Nalar & Kalbu

alar mengatakan bahwa tak ada yang pantas untuk dipilih. Mereka semua telah tercemar. Bau bangkainya saja sudah tercium padahal bungkusnya belum terbuka, begitu argumennya.

Namun Kalbu dengan suara kesejukannya mengingatkan bahwa kita harus ikut menentukan nasib bangsa. Harus ikut bertanggung jawab. Karena golput bukan pilihan (walaupun tidak memilih sebenarnya juga suatu pilihan waras ! ) karena sejatinya manusia lahir dengan segepok tanggung jawab. Mereka yang menolak bertanggung jawab sesungguhnya gentar apabila nanti pilihannya tidak seperti yang ia harapkan. Namun jauh panggang dari api adalah suatu resiko dari pilihan. Jadi tak perlu gentar. Dewasa dan bertanggungjawablah, begitu bujuknya.

Nalar bersikeras bahwa memilih tanpa tahu siapa yang dipilih adalah kesia-siaan. Untuk itu diam di rumah atau pergi ke mall adalah keputusan yang paling bijaksana. Apa yang mau dipilih, wong caleg.nya saja tak lulus fit and proper test paling cuma lulus tampang, jelasnya gamblang.

33 respons untuk ‘Nalar & Kalbu

Add yours

  1. Ini posting politik atau filsafat politik sih, mbak eka? 😀 .

    Menurut saya sih, pemilu di Indonesia tidak lebih dari sekedar seremonial belaka. Pemilu hanya digunakan sebagai ajang untuk mengisi posisi bukan untuk mencari kualitas pemimpin.

  2. Kalo bagi saya pilihan saat ini yang sedikit masuk akal adalah, GOLPUT… Maap bukannya ga punya pendirian tao gimana!! tapi kan GOLPUT juga merupakan pilihan, bukan begitu bukan…. 😀

  3. Sebagai warganegara yang baik, juga untuk mendidik anak-anak, saya menggunakan hak pilih saya. Datang ke TPS sudah merupakan dukungan moral untuk bangsa ini.

  4. Inilah paradoksnya hidup ya. Satu kata untuk tesis dan satu kata lagi untuk antitesis. Satu alasan untuk memilih dan satu alasan untuk tidak. Pilihan yang kita ambil hanya tergantung bagaimana kita mempertemukan keduanya.
    Tapi dari keduanya, saya memilih untuk menyerah. Menyerah dengan memilih untuk tidak memilih. :mrgreen:

  5. ka, loe gak nyontreng gue ya?
    gue gitu lho? enggak? nggak loe contreng?

    yaaaah…

    teganya, teganya, teganya…

    hehe, tetep semangat nulis meskipun ada insiden itu ya 😉

  6. Saya mengawasimu wahai pilihanku.

    Hmm, denger tu Mba’ Eka ngomong,, dahsyat kali kata penutupmu 😀
    Jadi nasibku yang terabaikan itu bisa juga disebut berkah, bila ternyata mungkin pilihanku salah 🙂

  7. Nalar dan Kalbu… ibarat dua sisi mata uang yang bersemayam dalam jiwa kita…
    sebagaimana dialog imajiner lainnya, yg pernah saya baca, pertentangan tentang cara mwelihat pemilu seperti ini adalah hal yg purba. Ia telah lama ada dan berakar kuat dalam kesadaran orang2 dulu. Ketika Sokrates mendebat muridnya yg dungu tapi setia, Hippias, Sokrates berkata” Wahai Hippias, apakah yag terlebih dahulu harus dipenuhi, apakah pemimpin yangb baik ataukah keadaan adil dan baik?
    *btw tulisan diatas sangat berfaedah. Andai menggunakan kalimat dan kutipan dialog langsung, mungkin akan lebih menarik lagi.
    Salam dan selamat memilih.

  8. aku gak ikuta milih euuuy… terlalu malas membayangkan keluar kota memakan waktu 2,5jam perjalanan hny tuk mencontreng sesuatu yg saya tdk mengerti sama sekali sapa yg patut dicontreng sapa yg tdk. hehehe.

  9. belum pernah memilih karena gak pernah daftar dan sebagainya…kalau ada yang daftarin ku datang aja sih..cuman ya gitu deh..pasti bingung mau milih siapa? wong orang bukan dari Bandung..gak tau siapa yang harus dipilih…

    yang pastinya kita memang harus memilih..
    di negara2 yang maju ..mereka akan berpikir bahwa satu suara itu sangat berharga..tapi di negara2 yang seperti ini..dimana orang-orangnya pada malas..membuatku sama aja boong..tapi Insya Allah ku memilih ko suatu saat ..sekarang lagi sibuk banyak jadi belum sempat urus ini dan urus itu..belum lagi saya bukan dari sini..jadinya efortnya terlalu rugi…

    tapi kalau presiden mungkin bisa dicoba ..karena yang pastinya lebih sedikit..jadi lebih seru..kalau DPR mah ya gitu deh..

    di kampus ku sendiri sih..hal yang paling menyebabkan kabinet mahasiswa ku mengalami krisis berkepanjangan dari 10 tahun kemaren ..karena kebobrokan dari kongress…kalau presidennya jago kok…nah ini juga bisa jadi gambaran untuk kedepannya..kalau DPR kita hancur ..maka negara ini hancur..dan itu ternyata bener..ya heran aja..proses pemilihan calegnya terlalu banyak..partainya terlalu banyak..bikin dikit napa ?..nah yang bisa menentukan itu semua..hanya orang-orang yang bener2 mempunyai kekuasaan penuh..di amerika itu pilih 2 ..karena itu simple banget ..dan orang tentunya merasa rugi kalau gak milih..keren kan..disini ..wadou..partainya banyak lagi..

  10. Perdebatan Nalar dan kalbu sepertinya emang sering yaa..
    Ada area yang mudah ditangkap dengan nalar..
    Ada area yang sangat terasa di kalbu dan gak tertangkap Nalar..
    Paling enak kalau keduanya sepakat..

    Nice posting Eka.. 🙂

  11. Kalau gw, perang antara nalar dan kalbu, antara logic dan rasa, seringkali pemenangnya itu kalbu.

    Duh padahal ga make sense loh. Ga sesuai dengan nilai2 yang telah gw susun rapi sesuai dengan logic yang gw anut. Banyak orang yg ga setuju, protes. Tapi hey, ini hidup gw, biarkan gw mengarunginya bersama kalbu… 😀

  12. kalbu bekerja dengan proses yang belum kita bisa pahami. Yang jelas kalbu merekam dalam banyak format, ada yang temporary memory sampai yang permanent, ndak bisa didelete. Ada yang memorynya gampang di-retrieve, ada yang nyungsep jauh kedalam sehingga sulit di-retrieve.

    Sangat berbeda dengan nalar yang bekerja secara analitis, metodis, systematis.
    Kelebihan kalbu adalah KECEPATAN-nya dan OTOMATIS. Sangat-sangat efisien. Sementara berfikir nalar LAMBAN dan membutuhkan data. Kesulitannya sering bukan karena kurangnya data tetapi justru terlalu banyak data sehingga membikin nalar gumyur. hihihi… 😉

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: