Rasa Bangga dan Luapan Syukur Penduduk Tarakan dalam Festival Iraw Tengkayu

“Be thankful for what you have, you’ll end up having more.”
– Oprah Winfrey

Pernahkah kamu mendengar ungkapan bahwa mengucap syukur merupakan salah satu cara melipatgandakan nikmat dan pahala yang kita miliki? Rasa syukur memiliki kekuatan luar biasa yang tanpa kita sadari berperan seperti magnet yang menarik lebih banyak hal baik hadir dalam hidup kita. Dan spirit syukur penuh rasa bangga seperti itulah yang saya rasakan saat menghadiri Festival Iraw Tengkayu minggu lalu di Pantai Amal, Tarakan, Kalimantan Utara. Keep on reading! 🙂

Sekelumit Sejarah Festival Iraw Tengkayu

Saya beruntung memiliki kesempatan untuk mewawancarai Datuk Norbeck bin Datuk Bayal bin Datuk Asang yang merupakan budayawan Tidung. Beliau menjelaskan mengenai upacara tradidional yang sudah dilakukan secara turun temurun oleh suku Tidung di Kota Tarakan ini secara gamblang. Terima kasih untuk Kak Santi, guide dari HPI Tarakan yang memfasilitasi hal ini. I owe you, big!

Mendapat kesempatan berharga mewawancarai Datuk Norbeck, budayawan Tidung dalam Festival Iraw Tengkayu.

Festival Iraw Tengkayu merupakan perwujudan rasa bangga masyarakat Tarakan akan masa kejayaan Kerajaan Tidung sekaligus ikhtiar mengucap syukur kepada Tuhan. Dalam upacara ini dilarung replika Kapal Padaw Tuju Dulung. Kapal dengan 7 haluan ini dilarung ke laut dengan sesaji makanan simbol-simbol makanan raja pada zaman dahulu seperti ketan, telur, beras dan ayam bakar.

Replika ini merupakan tiruan dari kapal Raja Tarakan di masa keemasan abad ke-17 yang terkenal memiliki kekuatan dan perahu yang handal. Kapal ini digunakan menyerang Spanyol di Mangindanau (sekarang Mindanau) Lautan Filipina Selatan pada tahun 1602. Saya sempat bertanya tentang hasil penyerangan tersebut, siapakah yang menang. Dengan penuh rasa bangga Datu Norbeck berkata, “Tentu saja kita yang menang!” Ah rasa bangga itu juga ikut menulari saya, masuk ke dalam sanubari dan membuat saya juga ikut gembira.

Bangsa kita memang dari dulu adalah pelaut ulung, bukan?

Setelah kekuatan kerajaan mulai memudar, suku Tidung membuat tiruan perahu dan pelarungan ini sebagai peringatan pada saat ulang tahun pelantikan raja. Kemudian setelah Tarakan menjadi kotamadya, pelarungan replika replika Kapal Padaw Tuju Dulung diadopsi menjadi perayaan ulang tahun kota yang jatuh pada 15 Desember.

Meski dilakukan sekaligus sebagai upacara memeringati hari jadi Kota Tarakan, pelaksanaan Festival Iraw Tengkayu ini tidak melulu harus di tanggal 15 namun dicari hari yang baik (di bulan Desember) dan air yang pas untuk pelarungan.

Selain dipadati masyarakat yang penuh antusias, Festival Iraw Tengkayu juga selalu dihadiri oleh para pejabat dan tetua Adat.

Arti Nama Iraw Tengkayu

Iraw Tengkayu merupakan nama panggilan lain dari Tarakan. Secara harafiah Iraw itu berarti pesta, Tengkayu bermakna daerah air asin, singkatnya Iraw Tengkayu berarti pesta laut. Nggak heran, makanya dilakukan di Pantai Amal ya, salah satu pantai favorit masyarakat Tarakan.

Festival yang selalu meriah dan dinanti-nantikan warga ini sudah berlangsung dari 2001 dan dilakukan setiap 2 tahun sekali. Di tahun 2019 memasuki penyelenggaraan yang ke-X dan setelah ini rencananya akan digendakan menjadi acara tahunan.

Replika Kapal Padaw Tuju Dulung

Selesai mewawancarai Datuk Norbeck, keberuntungan ternyata belum meninggalkan saya karena diberikan kesempatan untuk berfoto di Kapal Padaw Tuju Dulung. Astaga senangnya! Replika kapal ini memiliki panjang 7 meter 10 sentimeter (kapal aslinya memiliki panjang 7 depa) dengan masa pembuatan 3 minggu.

