Museum Affandi: Mengasah Imajinasi dalam Selembar Daun Pisang

Art is the only way to run away without leaving home. –Anon.

Siapa yang nggak tau Affandi? Pelukis maestro dunia yang sangat terkenal itu? Umm… Sebenarnya walau sering dengar namanya waktu kecil dulu, saya juga nggak terlalu mengenal Affandi sih. Tapi dulu mama pernah mengajak saya mampir ke Museum Affandi di Yogyakarta dan kunjungan itu begitu membekas di hati. Jadi, saat di Yogyakarta kemarin, saya sempatkan untuk mampir lagi ke museum Affandi ini sekaligus belajar lagi tentang legenda seniman ini.

Museum Affandi 10Memasuki areal Museum Affandi, saya langsung disambut bangunan warna-warni dengan dominan plester semen yang kasar. Kesan pertama yang saya tangkap adalah adem! Suasananya adeeem banget. Seorang pemandu mendekati saya setelah melihat saya membayar tiket. Ia membimbing saya masuk ke galeri pertama di sisi kiri. Di dalam galeri terpampang beberapa lukisan Affandi dari tahun-tahun awal sampai masa akhir hidupnya. Lukisannya berbentuk sketsa, lukisan cat air, pastel dan ada juga lukisan dengan cat minyak. Karya-karya Affandi ini tidak dijual oleh keluarganya. Taksiran harga lukisan di situ adalah 2 Milyar/lukisan! Yak silakan mangap :mrgreen:

Galeri pertama yang selesai dibangun di tahun 1962 oleh Affandi ini menurut saya bentuknya unik. Tapi saya nggak mudeng sih ini bentuk apa, sampai si pemandu cerita. Ternyata galeri ini berbentuk pelepah daun pisang yang dibelah. Bangunan cukup mendapatkan sinar matahari dari atas dengan lantai warna-warni klasik. Ahya di ujung galeri ada mobil Colt Gallant 1976 yang udah dimodif, mobil kesayangan Affandi dulu. Mobilnya masih bisa jalan sampe sekarang lhooo!

Museum Affandi 3
Kaki genit yang nggak bisa nganggur liat lantai 😛

Museum Affandi 8

Memasuki galeri kedua dan ketiga, kesan yang saya rasakan adalah hangat. Terdapat lukisan-lukisan ekspresionis Affandi yang sulit dimengerti kecuali ada penjelasan lebih. Tapi justru itu sih yang bikin lukisannya jadi menarik soalnya kita jadi merenung dan menebak-nebak apa maksud lukisan ini.

Salah satu anak Affandi yaitu Kartika mewarisi bakat ayahnya. Selain itu, cucu lelaki Affandi juga lahir dengan bakat lukis yang kental. Jadi di dalam museum ini juga terpampang lukisan karya anak dan cucu Affandi. Sweet!

IMG_1589Sebelum pulang saya sempat makan es krim rasa durian di pendopo yang diberikan gratis bagi pengunjung. Cukup tunjukkan tiket masuk museum aja. Yeay!

Anw, Affandi meninggal di tahun 1993 dan dimakamkan di antara galeeri I dan II Museum Affandi. Saya sempat melihat makamnya, namun saya putuskan untuk tidak memotretnya karena saya merasa agak kurang pantas. Banyak sih yang motret makamnya tapi waktu itu hati saya bilang jangan, dan saya pun menuruti kata hati. Melihat makam Affandi ini seolah menjadi pembenaran atas quotes diatas. “Seni adalah satu-satunya cara untuk melarikan diri tanpa meinggalkan rumah.” Saya pikir Affandi melakukannya secara harafiah dengan memilih tempat peristirahatan terakhir di rumahnya sendiri. 🙂 Ohya semua foto di artikel ini diambil menggunakan iPhone 5. Cantik juga hasilnya.

Selamat hari Rabu, Sobat CE! Sudah pernah mampir ke Museum Affandi belum?

 

 

Museum Affandi
Jalan Laksda Adisucipto 167 Yogyakarta
Ph. +62 274 562593
Buka setiap hari pukul 09.00-16.00.
Tutup di hari libur nasional
Harga Tiket IDR 20.000/orang
Iklan

64 respons untuk ‘Museum Affandi: Mengasah Imajinasi dalam Selembar Daun Pisang

Add yours

  1. aku malah memikirkan bentuk pelepah pisang yang dibuka itu mbak. Ada benarnya juga lukisan2 itu tidak di jual pihak kelurga sebagai kenag2an ya. Mudah-mudahan museumnya selalu terawat

  2. Wah, saya belum pernah bertandang kemari padahal selalu saya lewati setiap kepengin jelajah Candi di timur Yogya. Ini yang lokasinya berdekatan dengan sebuah sungai itu ya, Mbak? Hm, lukisannya tampak sangat menarik. Bisa menelaah dan membuat esai terhadap satu (atau beberapa) di antara mereka tentunya akan sangat menantang. Kayaknya boleh dicoba, nih :)).

      1. Wuaduh… saya tidak terlalu heran sih Mbak kalau ada aura aneh :hihi. Lukisan dan di sana ada makam juga. Btw, saya pernah merasakan perasaan yang sama: entah kenapa tidak mau memfoto objek tertentu. Ya, tak bisa dijelaskan juga ya Mbak perasaan itu :hihi.

          1. Sama banget Mbak :haha. Saya malah sampai disindir sama orang kenapa tidak mau potret, tapi ya itu: something in my heart refused, jadi sekali tidak ya tidak :)).

  3. Keren banget museumnya nih Mbak.
    November nanti insya Allah saya akan ke Yogya kembali, ingin kembali menikmati Ngayogjazz. Dan museum Affandi ini sepertinya wajib saya kunjungi nanti.

    Salam,

    1. Eh ini tikletnya masih lebih murah dari Ullen Sentalu lhoooo.
      Btw aku mau ya lukisanmuuu. Biar kata masih yang coret-coret belajar juga gpp. Nanti kalo kamu udah terkenal dan jadi maestro kan walo lukisan corat-coret tapi tetep mihil *mental pedagang* Hahaha

  4. Tahun 2013 saya jalan-jalan ke Yogya tapi belum semua tempat dikunjungi, dan saya melewatkan museum ini. Keren ya, desainnya. Semoga saya bisa maen ke sini. Jadi kepo, kira-kira mobilnya sekarang dipake siapa ya,sepeninggal almarhum?

  5. Sering lewat pingin ajak anak2 mampir tapi keder, takut di dalam bingung hehehe. Btw tulisannya dah mengurangi penasaran saya sebelum masuk ke museum Affandi

  6. cakep yaa. Kalo melihat lukisan itu asiknya berlama-lama sambil berimajinasi ya mbak. Waktu aku ke jogja memutuskan untuk gak kesana karena diuber2 waktu dan kami pengen kebanyak tempat lain. Mudah2an next trip bisa mampir ke museum pak Affandi 🙂

  7. “Seni adalah satu-satunya cara untuk melarikan diri tanpa meinggalkan rumah”. Bagus sekali quotenya. 2 milyar/lukisan itu fantastis sekali, tapi yg ngerti seni mungkin menganggapnya wajar ya Mbak.

  8. kk duluu banget, jaman SMA ke sini, karyawisata
    masih tetap terawat dan bertahan ya, padahal ini kan museum pribadi, pasti nggak sedikit biaya perawatannya

  9. Penasaran mbak tentang Museum ini, belum pernah sama sekali masuk.
    Ternyata dalemnya bagus banget. 😀 dan yang jelas karya-karya di sini adalah harta karun, coba dijual semua mungkin sudah jadi konglomerat itu. 😀

  10. Waktu masih kecil, saya tinggal di Solo dan setiap bulan pasti ke Yogya untuk mengunjungi Kakek dan Nenek. Dan, karena museum ini di pinggir jalan raya, saya selalu lewat di depannya. Tapi entah kenapa, sampai sekarang, setelah tinggalnya di Jakarta dan sudah jarang banget ke Yogya, saya masih belum pernah masuk ke museum ini. Kapan-kapan kalau pulang kampung harus menyempatkan diri ke sini.

    1. Semoga bisa segera mampir yaaa. Kadang aku mikir gini, kita cenderung take it for granted buat hal-hal yang ada di dekat kita. Begitu agak jauhan malah jadi pengen ngunjungin. Hehehe. Aku sering gitu juga soalnya. Tempat wisata di sekeliling malah belom dijelajahi semua 😀

  11. Wah saya suka seni, apalagi seni lekis kayak begini. Hem baru tahu kalau di Yogya ada museum kayak begini. Kemarin ke Yogya gak tahu kalau ada museum keren kayak gini. Hem jadi nyesel gak sekalian mampir.

Tinggalkan Balasan ke Efenerr Batalkan balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: