Galau di Fort Rotterdam

A good traveler has no fixed plans – Lao Tzu

Selepas dari Pantai Losari, saya dan teman saya, Diah, tiba-tiba kepengen menyambangi Fort Rotterdam. Ini nggak masuk rencana sih, tapi… tapi.. Ya, itung-itung sekalian bayar becaknya gituh 😀 Nggak mau rugi bangeeet :p hehehe.

Lokasi Benteng Fort Rotterdam ini nggak terlalu jauh dari pantai Losari yang femes ama pisang epe-nya itu. Kalau mau jalan kaki, bisa. Kalau naik becak paling 5 menit dan buat ongkosnya saya cuma nambah 10.000 ajah. Hasyeeek, nggak mihil 😛

Fort Rotterdam 1Begitu nyampe di Benteng Fort Rotterdam saya langsung jadi turis dong. Langsung pota-poto! Hahaha. Sebenernya, malam sebelumnya saya udah ke sini buat kopdar bareng temen-temen Blogger Paccarita; Daeng Ipul sama Made, cuma karena sudah menjelang sore jadi pencahayaan kurang mendukung buat poto, saya jadi galau. *halah, sok jago fotografi* Hahaha. Dan saat besok paginya teman saya Diah setuju menemani mampir lagi ke Fort Rotterdam, maka kesempatan itu pun nggak saya sia-siakan.

Berfoto di bagian kepala kura-kura. Lho kok, kura-kura? Keep reading, nanti saya jelaskan di bagian bawah.

Guburnur yang Cinta Tanah Kelahirannya

Fort Rotterdam ini awalnya bernama Benteng Ujung Pandang yang dibangun oleh Kerajaan Gowa. Namun berdasarkan perjanjian Bunggayya maka Benteng Ujung Pandang harus diserahkan kepada Belanda. Lalu sejak itu, Benteng Ujung Pandang diganti namanya oleh Cornelis Speelman. Si Gubernur Hindia Belanda ini mengubah nama Benteng Ujung Pandang menjadi Fort Rotterdam sesuai nama kota kelahirannya (City of Rotterdam). Ceritanya terkenang sama kota masa kecilnya gitu. Ah si Gubernur galauan euy :mrgreen:. Tapi walaupun alasan dasar penggantian nama si benteng ini agak melankolis, namun saya pikir Fort Rotterdam punya kemiripan sama The City of Rotterdam itu sendiri. Well, The City of Rotterdam itu kan kota pelabuhan di Belanda sana, Makassar pun menurut saya juga kota pelabuhan, di mana saat itu menjadi pintu keluar masuk Indonesia Timur. Bahkan Fort Rotterdam pun difungsikan sebagai pusat penampungan rempah-rempah dari Indonesia Timur lho.

Gerbang masuk Fort Rotterdam
Gerbang masuk Fort Rotterdam
Benteng Rotterdam ini sering dijadikan arena untuk pagelaran atau event khusus. Pas saya mampir kemarin sedang ada peersiapan peringatan Hari Tari Dunia. Lihat, ada kipas yang besar sebagai latar panggung.
Rapi. Bersih. Suka langit Biru di Makassar iniiii
Rapi. Bersih. Suka langit Biru di Makassar iniiii

Fort Rotterdam 3

Ensiklopedia Hidup Makassar

Ohya, saya bisa cerita gini bukan karena abis baca buku sejarah, tapi karena abis ngobrol sama ensiklopedia hidup Makassar. Anuh, Daeng Ipul dan Made itu beneran deh.. Tau banyak tentang Kota Makassar. Saya salut dan bangga sama mereka, nggak banyak yang mengerti dan mencintai sejarah kotanya sendiri lho. Pas saya bilang kalau saya mau nyewa guide buat menjelaskan sejarah Benteng, saya ingat, Daeng Ipul dan Mada menatap saya bengong lalu mereka serentak bilang, “Tanya kami sajaaa…!!” Nada suaranya kayak bingung kenapa saya pengen nyewa guide padahal ada mereka. Hahahaha… Maaf, jangan tersinggung ya daeng-daeng ganteng! :mrgreen: Ma kasih sharing infonya dan pssst, lain kali kalo kopdar kita poto yaaa. Ingat, mesti poto bareng biar ada dokumentasi! 😛

Fort Rotterdam dilihat dari atas. Rumah-rumah yang tertata rapi ituh adalah si Benteng Rotterdam
Fort Rotterdam dilihat dari atas. Rumah-rumah yang tertata rapi ituh adalah si Benteng.

Benteng alias Fort Rotteerdam ini jika bentuknya dilihat dari atas seperti kura-kura yang hendak turun ke laut. Filosofinya, Kerajaan Gowa adalah bangsa yang hebat baik di darat maupun di lautan seperti penyu. Awalnya, Daeng Ipul cerita begini, saya agak terkejut dan berharap kalau saya bisa melihat Fort Rotterdam ini dari atas. Tapi Tuhan memang bersama orang baik yaaa… Lha kok siangnya, ada orang dari Pemkot Makassar yang menawari saya naik ke lantai 11 gedung Pemda dan bisa melihat Benteng Rotterdam dari atas! Whoooaaaaa….. ^_^

Sekalian ada di lantai 11, sekalian pota-poto juga 😀 hehe

Ah, puwas deh main ke Fort Rotterdam. Puwas sama sejarahnya, puwas poto-potonya jadi nggak galau lagi! ^_^

 Selamat hari Rabu, Sobat CE! Galau apa hari ini? Eh :mrgreen:

Baca juga:

1. Suatu Pagi di Pantai losari

2. Desir Mencekam di Gua Batu Bantimurung

Iklan

49 respons untuk ‘Galau di Fort Rotterdam

Add yours

      1. Mau kesana sihh pulang dari Togian nanti. Masih mikir capek nya. Togian-ampana-luwuk-upg-jakarta satu hari, kan bisa gila nihh badan. Wkwkwkwk pemilik bandara aja dahh sekalian.

  1. Welcome to Makassar anytime ya Mak Eka. Lebih banyak blogger dari luar Makassar yang cerita tentang kota ini lebih bagus menurut saya. Kalau sempat datang lagi bulan Juni ini, ada Makassar Writer International Festival. #JuniKeMakassar *sumpeh bukan panitia, hahaha*

  2. Ha3 makasar satu2nya proponsi yg belum pernah saya kunjungi, padahal sy 2x k papua, 2x ke papua barat, 2× ke maluku dan 2x k maluku utara.
    Utk mencapai propinsi2 tsb pergi dan pulang sebagian besar transit di bandara hasanuddin 😦

  3. Saya belum pernah ke Makassar. Bercita-cita kalau sampe bisa ke Makassar pengen nyicipin makanannya. Tpai, kayaknya jaid pengen ke sini juga. Dan, semoga juga bisa naik ke lantai 11 juga. Keren viewnya 😀

  4. Hahaha, ingat mukanya Eka waktu pertama saya menjelaskan tentang benteng ini..
    muka tidak percaya :p

    emang saya masih kurang meyakinkan ya sebagai orang yang tau sedikit tentang sejarah kota Makassar?

    1. Errr… Mukanya keliatan banget ya kalau kaget? 😀 hahaha
      Maaaaf, daku kan nggak tau kalau Daeng ternyata beneran mengerti soal sejarah Makassar. Hihihi

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Blog di WordPress.com.

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: