Untuk Lelakiku

Life is not a matter of milestones but of moments.
Bau khas itu tercium lagi. Bau khas yang bagaimana? Bau khas yang tidak menyengat namun aromanya mampu membawa segepok memori dari cerebrum otak paling belakang melaju cepat ke masa kini. Bau khas yang selalu terkuar manakala suster-suster gesit berpakain putih bersih itu datang mengukur suhu tubuhmu atau menusukkan jarum sepanjang telunjuk orang dewasa: memindahkan tetes demi tetes darah berwarna merah dari nadimu ke dalam tabung transaparan nan mungil. Lalu diam-diam aku memalingkan wajah karena mual.
There is always hope, no matter what happens ^_^
Bagaimana kabarmu hari ini, Bang? Kau masih meringkuk di bawah selimut berwarna bunga matahari bersama guling mungil merah muda. Sengaja aku bawa guling itu, agar ada suasana rumah yang terpaut di dalam ruangan ini. Sudah sekian hari tangan kekarmu itu tidak merangkul pinggulku lagi saat lelap malam menjemput. Sudah sekian waktu suara serakmu itu tidak lagi mampir di telingaku kala pagi, “Ayo bangun sayang.” Aku rindu suara lirih yang senantiasa menyapaku setiap fajar menjelang itu. Aku rindu kamu dengan senyum usilmu itu berbisik, “Sudah jam 6, kita telat ngantor,” dan aku melompat dari tempat tidur, lari pontang panting ke kamar mandi hanya untuk mendapati bahwa waktu masih pukul 5 pagi. Ah kamu, leluconmu itu, lelucon basi yang entah kenapa masih ampuh saja menipu dan membuatku berteriak-teriak kesal campur geli. You know what I miss most? Aku rindu kamu sehat, tersenyum lalu kita bisa kuliner malam lagi seperti dulu.
The world always looks brighter from behind a smile...
Bagaimana kabarmu hari ini, Bang? Siapa bertanya? Ada sofa cokelat mengapit meja kotak dengan secangkir teh hangat di atasnya. Ada setumpuk buku-buku bacaan yang menemani hari-hariku di sini. Hurufnya kian hari kian kabur karena sesungguhnya kesehatanmu lebih menyita konsentrasiku. Rasanya semua di ruangan ini berjalan lebih lambat, apakah Sang Waktu tak jumawa lagi? Tak mempunyai kuasa di ruangan ini? Aku lupa waktu, aku lupa hari. Life is not a matter of milestones but of moments. Every moment, every time that I have spent with you is precious. Cepat sembuh, Bang, lalu mari kita teguk kopi dan cokelat hangat yang lucu itu.
Day 4 at RS. Saint Carolus.
.
.
.
Pics are borrowed from here and here

25 respons untuk ‘Untuk Lelakiku

Add yours

  1. saya menangis membacanya untuk kedua kali.. teringat waktu itu, sesosok lelaki terbaring di antara tiga selang yang masuk ke tubuhnya.. hari-hari yang berat bagi siapapun perempuannya. Turut berdoa mbak, semoga lekas pulih 🙂

  2. Mba Eka… bighug… apapaun sakitnya, aku doakan semoga Tuhan segera mengangkat penyakitnya dan memberikan kesehatan pada Abangnya. Just Is… teruslah menata hatimu mba, walau dalam situasi apapun. Big hug, mmuuaah

  3. Ahhhh, Mbak Eka, romantis beut, sih… *lovelovediudara*
    cepet sembuh buat si abang, ya, semoga tangannya masih kekar. Dan masih bisa merangkul pinggul Mbak Eka (semoga ga gendutan ya, mba) *ditampar bolak balik*

  4. Aku baru tahu kalau abangmu sakit 😦

    Semoga lekas sembuh saja. Jadi ingat baca sms-mu tentang suami mesra yang dikau banggakan. Bak lekas sehat kembali, biar hari kalian tak murung lagi 🙂

Tinggalkan Balasan ke indobrad Batalkan balasan

Blog di WordPress.com.

Atas ↑