Tentang Mukjizat & Tanggung Jawab

Disclaimer: Perenungan pribadi dan nampaknya tulisan yang sedikit serius plus agak  berat, walau gak seberat truk tronton sih 😀
Apakah kamu percaya akan mukjizat Tuhan? Khususnya dalam hal kesembuhan? Saya percaya 🙂 Namun demikian saya juga percaya bahwa kita harus melakukan bagian kita dan tidak hanya menggantungkan iman pada mukjizat saja. Maksudnya gimana? Apakah saya telah mengurangi kadar kepercayaan saya kepada Tuhan? Tidak, tidak seperti itu.
Mukjizat kesembuhan itu adalah hak preoregatif Gusti Allah, iya saya memohon kesembuhan tapi saya tidak bernegosiasi dengan Tuhan bahwa kalau suami saya sembuh saya akan begini begitu. Tidak. Saya akan melakukan apapun yang memang Tuhan kehendaki untuk saya lakukan dengan atau tanpa mukjizat kesembuhan diberikan kepada suami saya. Mengapa? Karena seluruh hidup saya ini miliknya Tuhan, saya ini cuma numpang hidup di bumi yang merupakan pemberhentiaan sementara. Sehat, sakit, itu adalah fase kehidupan yang merupakan haknya Tuhan dan saya akan selalu berusaha ikhlas menjalani.
Tuhan menciptakan hukum alam, bahwa apa yang kita tabur maka itulah yang akan kita tuai dan Tuhan konsekuen akan hal itu.
Tapi Tuhan itu adalah Pribadi yang baik, betul? Tidak akan dibiarkan umatNya jatuh tergeletak tanpa pertolongan. Saya percaya ketika kita melakukan bagian kita maka Tuhan pun akan melakukan bagianNya. Berkaitan dengan kesehatan, bagian kita diantaranya adalah memelihara tubuh, mempunyai gaya hidup yang baik, tidur cukup, pola makan teratur juga berolahraga. Pola makan teratur, bukan teratur makan sop buntut atau semua yang berlemak-lemak lho :mrgreen: tapi memberikan tubuh nutrisi yang baik dan sehat. Setelah itu kalau masih saja jatuh sakit, mungkin di situ ada teguran atau pesan khusus yang Tuhan sisipkan melalui kejadian tersebut.
Tapi ketika kita tidak melakukan bagian kita: makan sembrono, jarang olahraga lalu saat sakit ngemis-ngemis supaya Tuhan sembuhkan….? Tidak salah sih minta kesembuhan, untuk kasus tertentu walau hidupnya sembarangan, iya Tuhan sembuhkan tapi berdasarkan pengamatan, lebih sering tidak. Lho apa itu artinya Tuhan gak baik? Bukan. Tuhan itu adalah Allah yang adil dan selalu mendidik anak-anakNya. Kalo hidupnya sembrono terus sakit, terus disembuhkan, terus sembrono lagi, terus sakit lagi dan disembuhkan lagi, itu artinya Tuhan tidak mendidik dan saya tau bahwa Tuhan saya tidak seperti itu. Ia melatih setiap kita untuk bertanggung jawab akan semua yang diberikanNya termasuk kesehatan. Tuhan menciptakan hukum alam, bahwa apa yang kita tabur maka itulah yang akan kita tuai dan Tuhan konsekuen akan hal itu. Kalau kita menabur melek 20 jam sehari alias tidurnya kurang ya pasti menabur kelelahan atau yang terparah sakit. Lalu pas sakit kita minta-minta Tuhan sembuhkan tanpa melakukan bagian kita untuk ke dokter atau beristirahat? Mau doa kayak apa juga gak sembuh, karena Tuhan tidak akan mengingkari hukum Alam yang telah diciptakanNya. (Note: kasus tertentu tetap disembuhkan karena balik lagi itu adalah Hak Preoregatifnya Tuhan).
Intinya saya ngomong ngalor ngidul ini, sembuh, gak sembuh, sehat, gak sehat, semua hakNya Tuhan. Ia yang memiliki kebijaksanaan dan bisa melihat ke depan apa yang terbaik untuk kita, yang terpenting adalah kita melaksanakan bagian dan tanggung jawab kita sebagai manusia selama di bumi ini. Selebihnya, suka-sukaMu saja ya Allah :).
Terima kasih untuk seluruh doa dan perhatian teman-teman semua, Puji Tuhan suami saya sudah keluar dari RS hari ini. Lima hari di RS yang membuat saya banyak merenung hingga hadir tulisan serius ini 😀 haha. Nantikan keceriwisan saya lagi yaaa 😉
Pinjam gambar dari sini dan sini.

29 respons untuk ‘Tentang Mukjizat & Tanggung Jawab

Add yours

  1. senang sekali mendengarnya mba eka. semoga suaminya ga balik-balik lagi ke RS yaa. satu hal yang saya selalu ingat, “The More You Give The More You Get” Aamiin

  2. iya saya memohon kesembuhan tapi saya tidak bernegosiasi dengan Tuhan bahwa kalau suami saya sembuh saya akan begini begitu

    Mantapss, Kaa! Ngga gampang untuk bisa seperti itu, karena yang lebih sering terjadi itu berjanji ini itu kalau diberikan sesuatu tapi ketika telah mendapatkannya, lupa dhe ma janji yang pernah dibuat, haha :))

    Syukurlah suami udah boleh pulang yaa, semoga kesehatannya makin membaik dari hari ke hari, elo juga jaga kesehatan yaa, Kaa 😀

  3. […Tuhan menciptakan hukum alam, bahwa apa yang kita tabur maka itulah yang akan kita tuai dan Tuhan konsekuen akan hal itu.]

    Aku percaya ini mba… intinya apapun yang kita dapatkan, biasanya sebanding sama usaha/perbuatan yang telah kita lakukan sebelumnya… 😀

  4. adanya mukjizat kita harus percaya, itu diturnkan kepada wali tuhan yang terpilih, kalau kita namanya suratan takdir, harus di jalani dengan ikhlas dan tawakal …salam kenal

  5. Setuju… Keseimbangan : tahu peran kita sebagai Manusia dan Tuhan sangat tahu kapan waktu yang tepat untuk menyelesaikan bagian-Nya juga…

  6. Semoga setelah sehat bisa lebih mensyukuri nikmat sehat 🙂
    Nggak ada yang ingin sakit,tapi kadang dengan ujian itu kita bisa merenung kembali dan berhenti sejenak dari rutinitas.
    Semoga cepat sembuh,dan pulih kembali.

  7. Saya pikir dalam hal ini tidak ada hubungan antara kesembuhan dengan mukjizat,
    klo tangungjawab iya.
    Coba simak baik2 penggalan ini:
    “Saya percaya ketika kita melakukan bagian kita maka Tuhan pun akan melakukan bagianNya”.

    Dari kalimat itu dan jika dihubungkan dengan kesembuhan dimaksud maka akan bermakna bahwa kesembuhan didapat sebagai hasil dari pekerjaan dua unsur, yaitu manusia dan Tuhan.

    Lalu mengapa tidak berhubungan dengan mukjizat? Karena mukjizat itu murni pekerjaan satu elemen, yaitu Tuhan. Tidak ada campurtangan manusia disitu.

    btw, seneng rasanya mendengar sudah sembuh, semoga bisa segera beraktifitas seperti biasa dan kembali menabur cinta pada orang2 sekitar, terutama istri yang telah membuat artikel menarik ini.

Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Atas ↑