Mengejar Sunrise Di Bromo

Memanjakan dan Merawat Diri Setelah Aktivitas yang Padat

Udara dingin menusuk tulang merayapi tubuh, suhu saat itu sepertinya di bawah 5°C. Makanya nggak heran semua merasa kedinginan dan membuat kami harus merapatkan jaket lekat-lekat lalu memasukkan jemari ke dalam saku kantong. Saya melirik jam di tangan kiri, jarumnya menunjukkan angka 3 pagi. Sambil menguap, rasanya pengen mengeluh >.< “Ngapain coba bangun sepagi ini ngalahin ayam jago? Rajin amat!” 😀 Tapi saya tepis gerutuan itu dan membayangkan sunrise cantik di Bromo. Sunrise yang selalu saya nanti-nantikan.

Setelah semua orang di dalam rombongan berkumpul, kami masuk ke dalam mobil-mobil jeep yang sudah mengantri. Perjalanan menembus gelap pagi itu terasa dramatis. Deru knalpot jeep memecah keheningan dengan masing-masing orang duduk diam. Entah ngantuk, entah takut karena di luar hitam pekat tanpa cahaya dan hanya ada lampu-lampu dari mobil jeep saja yang berpendar. Mencekam tapi sekaligus ngeri-ngeri sedap.

Kemudian, setelah 30 menit perjalanan, kami pun akhirnya sampai ke Bukit Kingkong. Oksigen yang menipis dan udara Bromo yang dingin betul-betul kombinasi yang bikin kasur dan bantal jadi terasa kayak surga saat itu :p Untunglah kami langsung digiring oleh pemandu untuk trekking jadi nggak sempat mikir macam-macam 😀 Tak sampai 20 menit trekking, sampailah kami di spot yang katanya cantik tapi jujur aja sih saya nggak bisa bilang cantik karena masih gelap. Hahaha. Tapi ya udah kami nurut aja.

Magical Sunrise

Berdiri diam dalam keheningan sementara perlahan cuaca mulai terang itu adalah momen yang menurut saya sangat pribadi. Dalam keheningan justru dada dan kepala terasa riuh dengan percakapan dengan diri sendiri, dengan cita-cita dan impian yang ingin digapai serta doa-doa kepada Sang Pemilik Kehidupan. Hening yang menenangkan walau hanya sebentar karena sayup-sayup makin banyak orang datang dan suasana berubah jadi ramai. Ah, sekarang saya paham kenapa kami harus berangkat pagi-pagi buta, ternyata supaya kami mendapatkan spot melihat matahari terbit yang terbaik. Di tengah keramaian orang yang makin lama makin banyak datang, rasanya sulit mendapat spot cantik jika kami datang terlambat.

Teduhnya dan magisnya suasana sunrise di Bromo

Di tengah keriuhan tersebut, mendadak suasana menjadi senyap. Saya sempat bingung kok bisa jadi hening lagi, ternyata oh ternyata semua tersihir oleh kemegahan matahari terbit yang memancarkan sinar keemasaannya di ufuk timur. Saya diam tersihir sambil meremas-remas tangan lalu sigap mengambil kamera dan mengabadikannya. Gila, sunrise di Bromo itu memang juara!

Bela-belain bangun jam 3 pagi terus berdiri lama nunggu mataharinya terbit. Kebayar lunas sama pemandangan yang kayak gini. Abaikan muka ngantuk saya ya 😛
Can’t get enough of Bromo. Spectacular!

Baca Juga:

  1. Terjebak Badai Pasir di Bromo

  2. Malang yang Ngangenin

  3. New York yang Riuh tapi Terasa Hangat di Hati

Puas menikmati pemandangan Bromo yang spektakuler, kami pun bergegas menuju ke spot lain, masih di area Taman Nasional Gunung Bromo yaitu Bukit Teletubbies. Iya, namanya kayak judul acara TV dulu ya, tapi sesungguhnya perbukitan ini memberikan pesona tersendiri yang menakjubkan. Saya selalu merasa sangat kecil berada di sini sekaligus merasa bersyukur atas semua kebaikan Tuhan.


Perempuan-perempuan tangguh yang selalu energik beraktivitas.

Hampir jam 10 pagi saat kami selesai dengan touring di Gunung Bromo ini lalu kami bergegas menuju ke kamar hotel, packing dan lanjut ke Bali. Iya, trip yang ini memang sangat padat. Sampai di Bali, saat istirahat sejenak saya jadi mikir. Beraktivitas seharian yang bikin adrenalin naik kayak gitu, kadang bikin saya lupa merawat diri. Lupa pakai tabir surya bahkan kadang lupa merawat daerah kewanitaan. (Oops, padahal ini asset buat disayang suami 😛 eh). Anuh, maklum ya, kalau lagi di gunung gitu kan susah cari toilet dan kita sebagai perempuan, semakin aktif beraktivitas tuh maka daerah kewanitaannya semakin lembab. Akibatnya, risiko adanya infeksi jadi meningkat.

Terus gimana dong mengatasinya?

Saya nggak pernah lupa bawa Absolute Hypoallergenic saat bepergian ke mana pun.  Hypoallergenic  Formula Dermatologically ini sudah teruji aman untuk kulit paling sensitif sekalipun dan Biolacto Active -nya dapat menjaga keseimbangan pH 3.5 yang mampu mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur penyebab keputihan.

Merawat dan memanjakan daerah kewanitaan dengan Absolute Hypoallergenic

Mini Review Absolute Hypoallergenic

Hiks soal keputihan ini memang nyebelin banget. Travelling seharian apalagi naik turun gunung atau touring ke alam itu bener-bener bikin daerah kewanitaan jadi lembab. Kalau nggak dijaga, bisa gatal dan keputihan. Huhuhu. Saya pernah kena keputihan soalnya dan rasanya nggak enak banget. Makanya sekarang saya selalu bawa Absolute Hypoallergenic untuk perlindungan daerah pribadi saya. Diformulasikan dengan  Ekstrak Susu Biolacto Active dengan pH alami 3.5 sesuai dengan pH alami area kewanitaan, untuk menjaga keseimbangan bakteri baik di area kewanitaan dan melindungi area kewanitaan dari bakteri merugikan.

Selain itu, yang saya suka tuh ya, Absolute Hypoallergenic mengandung Collagen Extract untuk menjaga elastisitas kulit area kewanitaan jadi nggak cepet keriput. Well wajah aja selalu dirawat, kenapa daerah pribadi enggak? Wajib dirawat dan dijaga dong ah. Lalu Absolute Hypoallergenic  juga mengandung Aloe Vera Extract untuk menjaga kelembaban kulit. Ah, cucok!

Absolute Hypoallergenic efektif merawat daerah kewanitaan untuk mencegah keputihan dan bau tak sedap.

Cara Penggunaannya gampang banget kok:

  1. Tuangkan sedikit Absolute Hypoallergenic (1,5 -2mL) ke telapak tangan, tambahkan air secukupnya dan busakan.
  2. Basuhkan ke daerah kewanitaan anda,diamkan beberapa saat lalu bilas dengan air hingga bersih.
  3. Pakai Absolute Hypoallergenic 2x sehari pada saat mandi, dan bisa lebih sering frekuensinya pada saat periode menstruasi.

 

Ada dua varian  Absolute Hypoallergenic yaitu Youth Revitalize, Naturally Soothing (Foamy & Liquid) Ukuran : botol 60 ml & 150 ml. Yang 60ml itu travel size banget, gampang dibawa-bawa pas liburan. Follow Instagram @absolute_women untuk info-info bermanfaat lainnya ya.

Tetap nyaman beraktivitas dan melakukan banyak kegiatan tanpa kuatir daerah kewanitaan menjadi lembab. Absolute Hypoallergenic mudah dibawa ke mana-mana.

Kita sebagai perempuan tetap bisa #AbsolutelyActive di mana pun dan kapan pun, asal tahu gimana cara merawat diri dan daerah kewanitaan. Keep on active, keep on travelling!

 

Anw, Sobat CE. Sudah pernah ke Bromo belum?

Iklan

20 respons untuk ‘Mengejar Sunrise Di Bromo

Add yours

  1. Aku tu nyesel kak, bertahun-tahun lalu liputan Jazz Gunung tapi malah nggak ngejar sunrise di Bromo. Terlalu mager slimutan di homestay, pas gerimis soalnya. Bromo masih menjadi bucket list nih.

  2. Wah… Mbak eka, bromo emang punya keunikan tersendiri, yang menarik hati. Aku masih jadiin bucket list nih mbak, anyway.. Aku selalu tergoda dengan view nya bromo, Amazing ya….

    Salam kenal ya mbak dari #jejakbiru

  3.         bromooooo, tempat terindah di tanah Jawa.. aaa pengen balik lagi kesana, belum berhasil dapetin sunrisenya.. belum ke bukit kingkong ini jg deh kayanya..
    

    -Traveler Paruh Waktu

  4. langsung inget penyesalan pas gagal ke bromo :p. pdhl hanya tinggal berangkat, tp aku dan suami tepar ga kebnagun krn kemarinnya kita baru naik ke puncak sikunir hahahahaha. bdn ga kuat diforsir gitu. dari dieng kita lgs ke batu. rencana malamnya lgs berangkat ke bromo, apa daya ga kuat bangun.

    jd nanti, aku hrs bisa ke sana. bikin plan lg dr skr 😀

Tinggalkan Balasan ke Ceritaeka Batalkan balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Blog di WordPress.com.

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: