar bertahan hidup namun saya melihat rangkaian hal itu sebagai suatu experience. Bukan cuma makan tapi ada cerita yang saling dibagi di situ. Bukan sekedar menyuapkan sendok namun ada interaksi antar manusia yang saling terkoneksi. Ada tawa, canda, dan harapan yang dikuarkan bersama dengan aroma kuliner di atas meja.

Pada suatu Hari Minggu ku turut ayah ke kota naik delam istimewa ku duduk di muka, (halah kok malah jadi nyanyi hahaha :mrgreen: ) ada salah satu sahabat saya datang dari jauh. Kami jarang ketemu, terakhir jumpa kayaknya tuh udah berbulan-bulan lalu. Untuk menghormati kunjungannya maka saya dan teman saya itu membuat janji temu.

Hari sudah menjelang malam saat kami memutuskan untuk dinner di suatu kedai restoran ala negara Gajah Putih yang menyediakan menu suki dan BBQ di bilangan Tebet Indah Square. Sengaja memilih rumah makan dengan konsep sel-service ini karena… um karena apa ya… Menunya enak! Hahaha. Saya suka banget meat marble dan dice meat-nya. Dipanggang lalu dicocol dengan pilihan saus BBQ, saus asin atau saus bawang putih. Saya sih pilih 2 yang terakhir karena sedap banget! Itu adalah menu rekomendasi dari saya kalau berkunjung ke Raa Cha.

Untuk suki-nya sendiri saya biasa menyomot bakso keju dan enoki. Jamur putih yang kurus Panjang-panjang yang enak itu. Direbus dengan kuah Tom Yam atau kaldu. Beuh, enak!

Baca juga:

  1. Toko Oen Semarang
  2. Kuliner di Penang
  3. Bebek Bengil nan Tengil

Setelah mengambil tray-tray berisi makanan dan memesan minum, saya dan bestie duduk bersisian. Lalu karena saya memang hobi masak, saya pun sibuk-sibuk memanggang irisan demi irisan daging merah dengan lemak putih yang jujur terlihat sangat menggoda itu. Saya repot sendiri, tenggelam dalam kesibukan memasak yang memang menyenangkan sampai tidak sadar kalau bestie memandangi saya dengan tatapan kagum. “You really are a wife material,” ujarnya dengan senyum besar tersungging. Saya jadi kaget karena merasa apa yang saya lakukan (memasak) itu hal biasa tapi ya memang tidak semua orang punya pendapat yang sama ya.

Sambil menunggu makanan masak, kami pun mengobrol panjang. Ia bercerita tentang tempat-tempat di Jakarta yang ingin ia kunjungi, saya memberikan input tentang gimana cara ke sana. Sesekali tangan saya membolak-balik daging yang ada di atas panggangan sambil dengan tekun mendengarnya berceloteh riuh tentang kabar terbaru hidupnya. Saya senang mendengarnya bercerita, banyak pengalaman dan naik turun: ada yang seru, ada yang datar, ada juga yang bikin gemas. Intens sekali kami bercengkerama. Puas sekali rasanya bisa saling meluapkan apa yang ada di dada yang mungkin nggak bisa diceritain ke sembarang orang; cuma ke sahabat terpilih saja. Dikawani dengan santapan lezat yang menggoyang lidah. Perfect meet up!

Anw, kalo kamu cari tempat makan daging-daging yang enak dengan harga terjangkau cobain ke Raa Cha aja. Cabangnya ada banyak dan ambience restonya enak gitu. Kami habis sekitar 400 ribu makan berdua di sini dengan perut penuh kekenyangan setelah 2 jam makmal bareng.

Selamat hari Kamis, Sobat CE. Menu favorit kamu kalo di Raa Cha apaan?

Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Atas ↑