Situ Gintung – dalam Nestapa

Aku tersadar oleh lolongan sendu seorang ibu.
Jasad kaku ada dipangkuannya. Keras ia menggoncang-goncangkan tubuh anak lelakinya namun tetap ia tak bergerak – karena nafas pergi meninggalkan raga.
Dan histerislah sang ibu.
Jeritannya pilu, sepilu nyawa yang melayang sebelum genap ia berusia 17 tahun. Kulihat sekeliling, oh Tuhan tempat ini porak poranda, rumah hancur, mobil tersangkut di atas pohon, sampah ada dimana-mana, bangkai ternak, bangkai ayam, balok kayu, genteng, perkakas rumah, semuanya bertebaran tidak pada tempatnya. Daerah ini luluh lantak ! Jerit kesakitan, tangis, duka, dan raut kebingungan terlihat di setiap wajah. Bau anyir darah menyeruak. Hawa kematian begitu kental di udara, sepertinya malaikat pencabut nyawa masih berkeliaran disini. Memastikan bahwa takdir kematian setiap orang harus terlaksana. Tak boleh ada yang luput !
Dadaku sesak.

Diantara sedu sedan kami, ada beberapa orang yang berkunjung dengan mobil kinclong berpelat merah, berambut sasak tinggi dan pakaian bagus tidak pada tempatnya.
Sambil membagi-bagikan makanan dan selimut, terselip bendera partai diantaranya.
Tuluskah mereka ? Hanya Tuhan yang tahu.
Kesal sekali penderitaan kami dijadikan komoditi mencari simpati pesta demokrasi awal April nanti. Benci aku melihatnya tapi emosi ini sudah terkuras habis hingga tak mampu berkata apa-apa.

17 respons untuk ‘Situ Gintung – dalam Nestapa

Add yours

  1. smoGa kejadiaN sepeRti iNi g teRuLang lgi..
    untUk saaT iNi haNya doA yg bisa aq bErikaN..

    mBa eKa..tulisaNx maNtabb2..kayaX aq peRLu belaJaR byK dRi mBa ;)..
    daH diLink mBa bLogx..
    makaSih,,,;)

  2. ka,

    harusnya lo sirem ibu2 yang dateng pake sasak tinggi2 itu pake aer lumpur. biar senasib gitu…
    benci gue ama partai2 keparat itu…
    musibah orang kok dijadiin ajang buat kampanye…

  3. Salam kenal,
    tracking dari gloria limbong nih.
    Begitulah kadang pemerintah kita. Sangat ironis. Mereka tega mencari kesempatan dari penderitaan orang. Saya juga menulis tentang kejadian ini.
    Btw, saya jadi ikut terhanyut atas cerita Anda.

  4. maut emang gak pernah pandang waktu, pandang ruang, pandang apapun, jika sang Empunya nafas kehidupan telah merestuinya.
    Turut berduka untuk semua korban situ gintung.
    Semoga Tuhan memberi kekuatan pada anak-anakNya yang sedang berduka

  5. Ketika di Jum’at pagi pukul 10 Wib, dapet email dari seorang sahabat yang sahabatnya termasuk korban di situ Gintung, dr email tersebut tergambar betapa dasyat bencana tersebut.
    Hati hanya bisa menangis. Menangis karena tidak bisa berbuat sesuatu yg nyata untuk saudara2ku di sana.
    Namun, dari peristiwa tersebut semoga semangatku untuk menjaga alam di desaku semakin besar dan tetap ada sampai kapanpun.

  6. Aku juga turut berduka cita, hal seperti ini harus mengingatkan kita bahwa kita terlalu sombong hidup di dunia ini, dan merasa memilikinya, padahal kita itu numpang

  7. turut berduka cita bagi seluruh korban.. alam selalu mencari “equilibrium point” yg memang tidak selalu manis bagi penikmatnya..

  8. Eka…

    Ceritanya pedih banget, apalagi based on true story. Sampai sekarang masih belum bisa membayangkan bagaimana pedihnya perasaan mereka yang kehilangan… dan bagaimana ngerinya ketika tubuh tiba-tiba terbawa arus hebat yang membuat mereka celaka…

    Duh, Eka..
    I wanna write something about this, tapi entah kenapa sulit sekali menulis karena dadaku udah sesak duluan sebelum memulainya… 😦

  9. Jika TUHAN menghendaki apalah daya kita sebagai mahluk lemah,
    Tapi jangan lah bencana ini melemahkan kita, mari kita jadikan pelajaran dalam hidup…!!!
    BTW : thanks linknya kk

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: