Terpesona Keraton Yogyakarta

Where did you spend your childhood? Kalau saya, masa kecil yang penuh tawa juga kenangan bahagia itu saya lewatkan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebuah kota dengan ragam julukan, mulai dari Kota Gudeg, Kota Pelajar, Kota Sepeda (eh, masihkah? Mungkin sekarang bukan kota sepeda gowes kayak dulu tapi jadi sepeda motor kali yah), dan masih banyak lagi julukannya.

Yep! Yogyakarta adalah kota istimewa yang luar biasa, dengan daya pikat magis yang kental, paling tidak buat saya. Dan saya tinggal disana selama sepuluh tahuuuun! ^_^ Yeay. Eh tapi, sebegitu istimewanya kota Yogyakarta, ternyata saya malah belum mengunjungi Keraton Yogyakarta yang tersohor itu hihi :mrgreen:. Jadi, saat liburan tempo hari, saya dan suami pun menyempatkan diri untuk datang menepakkan kaki disini.

Keraton Yogyakarta dibangun oleh Pangeran Mangkubumi pada tahun 1755

Keraton Yogyakarta ini tidak sulit dicari. Saya lupa persisnya ada dimana, tapi waktu itu saya hanya jalan ke Malioboro, lurus ke pasar Beringharjo dan tanya petunjuk jalan, lalu… Violaaa…  tanpa pake mantra atau jampi-jampi penduduk Yogya yang ramah-ramah itu dengan senang hati menunjukkannya pada saya.

Kesan pertama yang saya dapatkan adalah…. Whoooaaa luas bener ini alun-alunnya 😀 jadi di depan keraton terdapat lapangan luas dengan dua pohon beringin besar ditengah-tengahnya. Ada legenda tersendiri mengenai pohon beringin tersebut, nantilah kapan-kapan saya ceritakan. Ada desir yang aneh ketika saya berada disana. Seolah saya ini merasa sangat kecil sekali. Perasaan seperti ini biasanya hadir ketika melihat keindahan ciptaan Tuhan saja seperti waktu melihat Danau Toba atau Uluwatu. Tapi entahlah, disini pun saya merasa sangat kerdil, merasa seperti berada di titik nol. Damai. Saya terpesona Keraton Yogyakarta.

Kalau mau berkunjung ke Keraton Yogyakarta perhatikan jam kunjungan wisata yah. Terbuka mulai pukul 08.30-13.00 setiap hari, kecuali hari Jumat, buka sampai jam 11.00 saja.

Tiket masuk Tepas Keprajuritan Karatan Ngayogyakarta (seperti yang tertulis di karcisnya) IDR 3.000,-. Murah yah?  Padahal itu sudah termasuk pemandu wisata yang fasih menceritakan detil Keraton Jogja lho. Cumaaaa tiket parkirnya malah lebih mahal daripada tiket masuk Keraton! IDR 5.000,- :mrgreen: hihihi gpp deh, yang peting kendaraan aman kan? 😉

Memasuki areal Keraton disambut dengan Relief Perjuangan Pangeran Mangkubumi dalam melawan penjajah.

Ohya sebelum lupa. Ada yang unik dari lokasi Keraton Yogyakarta ini lho. Jadi, Keraton Yogyakarta itu terletak diantara Gunung Merapi dan Laut Selatan, di tengah poros utama yang membujur dari utara ke selatan, serta poros sekunder dari timur ke barat. Dengan posisi seperti ini, katanya sih, feng shui.nya bagus! 😉

Memasuki areal Keraton, saya menangkap aura magis yang kuat. Tapi auranya bersahabat, tidak mengintimidasi. Jadi saya tidak takut, justru dapat tersenyum riang dan poto-poto bersama suami disana. Baru setelah pulang ketika saya bercerita pada nenek saya, nenek tersenyum sambil bercerita sedikit. Percaya atau tidak percaya, memang Keraton Yogyakarta penuh aura magis.

Saya mengagumi interiornya! Kaya sekali budayanya, lembut namun kokoh ukirannya. Di bagian dalam langit-langit Keraton ini, tinggal banyak sekali kelelawar sehingga menimbulkan bau tidak sedap. Ketika saya tanyakan kepada pemandu wisata, kenapa kelelawar tersebut tidak diusir saja, lagi-lagi saya disuguhi sebuah kepercayaan bahwa kelelawar tersebut memang tempatnya disitu dan tidak boleh diganggu.

Kalau dilihat sekilas, memang Keraton Yogyakarta terlihat seperti keraton-keraton lain. Tapi cobalah meresapi setiap titik bangunan yang ada. Terasa sekali kesakralannya. Semua struktur dan bangunan wilayah Keraton ini saling terkait satu sama lain. Masing-masing memiliki arti filosofis (simbolis) dari pandangan hidup Jawa.

Abaikan dua manusia yang berpose gak jelas di bagian paling bawah itu. Saya lebih pengen tau, adakah yang dapat mengartikan tulisan di bagian atas bangunan Keraton ini? :mrgreen:

 

 

101 respons untuk ‘Terpesona Keraton Yogyakarta

Add yours

  1. Aaaah, tulisan di bagian atas itu gak keliatan terlalu jelas.
    Kalo jelas mungkin aku bisa baca tapi harus buka kamus dulu, hehehe :mrgreen:
    Padahal dulu waktu SD jago pelajaran nulis jawa

  2. sy belum pernah masuk ke keraton kak, kalo lewat si sering..
    oiya, itu tulisan di atas sy bisa baca kak, syg gk jelas…
    (buka contekan si kalo baca aksara jawa gitu.. kalo polosan tanpa ‘pasangan’ dkk’nya itu si sy bisa kak.. 🙂 )

  3. Rumah saya ga sampe 1 km dari Kraton, tapi seumur-umur saya baru sekali masuk Kraton dan belum pernah masuk Taman Sari. 😆

    adakah yang dapat mengartikan tulisan di bagian atas bangunan Keraton ini?

    Bukannya ga bisa ngartiin, tapi kekecilan tulisannya nih :-” ngeles

  4. jawaban untuk pertanyaan terakhir : gak tahu mbak!
    😀
    huehehhehee..
    tapi soal aura magis emang bener mbak. magis banget.
    dan soal letak kraton yang membeentuk garis linear dengan gunung merapi dan pantai selatan, katanya ada makna secara kosmologis nya mbak
    tapi maknanya bagaimana.. wah puanjaang mbak, termasuk tugu dan bringharjo nya
    eh mbak, pasti udah pernah ngelewatin pohon beringin dua itu kan? yang di alun-alun kidul?

    1. Iya soal tugu dan pasar Bringharjo itu ada makna khususnya 😛
      Semacam perlambangan gitu.
      Pasar Bringharjo itu melambangkan godaan wanita :mrgreen:
      dari dulu wanita memang udh diidentikkan dgn belanja rupanya hihihi

  5. Keraton Jogja, saya ke sana waktu masih kecil..
    Umur empat atau lima tahun kayaknya, melancong bareng keluarga, dan di depan keraton ujung jari kaki saya diinjek sama roda andong.. 😦

  6. saya follower baru nya mba eka 🙂 gara2 baca postingan mba enno ttg mba eka 🙂
    aniwei, saya pernah ke keraton jogja waktu masih SMP waktu study tour, tempatnya bagus bgt, ada halaman yg pasrnya putih seinget saya 🙂 saya org Jawa, tapi gak bs baca aksara jawa dibagian atas keraton itu..hohoho…

    aniwei, I suggest you to go to Keraton Solo….suasananya “lebih magis” dibanding di jogja lo 🙂
    oya, dan saya minta password, gmn caranya mba?
    http://gloriaputri.blogspot.com

  7. saya dulu ke keraton Yogya waktu SMP..
    kalau ngga salah inget, dulu dibawa masuk ke sebuah ruangan yang ngga boleh ada yang foto-foto…
    ruangannya siapaa gitu, pokoknya perkataan juga harus dijaga, kalau ngga katanya tar ga bisa keluar… >.<
    terus ada juga tempat pameran keris-kerisnya ya?
    atau itu bukan di keraton ya? haduh, memorinya dah campur baur… 😛

  8. waktu saya mampir ke keraton ini sepiii bgt mbak.. sekarang rame ya? hihih itu udah lama bgt tapi… btw pose terahir itu fusion ya mbak… yg kayak pilm dragonball ituh 😀

  9. Whoaaaaa Indah , megah, cantik dan benar2 unik Keraton ini, jadi pingin ke Yogya nih 🙂
    Mungkin tulisan itu artinya ho no co ro ko do to so wo lo, hi..hi…..sotoy banget ya aku ini

  10. Terakhir kali ke Jogja pas kuliah. Belakangan pacar sibuk ngajak ke sana ketemu keluarganya. Tapi belum nemu waktu yang pas. Ah, pengen cepet2 ke Jogja 😀

  11. saya pernah tinggal di jogja dua tahun,
    sempat beberapa kali berkunjung ke keraton
    dan sepertinya saya perlu ke sana sekali lagi
    dan kali ini harus bersama suami seperti yang dirimu lakukan
    sambil berharap dapat merasakan sense yang sama dengan yang digambarkan diatas hehehe
    bisa jadi dulu saya terlalu ndablek sehingga merasa semua biasa2 saja 😀

  12. Hai, Eka.
    Aku sudah berkali-kali ke Jogja, bahkan hampir sekali dalam setahun ke sana, tapi nggak pernah sekalipun masuk ke Keraton Jogjakarta. Ya Allah, segitunya ya, diriku.. Ngapain aja cobaaaaaa…

    Ok. Next trip to Jogja, Keraton Jogjakarta bakal jadi tempat wajib kunjung. Thanks, Ka!

  13. lu foto di kompleks Siti Hinggil bukan sih Ka? klo itu Siti Hinggil, mungkin tulisan yg diatas itu salah satu sengkalan yg menandakan tahun peristiwa dibangunnya salah satu bangsal atau penobatan salah satu sultan di bangsal itu….

    gw pernah dikasih liat sengkalan di Siti Hinggil yg bunyinya: Pandhita Cakra Naga Wani (pendeta dengan senjata cakra bagaikan seekor naga yang berani) melambangkan 1857 Tahun Jawa waktu Siti Hinggil dibangun kembali. Karena Siti Hinggil itu tempat penobatan raja, maka makna sengkalannya kira2 “harapan spy raja yang bertahta pny jiwa pendeta, tajam pikirannya, dan berani melindungi dan menyejahterakan rakyatnya.”

    gitu deh kira2… 😀

    klo gw biasanya nyewa guide lokal klo jalan2 ke tmp wisata sejarah di Jogja, Ka… byrnya murah kok.
    udah ke bekas kraton Taman Sari? Di sana lebih keren lagi… guide gw ngasih tau fungsi2 erotis di berbagai tempat disana (lu demen bgt pasti yg gini2). itu kan istana buat senang2 sultan..
    lu mau gw guiding ke situ gak? ahahaha….

    😀

  14. aku baru sekali masuk keraton yogya waktu SMA study tour dari sekolah , kesan pertama Gede banget rasanya gak puas keliling keraton dengan waktu yang terbatas, kapan yach aku kesana lagi …?

  15. Pertama kali menginjakkan kaki ke Jogja beberapa tahun yang lalu, Keraton inilah kunjungan pertamaku, Ka…
    Keraton itu memang memilliki daya magis yang luar biasa. Setiap kita pasti terpesona. Ada aura dahsyat yang mengitarinya. Entahlah, apa itu. Yang jelas, meski aku sudah beberapa kali memasukinya, tak pernah bosan sama sekali. Selalu saja ada yang menarik darinya..

    Mau tahu arti tulisan di foto terakhir?
    Artinya adalah: “Dilarang narsis di sini!” berlalu dengan kalem dan eleykhan 😀

  16. Dari pengalaman tahun lalu, menurutku mungkin halamannya perlu ditambahin rumput atau pohon ya biar lebih hijau.
    Dan yang paling mengiris hati adalah diluar keraton banyak orang tua yang meminta-minta.

  17. singgahilah sebuah tempat di Jogja dan kenalilah caranya, kenalilah budayanya, kenalilah keramahtamahannya, maka wisata akan menjadi ajang memperluas dunia…
    – Selamat datang di Jogja –

Tinggalkan Balasan ke DV Batalkan balasan

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Atas ↑