Sudahkah Hatimu Pulang (ke tempat seharusnya) ?

Malioboro dan Monumen Tugu saat Malam Hari
Saya pikir Katon Bagaskara adalah seorang yang jenius. Bukan hanya romantis namun juga jenius! Mungkin karena ia menuliskan lagu-lagunya dengan penuh perasaan, hadir dari relung hati yang dalam sehingga lirik-lirik lagunya mampu menembus sukma yang mendengarnya. Coba dengar dan cermati lagu legendaris yang tak lekang oleh waktu, Yogyakarta. Ia mengawalinya dengan kalimat, “Pulang ke Kotamu… Ada setangkup haru dalam rindu…”
Kalimat yang sama yang saya rasakan  setiap kali saya menjejakkan kaki di sini. Ada rasa haru yang membuncah dan segenggam rindu yang terpuaskan saat pulang ke Yogyakarta. Iya, saya selalu merasa “pulang” dan diterima dengan hangat di kota multikultural ini.
Jalan yang legendaris ituuuh ^_^
Jalan yang legendaris ituuuh ^_^
Tadi malam, bersama dengan adik saya setelah kami memuaskan perut dengan Sate Klatak yang wuenak itu, kami menyusuri jalan-jalan Yogyakarta di jam-jam yang sedikit aneh, jam di mana banyak orang sudah lelap tidur. Tapi ternyata tidak semuanya lelap di Yogyakarta. Yogyakarta masih ramai, masih banyak yang beraktivitas saat jarum jam berdetak menunjukkan waktu hanya sesaat saja sebelum penggantian hari. Di Malioboro masih berjajar pedagang kaki lima menjajakan jualannya, tak terhitung wisata kuliner yang masih buka, terserak di mana-mana. Bahkan untuk berfoto di jalan Malioboro saja kami harus mengantri lho 😉

Malioboro Malam Hari
My youngest brother
My youngest brother
 Malioboro Malam Hari 7
Menyusuri jalan Malioboro dan Tugu Yogykarta ini seperti mengupas layer demi layer rindu. Pulang. Saya pulang. Saya ada di rumah. Rasanya indah! Memang setiap kali ke Yogyakarta saya pasti akan bilang “pulang ke Yogyakarta” bukan “pergi ke Yogyakarta” seperti biasa saya menyebut kota-kota lain, “pergi ke Manado, pergi ke Belitung, dst.” Karena memang saya merasa pulang di kota ini. Jiwa saya damai, melebur bersama segenab jiwa dan partikel yang beterbangan bebas di udara. Hati saya teduh, bercampur dengan semua memori yang pernah hadir mengisi 10 tahun hidup saya di kota ini. Belajar menari, berlatih puisi dan berpentas, mengeja kata dan masih banyak lagi rekam hidup di sudut kepala dan hati yang menyeruak keluar saat saya menyusuri kota ini.
Pulang
Pulanglah ke tempat di mana seharusnya dirimu berada.
Pulang adalah kata yang keramat, karena bersama dengan kata pulang hadir rasa syukur yang tak henti terlantunkan. Bersama kata pulang ada kedamaian yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Bersama kata pulang muncul keteduhan yang melembutkan setiap relung hati. Bersama kata pulang rasanya waktu berhenti sejenak dan semua hiruk pikuk dunia lenyap ditelan udara. Bersama kata pulang ada rasa nyaman yang sungguh menenangkan. Pulang adalah damai jiwa.
“Sobat CE, sudahkah hatimu pulang (ke tempat seharusnya?)”
Iklan

78 respons untuk ‘Sudahkah Hatimu Pulang (ke tempat seharusnya) ?

Add yours

      1. Sama-sama mbak…kalo butuh orang untuk jadi tour guide di Magelang, saya siap..kan domisiliku di Magelang..hehe

  1. Sama kak… saya juga pernah menghirup oksigen jogja selama 10 tahun… dan semua kenangan disetiap sudut jogja tidak akan pernah terlupakan…

  2. Weihh,,, kalau berada di Jogja seperti ada di rumah sendiri ya kak Eka? 🙂
    Lagunya Katon Bagaskara memang mengenang mbak, di relung hati,,,
    Pokoknya kalau ada di Kota Jogja, hati jadi damai deh mbak, selamat menikmati Kota Gudeg ini 🙂

  3. Ah….! Aku pernah punya keinginan suatu saat nanti tinggal di Jogja, di Maguwo atau Kaliurang 😀
    Solo travelling Aku pertama ke Jogja, seru aja duduk sendirian di jalan Malioboro dan ngeliatin orang lalu lalang hahahaha..duh itu fotonya bikin kangen *mewek*

  4. Hai Eka, salam kenal ya. Terima kasih sudah follow blog kami. Kunjungan baliknya agak lama soalnya nunggu ngadep laptop dan waktu buat BW 🙂
    Aku juga selalu sukaaa sama Jogja. Entah kenapa rasanya adem. Sewaktu kami bulan madu, Jogja jadi salah satu kota jujugan. Suami langsung suka, terutama museum Ullen Sentalu.
    -deny-

  5. Bulan lalu juga abis dari sana.. emang selalu rindu dengan kota romantis itu.
    Sayang aku belum punya tempatnya pulang hatiku mba… 😭😭

  6. aku pun di Jogja 9 tahun, kak.
    seneeeeng banget sama kota ini. dulu sampek bela belain nyari pacar orang Jogja biar bisa punya suami orang Jogja, biar bisa tinggal di Jogja (niat Banget!)

    gimana kopdarnya, ketemu sama mbak anafardiana ndak? atau siapa yah, kenalnya blogger – blogger jaman dulu itu.

  7. walo jogja bukan kampung halamanku, tapi nth kenapa tiap kesana juga ngerasa damaaai bgt. mungkin krn org2nya yg selalu ramah, kotanya yg tenang, makanan enak2 :).. jauh beda kalo disamain ama kampung sendiri di medan 😀 itu kenapa, kalo suami mudik ke solo aku seneng bgt mbak, krn lbh deket juga ke jogja..

  8. jogja berhati mantan kak *eh
    yang jelas jogja itu banyak cerita di setiap sudutnya :’)

    1. Huahahahaha…bener banget tuuuuuh, Jogjaselain berhati nyaman juga berhati mantan! Oopsss, double ooooops. Jadi ada berapa mantan yang tertinggal di Jogja? Eh

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Blog di WordPress.com.

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: