We don’t receive wisdom; we must discover it for ourselves after a journey that no one can take for us or spare us. Proust
Hai, hai….. Apa kabar semuanya? Duh, maaf sekali baru update blog lagi setelah sekian lama *hembus-hembus debu di dashboard*. Jadi ceritanya, saya terkapar diopname seminggu dan istirahat pemulihan selama seminggu juga. Makanya hampir dua minggu deh ini blog dianggurin, dan cerita soal Manado pun tertunda. Tapi eh tapi… Pepatah lama bilang bahwa the Longer you wait for something, the more you will appreciate it. Cuss, saya lanjut cerita soal Citilink Holiday ke Manado kemarin yaaa 😉 Dan karena ini adalah postingan yang agak panjang. Jadi silakan siapin tissue, cemilan atau apa gitu 😀
—-
Jadi kan ceritanya begitu mendarat di Manado, matahari udah agak terik tuh. Dan perut (walo udah diisi banyak in-flight meal) tetep aja keroncongan. Cih! *tatap sinis perut sendiri* 😀 Hahaha. Maka kami langsung deh mampir dulu ke Rumah Makan Dego-dego buat isi bensin (lha kenapa bensin ya, padahal kan makan nasi bukan minyak ) Hahaha.

Setelah kenyang dan update-update status di Twitter dan Instagram (ini penting! :P) kami pun lanjut ke Tomohon. Jalanan yang kami lalui mendaki dan berkelok-kelok, mengocok perut tapi justru di situ sensasi serunya. Kalo jalan lurus doang sih bikin ngantuk, kan? Sepanjang jalan, mata dimanjain banget sama cowok Manado keren yang ganteng pemandangan hijau yang bikin seger mata. Beuh, keren!
Rumah untuk Jiwa Yang Tersesat
Begitu mobil berhenti setelah +/- 2 jam perjalanan, saya pun langsung melompat turun untuk meluruskan punggung. TERUS SAYA BENGONG. Ho-oh bengong! Terpana gitu melihat panorama yang cantik bener! Semilir angin menerpa wajah saya dengan lembut, biru cakrawala memanjakan mata dengan Gunung Lokon yang tegak dengan cantik di ujung langit. Saya.. um… Saya sungguh merasa kecil. Kebayar lunas deh perjalanan darat yang bikin bokong tepos ituh sama pemandangan kece begini.
Di sini, di Bukit Doa ini ada wisata religius untuk Umat Katolik. Saya dan teman-teman menyusuri Jalan Salib yang berawal dari Yesus diadili oleh Pontius Pilatus dan berakhir di replika makam Yesus.
Tempatnya sungguh asri, sangat menenangkan jiwa. Beberapa kali saya menitikkan air mata karena rasa syukur yang begitu membuncah mengingat kebaikan Tuhan. Well, jarang-jarang saya pergi wisata religi.

Di Bukit Kasih ini juga ada amphitheater yang saya pikir bisa digunakan untuk Kebaktian Padang alias ibadah di tempat terbuka atau untuk konser musik dan pertunjukkan.
Selain itu, satu yang mencolok mata adalah Chapel of Mother Marry (Kapel Bunda Maria). Sebenarnya ini adalah Wedding chappel. Tapi kapel ya tetap kapel. Tetap tempat ibadah di mana bisa digunakan untuk berdoa. Begitu keluarga tau kalau saya mau ke Manado dan melakukan wisata religi, banyak dari mereka yang langsung WA titip doa. Inilah, itulah. Ya, ya..

Sekedar memenuhi permintaan keluarga maka saya pun berlutut berdoa. Tapi ternyata saat saya menyatukan jemari dan menundukkan kepala berdoa, hati saya dijamah Tuhan. Saya seperti dipeluk oleh kuasa kasih yang begitu besar. Rasanya begitu teduh, jiwa saya terasa sangat damai dan penuh. Memandang kayu salib dengan Yesus tergantung di atasnya membuat saya meneteskan air mata syukur.
Mulut saya tak henti melantunkan segala puja-puji atas semua kebaikan Tuhan. I feel belonged here. I feel like I come home. Iya, kembali pulang adalah kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan saya saat berdoa di kapel ini. Dalam lafalan doa-doa saya, hati ini pecah! Terisak-isak seperti anak kecil yang dipeluk ibunya, menangis penuh syukur (tentu dalam diam, saya nggak mau bikin heboh :p). Melakukan banyak kontemplasi dan berdialog dengan Sang Empunya Hidup. Gusti Alla matur nuwun. Berkah dalem.
Setelah puas lahir dan batin (pijitin betis), wisata berikutnya kami lanjut ke Bukit Kasih. Nggak jauh-jauh banget dari Bukit Doa. Sekitar 50 menit ajalah. Apa dan bagaimana? Tunggu post berikutnya! ^_^
Selamat hari Kamis, Sobat CE. Kapan terakhir berkontemplasi?
Little Trivia of Bukit Doa Tomohon:
-
Pake flats, sneakers atau sekalian sandal gunung. Namanya bukit ya areanya lumayan besar dengan lanskape yang naik turun. Kalo pake high-heels lumayan ya bok
.
-
Walaupun Bukit Doa ini merupakan wisata religius untuk Umat Kristiani namun non-Kristiani pun dapat mengunjungi tempat ini untuk mempelajari sejarah atau sekedar menikmati pemandangan. Mempelajari sejarah agama lain kan nggak salah toh? Nambah pengetahuan dan nambah pinter. Syukur-syukur nambah toleransi 😀
-
Untuk wisata religi yang maksimal, bisa menghubungi pastor atau pendeta yang akan mendampingi prosesi Jalan Salib. Nomor teleponnya ada di dekat pintu masuk.
-
Book Citilink buat Wisata Religius di Manado. Harga terjangkau dengan jadwal penerbangan yang asyik.
Wah . . . baca tulisan Mbak Eka jadi kepikir pengen jalan ke sana dan merasakan berdoa di kapel-nya juga.
Dan itu diorama Jalan Salibnya keren banget ya Mbak
Keren bangeeeeet. Dan yang aku suka tuh tempatnya bersih banget. Adem. Menenangkan!
Trus pemandangan cowok gantengnya banyak gak? Wkwkwkwk
Mau tau aja ato mau tau bangeeeet? 😛
Ka, Bukit Doa itu hawanya panas atau dingin?
Hawanya sejuuuuuk. Semilir gitu anginnya. Adem. Adeeem banget.
waaa.. bagus pemandangannya, keliatan klo suasananya sejuk, angin semilir karena penuh pohon. Dan aku jg suka bubur Manado.. hmm.. nyam! salam kenal 😀
Iyah, karena penuh pohon jadi asri bangeeet
Iiiih sama! Dulu waktu mendarat di Manado yg pertama kali aku lakukan adalah makan bubur Manado. Abis itu jalan ke Bukit Doa Tomohon. Manado itu merindukan 🙂
Hahahaha.. Yakin cuma makan bubur Manado? Nggak cuci mata cewek/cowok Manado? 😛 Ooopz
Hahaha…gak kak, aku fokus ke kemangi di bubur manadonya. #eh
Bubur apa sop, kemanginya banyak banget 😀
Kemanginya bikin enaaaak 😀
aku fokus sama tinutuan-nya huhuhuhu enak bangeeet kayaknya
Hahaha. Emang enak siiiih
Membaca postingan ini saja sudah membuat saya sejuk :hehe. Suasananya adem, jalan-jalan di bawah rindang pepohonan pada rumah Tuhan itu membuat kita merasa aman dan ternaungi, ya. Saya suka wisata religi, soalnya nanti banyak campur tangan Tuhan yang memperkaya cerita kita selama di tempat-tempat itu :hehe. Kadang campur tangan itu bisa dijelaskan via logika, tapi tak jarang, bentuknya adalah kejadian-kejadian yang tak bisa ditalar akal, sehingga kadang kita cuma tersenyum, dan iman itu makin terpupuk :)).
Ah aku suka kalimatmuuuu. Iman itu terpupuk!
Aku baru 2x ini wisata religi. Yang pertama di Semarang dulu. Rasanya tetap beda ya…
Namanya pengalaman spiritual pastinya berbeda-beda ya Mbak :hihi, saya juga kurang mengerti tapi entah, selalu ada sesuatu yang berbeda, yang menarik untuk diceritakan :hehe.
Sepakat banget! Selalu ada yang baru yang menggugah jiwa
:hehe. Syukurlah kalau kita sependapat.
Iya enak! Pake isan asin lebih enak lagiii 😀
Bubur menado keliatannya unik ya.
Btw aku baru tau lho ada Bukit Doa di Menado. Jadi pingin ziarah ke sana, jalan salib dan berdoa di kapel.
Yuks! Segerakan mbak. Nggak nyesal deh :*
Keren mba Eka 🙂
Saya sekitar akhir 2013 sempet ke manado jg,
Ke minahasa ya kl ga salah, naik bus yang,ah sudah lah… hehe
Tapi blm sempet makan bubur manado,
sempet ditwarin, tapi ga makan, soalnya saya memang ga suka bubur (apa aja)
ditunggu cerita lainnya mba.
🙂
Udah ada post setelahnya, tentang Bukit Kasih lho ^_^
Btw emang busnya kenapa?
Bagus tempatnya
Iya. Keren kan?
Aku orang manado. Pernah pergi juga ke bukit doa.
Bagus kaan? ^_^
Sangat 🙂 .
Tiket masuknya berapa ya???
jika mau explore manado bisa memakai jasa tour guide kami…salam kenal kakak2 semua.
Gbu All
Cp. 081296000783