Saya berfoto bersama dengan penduduk setempat yang akan mengangkat replika kapal untuk dilarung. Total ada 14 orang yang akan mengangkat replika ini, mereka bukanlah orang sembarangan namun orang-orang terpilih yang sudah menjalani ritual khusus.

Merinding saat berpose di Replika Kapal Padaw Tuju Dulung.

Boleh percaya atau tidak, namun saat saya berdiri di depan replika kapal ini, bulu kuduk saya merinding halus. Meski saya tersenyum namun pelan tapi pasti udara di sekitar saya mendadak dingin. Padahal itu Pantai Amal lagi panas-panasnya lho! Tangan saya juga mulai terasa dingin, ada energi besar yang menyapa. Dan di dalam hati pun saya mengucapkan salam kembali, salam hormat kepada siapapun yang menyempatkan diri menyapa saya. Terima kasih 🙂 .

Sesungguhnya di mana pun kita berada, sudah selayaknya kita menghormati siapapun yang bersemayam di sana bukan?

Ohya, dulung sendiri bermakna haluan. Jadi kapal ini memiliki 3 haluan cabang bertingkat dan masing-masing 2 haluan di sisi kiri dan kanan, sehingga jumlah keseluruhannya ada 7. Angka tersebut juga menggambarkan jumlah hari dalam seminggu. Warna yang dominan adalah merah, hijau dan kuning di mana kuning merupakan simbol warna tertinggi yang melambangkan sesuatu yang mulia yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Melirik replika kapal yang gagah dan semarak dengan warna-warni cerah ini, saya hanya bisa membayangkan bagaimana kapal aslinya dulu berjuang berperang melawan Spanyol. Pastilah gagah luar biasa. Nggak heran jika suku Tidung sungguh bangga akannya.

Tarian Massal Penuh Keakraban Membuka Festival Iraw Tengkayu Dengan Penuh Semangat

Suara musik tradisional dengan sentuhan rebana yang kental membuka Festival Iraw Tengkayu. Puluhan orang dengan panji-panji berarak memasuki lapangan diikuti Replika Kapal Padaw Tuju Dulung, kemudian ratusan penari berseragam merah, hijau dan ungu pun muncul. Mereka menarikan tarian massal penuh keakraban dengan musik zapin khas Melayu yang indah di telinga.

Yang cukup mencuri perhatian adalah kemunculan penari-penari yang disimboliskan sebagai para bidadari setelah sekian waktu kami disuguhi tarian semangat penuh hentak. Dengan gemulai mereka menyempurnakan tarian kolosal ini dengan penuh ketakziman.

Saya berdiri terpana di pinggir lapangan bersama para kru media dan saya perhatikan hampir semua yang hadir pun ikut terpukau. Kalau ada lalat, mungkin sudah masuk deh ke dalam mulut saya. Hahaha. Ohya, seni tari yang memerlukan kerjasama dan kekompakan tinggi ini kabarnya memerlukan waktu hingga 3 bulan untuk berlatih bersama lho. Bravo!

Sesudahnya pelarungan replika kapal pun di mulai. Kapal dibawa menuju laut, diiringi musik dan masyarakat yang mengelu-elukannya. Tak mau ketinggalan, saya pun berlari mengejar kapal tersebut. Saya mau melihat. Tentu saja dari jarak sedekat mungkin. Setelah kapal menyentuh air, kapal diputar-putar sebanyak 7x dengan lantunan doa-doa kemudian dilarung ke lepas lautan. Meski saya tidak turun ke air, tapi saya di sana. Ikut merinding! Ikut terpana. Dan setelah itu usai sudah ritualnya. Sungguh ini adalah pengalaman berbeda yang membekas di hati.

Memohon doa. Festival Iraw Tengkayu
Replika Kapal Padaw Tuju Dulung diputar sebanyak 7x sebelum dilarung ke laut bersama dengan sesaji dalam Festival Iraw Tengkayu

Tempat Wisata di Tarakan

Tak lengkap bercerita tentang Festival Iraw Tengkayu jika saya tak bercerita juga tentang apa saja yang bisa kita temui di kota yang merupakan penghasil minyak terbaik ini. Yang saking bagusnya kandungan minyaknya, dulu Belanda mati-matian berusaha menguasai daerah ini.

Ada beberapa tempat wisata di Tarakan yang menjadi rekomendasi saya, terlampir di bawah ini ya.

  1. Hutan Mangrove dan Bekantan (Proboscis Monkeys)

Berada di tengah kota, hutan mangrove ini terasa seperti oasis yang menyejukkan. Di sini kita bisa menemui Bekantan, monyet berhidung panjang, fauna khas Kalimantan yang juga jadi maskot Dufan. Dengan HTM Rp. 5.000,- saja, kita bisa piknik hepi di sini. Pssst, lokasinya tuh instagramable banget.

Kopi Aseng

Saya pencinta kopi, hidup tak lengkap kalau belum ngopi dan kalo nyampe Tarakan nggak nyicipin Kopi Aseng, bisa dipastikan melewatkan salah satu kenikmatan dunia. Hahaha. Saya menyempatkan diri ngokrong di sini dengan para peserta famtrip lain, menyenangkan!

Rumah Adat Baloy Mayo

Mengunjungi Rumah Adat Tarakan Balay Mayo juga merupakan pengalaman unik tersendiri. Sungguh menyenangkan bisa mendapatkan pencerahan tentang sejarah Suku Tidung seraya menikmati arsitektur rumah yang dibuat dari kayu ulin ini. Jangan lupa mampir ke toko suvernirnya, banyak pernak-pernik lucu!

Tarakan juga menjadi kota transit sebelum beranjak ke tempat wisata lainnya di Kalimantan Timur yang menawan hati. Beberapa di antaranya sudah pernah saya tuliskan. Inti di bawah ini ya:

Baca juga:

Rasa bangga dan luapan syukur adalah kunci dari Festival Iraw Tengkayu. Dan saat saya membuat tulisan ini, tidak bisa tidak, saya juga bersyukur melihat bagaimana Tuhan menjagai langkah kaki saya sepanjang tahun 2019. Diberi kesehatan, dibukakan banyak kesempatan langka, juga dihujani berkat-berkat lain baik jasmani mau pun rohani. Beberapa bucket list pun sudah saya coret, mulai dari keliling Indochina hingga beribadah di Hillsong Sydney, Australia. Tentu 2019 tak selalu mulus, tapi bukan kegagalannya yang perlu diratapi, yang paling penting adalah bagaimana bisa memetik pelajaran dari situ dan menjadi lebih baik. Ah, matur sembah nuwun, Gusti.

Menutup artikel ini, ijinkan saya mengucapkan: Dirgahayu Tarakan! Sungguh saya bersyukur dapat melihat secara langsung Festival Iraw Tengkayu ke-X ini. Festivalnya sukses dan meriah, agung namun tetap bisa memberikan rasa kebersamaan tanpa jarak. Thank you Kementerian Pariwisata RI and Dinas Pariwisata Prov. Kaltara for having me to witness this amazing event. Bangga banget!

Selamat menutup akhir tahun 2019, Sobat CE! Apa yang kamu syukuri sepanjang tahun ini?

 

Sumber foto: Dokumentasi pribadi, Kemenpar, Yuki, Ayu

15 respons untuk ‘Rasa Bangga dan Luapan Syukur Penduduk Tarakan dalam Festival Iraw Tengkayu

Add yours

  1. ya ampun ikut seneng akhirnya ada yang menginjakkan kaki di pulau kecil Kalimantan ini hihihi. Apalagi festival ini paling dinanti masyarakat Tarakan yang sepi hiburan bisa dibilang. Tfs sai, brasa pulang kampung.

  2. Suka sekali dengan quotes di openingnya. Semoga diberi kesempatan ke Tarakan. Ini evennya tahunan kan ya mbak? Keren banget festivalnya..tarian tradisionalnya..hutan mangrovenya cakepp

  3. Dulu pas msh tinggal di komplek PT Arun, Aceh Utara, nama2 jalannya diambil dari kota2 penghasil minyak di Indonesia. Salah satunya jalan Tarakan. Walopun sampe skr aku blm prnh kesana 🙂

    Aku jg suka liat festival budaya seperti ini mba. Rasanya bangga ya dengan kekayaan budaya negara sendiri, yg pasti jadi penarik para turis asing juga :). Semoga festivalnya ttp rutin dilakukan utk tahun2 berikutnya.

  4. dilarung ke laut dengan ombak yang cukup gede juga ya
    larung nggak hanya ada di jawa aja ternyata, di kalimantan juga ada

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Blog di WordPress.com.

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: