Kampung Pecah Kulit Yang Dulunya Elit

Pernahkah dirimu membayangkan bagaimana wajah Jakarta atau Batavia beberapa ratus tahun yang lampau? Apakah semegah dan seramai ini? Apakah titik-titik keriuhan sekarang sama seperti dahulu kala? Pertanyaan-pertanyaan tersebut saya dapatkan jawabannya pada saat ngintilin Komunitas Historia keliling kota tua Jakarta.
Awal bulan ini, hubby, saya dan Shanty (sahabat kuliah saya dulu) bingung gimana mau ngisi hari Minggu nan cerah itu. Well… iseng-iseng penasaran ikutan deh wisata sejarah bareng Komunitas @IndoHistoria. Wisatanya itu jalan-jalan di Kota Tua Jakarta sejauh 3 km. Lumayaaan deh buat olahraga. Mari kuruskan badan sambil wisata sejarah! *halah baru jalan 3 km emangnya bisa kurus, Ka? Mbok realistis gitu lhoo :mrgreen:*
Gedung Museum Mandiri ini tahan gempa. Tinggi dan banyaknya tiang yang menjulang ke atas dan terpendam ke bawah (mungkin sebagai pondasi) jumlahnya adalah sama. Pokoknya arsitek zaman dulu itu sudah memperhitungkan ketahanan gedung ini akan gempa. Iiiih hebat!
Perjalanan dimulai dari Museum Mandiri. Sesuai jadwal kita diminta berkumpul jam 7.00 pagi karena harus resgistrasi dulu. Errr tapiiii…. Kalo weekend saya kena sindrom pelor alias nempel langsung molor dan bangunnya siang :mrgreen: Hahaha. Alhasil saya nyampe di Museum Mandiri itu jam 9.00 dan kehilangan sesi penjelasan mengenai kota tua. Ihiks.. (This bad habit memang nyebelin iiiih). Mengingat banyaknya peminat wisata ini, maka kami dibagi dalam kelompok-kelompok. Dan jelaaaas, saya gak kebagian kelompok! Lha telat. Jadinya gabung aja ama siapa pun yang ada hehe.
Mesin Ketik Jadoel. Lihat tombolnyaaaa buanyak banget! Belom ada querty siy zaman ituh xixixi
 Di dalam Museum Mandiri, kami diajak berkeliling ke ruang basement. Ada ruang penyimpanan uang (brankas) ada juga patung-patung lilin yang menggambarkan transaksi keuangan zaman dulu
Safe deposit box. Keramik-keramiknya dilapisi besi lho!
Brankas. Alamakjaaan ini brankasnya kuat banget bow! Si Abang coba dorong bahkan nendang brankas ini, tapi gak bergeming! Gak geser 1cm pun! Beuuh zaman dulu kuli-kuli yang ngangkat sekuat apa ya?
Selesai di Museum Mandiri, kami digiring melewati tempat penyeberangan orang bawah tanah. Jangan kuatir! Udah modern koq tempat penyeberangannya walaupun di bawah tanah 😉 Abis itu melalui Stasiun Beos dan akhirnya sampailah kami di Jalan Jembatan Batu dan Sisi Benteng Kota Batavia.
Ini dia Jalan Jembatan Batu.. Dinamakan Jembatan Batu, karena dulu daerah ini adalah pusat penjualan batu nisan untuk makam. Selain itu, disini jugalah tempat salah satu profesi tertua di dunia dulu nongkrong. Alias tempat dimana para amoy-amoy zaman dulu suka mejeng dan disiul-siulin.
Selepas dari situ kami berkunjung ke gereja tertua di Batavia, The Portugeesche Buitenkerk alias Gereja Sion. Gereja ini menarik sekali untuk dijelajahi dan saya sengaja tidak menjelaskan panjang lebar di postingan ini karena berencana membuat satu postingan tersendiri mengenai Gereja Sion. Nantikan yaa! 😉
Gereja Sion, salah 1 Gereja Tertua di luar benteng Batavia, dibangun thn 1695
Habis itu kami pun menengok areal bekas rumah Pieter Erberveld di Kampung Petjah Koelit. Di zamannya, Kampung Petjah Koelit itu adalah salah satu daerah yang elit, seelit Menteng deh kalo sekarang. Ohya, Pieter Erberveld adalah seorang Jerman yang bersama dengan Raden Ateng Kartadrija dihukum mati karena di duga bekerja sama dengan Islam untuk melawan Belanda.
Pasar Petjah Koelit. Ikutan jelajah kota tua bareng @IndoHistoria, jadi familiar dgn kata2 ditombak, dihukum pancung, selir, gundik, dsb.. Aaaaa
Hukuman mati kedua orang inilah yang menjadi asal muasal nama Kampoeng Petjah Koelit (Kampungg Pecah Kulit). Kenapa? Karena di tanggal 22 April 1722 mereka dihukum mati dengan cara tangan dan kakinya diikatkan ke 4 ekor kuda dan kuda tersebut menarik tubuh mereka ke 4 penjuru bumi! Hancur! Pecah semua kulitnya! Yang tersisa hanyalah kepalanya, dan kepala itu pun ditombak lalu tombaknya dipajang sebagai bahan peringatan bagi warga lain (Sadiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiss bgt 😦 ihik)
Next destination, makam keramat Pangeran Jayakarta. Lokasinya diantara padatnya gedung euy. Sebenarnya ini makam RD Ateng Katardian namun dipercaya juga sebagai makam Pangeran Jayakarta. Kata pemandu siy percaya gak percaya. Maaf yah, foto makam Raden Ateng Kartadrija ini tidak saya pajang di blog, entahlah saya merasa tidak nyaman saja. Semoga mengerti! ^_^
Lalu kami mengunjungi Makam Souw Beng Kong, salah 1 yg membangun kota Batavia. Banyak bangunan-bangunan Eropa di Batavia periode 1600an arsiteknya adalah orang Tionghoa. Hmm erat ya hubungan Batavia & Tionghoa itu.
Eh tebaaak... Kenapa makam Tionghoa selalu ada seperti gunung dibelakang nisan? Karena dulu yang mati membawa hartanya ke makam. Sekarang sih udah enggak. Ya iyalaaah, bisa dirampok deh itu kuburan hehe.
Kota Tua Jakarta itu selalu menarik untuk dijelajahi karena budayanya yang kaya sekali! Saya sebenarnya tidak tergila-gila dengan sejarah, namun mengikuti wisata sejarah ini rasanya seneeeeng banget! Bisa nambah info, nambah pengetahuan, bisa tahu bahwa tempat-tempat yang saya lewati ini dulunya merupakan poros-poros kehidupan yang penting di zamannya. Sempet ngebayangin jalan-jalan yang saya lalui ini dulu merupakan salah satu jalan yang ramai dengan kereta kuda dan orang-orang yang sibuk. Kayaknya keren deh. Weeew!
Kalau mau ikutan wisata sejarah geratis macam begini, sobat CE bisa follow twitternya di @IndoHistoria atau join Facebooknya di komunitashistoria@yahoo.com .Thank you untuk @classy_december, @gonziie, @Ayah_Air, dan @nrifa yang menemani saya di lini masa Twitter ketika berwisata sejarah ke Kota Tua ^_^
Save Us!
Sobat CE, Selamat hari Rabu!
Jalan-jalan berwisata sejarah yukz 😉 :mrgreen:
Iklan

57 respons untuk ‘Kampung Pecah Kulit Yang Dulunya Elit

Add yours

  1. Wah penasaran sama brankasnya itu mbak..
    Asik ya di beberapa daerah kota tuanya dijadiin objek wisata, kalo di Medan kota tuanya malah udah pada dijadiin gedung perkantoran…

  2. Ih syerem hukumannya… pernah dengar sih katanya bahkan beberapa puluh tahun silam hukuman kayak gitu masih dijalankan tapi lebih sadis karena pake mobil dan bukannya kuda..

    Rasane piye yo.. mesti loro buanget 🙂

  3. Asyik kamu ya, Ek, tetap bisa menyempatkan waktu untuk traveling menyusuri kota tua lengkap dengan sejarahnya. Hari Minggu nggak hanya dihabiskan dengan istirahat di rumah di sela-sela rutinitas seminggu. Mantap!

    Kenapa nggak kamu coba sekalian wisata hukuman ditarik dengan kuda itu, Ek? Yah, kalo nggak kuda, diganti dengan apa gitu… :p

    1. Hmmmmm ditarik2 sama Glen Fredly nampaknya cukup mengasyikkkan mas 😛
      hahaha
      Iya donk, hari Minggu kalau bengong di rumah doank siy malesin
      aku kan rajin, murah hati, tidak sombong, gemar menabung dan tidak malas..
      Ndak kayak yang abis pulang dari Tibet :))
      *siul-siul*

  4. wahwah gw baru tau tuh wisata kota tua. mengerikan sekali hukuman mati jaman dulu yah. hmmm ngak berperikemanusiaan. pake di pajang di tombak. weleh weleh.

    wihh foto terakhir yang di penjara keren. ada napi masuk penjara malah girang. hehe

  5. huaaa… tersedu-sedu bacanya. Inget dulu waktu mau lulusan sekolah pariwisata mesti buat makalah tentang sejarah jakarta. ibarat napak tilas.
    aku ne abis lahiran mau ah nimbrung ini komunitas

    1. Seharusnya tiap kota punya sejarah kota tua sendiri sih..
      (tergantung udh digusur ato belom) hehe
      Ayok kalo ke Jakarta, aku temenin jalan2 ke kota tua 😉

  6. euwww… pas baca mengenai sejarah kampung pecah kulit itu tutup mata!
    jadi ngebayangin!

    argkhhhh horrrooor…
    tapi seru juga yah mbak bisa jalan-jalan dan membayangkan situasi jaman dulu di sana kek gemanah,
    dan iyah! aku kalau ke semarang dan ngeliat bangunan-bangunan tua [apalagi lawangsewu!] suka ngebayangin kehidupan pas bangunan tersebut masih berfungsi.

  7. Wisata seru, banyak manfaat yang didapat. Suatu saat kepingin juga ikutan.
    Eh itu poto terakhirnya termasuk orang zaman dulu bukan seh 😛

    Salam.. .

  8. Soeasana djaman doeloetjah terasah sekali *kebawa arus postingan*
    Hehe, wuaaah belum pernah saya ketempat-tempat bersejarah seperti itu, blum ada waktunya (dan uang juga) >.<

  9. cool… thnks ya K bwt infonya, biar gk bs ikutan jalan2, jd tahu jg lwt foto2 n tulisannya…sukses sll k eka..

  10. banggaku bisa berkunjung kesini sambil belajar… semoga saya akanterus kesini…
    saya tak menyangka dapat belajar dari blog ini. salam blogger makassar. klu bisa
    berika tutorial yang untuk para newbie.saya baru saja mengembangkan dunia blogging.

  11. Sadis banget itu hukuman mat ditarik kuda ampe pecah hancur semua. Luar biasa kejamnya manusia ini ya.
    Sudah banyak liputan tentang Kota Tua or Museum yg aku baca. Memang ada komunitasnya kah yg mungkin tiap bulan bikin acara kesana?

  12. huhuhu, waktu acara ini, si bungsu kami sakit, jadi batal ikutan deh, padahal sudah daftar.
    Seru ya acaranya, semoga next time bisa kopdar museum sama Eka dan suami.

  13. beda jakarta zaman dulu dengan sekarang CE adalah dahulu jakarta di rebut dari panjajah belanda dan bangsa lain,,,,,kalau sekarang jakrta di jajah bangsa sendiri beratribut KORUPTOR JAHANAM

  14. FYI, nisannya si Peter Erberveld yang lengkap dengan patung tengkorak tertusuk tombak ada di Museum Taman Prasasti. tapi tenang, tengkorak dan tombaknya hanya buatan, tapi plang peringatannya konon asli. Isi dari plang peringatan itu adalah, agar orang tidak lagi membangun rumah di sekitar kampung pecah kulit, sebagai ancaman Belanda agar tidak ada yg berani melawan.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Blog di WordPress.com.

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: