Dalam Hati Saja

Dalam Hati Saja

Saat saya ada di Malaysia kemarin, saya sempat membuat status seperti di atas dan mendapatkan respon begitu. Kemudian saya sempat berpikir sejenak tentang hal ini.

Ada beberapa pertanyaan yang sebaiknya tidak ditanyakan dalam kehidupan sosial. Pertanyaan seperti“kapan married, kapan punya anak, kapan nambah anak lagi” adalah pertanyaan yang sangat relatif. Kenapa kata saya relatif? Karena buat sebagian orang pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat diartikan sebagai bentuk perhatian. Tapi buat sebagian orang bisa saja hal tersebut adalah bagian pribadi yang hanya ingin didiskusikan dengan pasangan dan keluarga. Bukan dengan teman. Jadi tempatkanlah diri Anda dengan bijaksana. Pedulilah dengan orang yang menganggap hal tersebut sebagai bentuk kepedulian, bukan dengan orang yang menganggap hal itu hanya konsumsi pribadi saja. Berbeda pandangan gpp kan? Bukankah menjadi berbeda adalah hak setiap orang?

Lagian, cobalah sesekali berada dalam posisi orang yang sering mendapatkan pertanyaan tersebut. Bahasa londonya, “why don’t you try his/or her shoes?”. Mungkin Anda yang menanyakan pertanyaan tersebut baru sekali menanyakannya, tapi bagaimana dengan pihak yang ditanyai? Bisa saja ia sudah mendapatkan pertanyaan itu ribuan kali.

Kalau dirimu ditanyai hal yang sama berulangkali oleh orang yang berbeda-beda, bosen gak? Mangkel gak? Iya kalau yang nanya 1, lha kalau ribuan kali? Apa gak capek njawabinnya? Padahal setiap orang punya rencana sendiri yang gak perlu diumbar ke orang lain kan?

Nah, sebagai orang yang katanya peduli dan selalu mendoakan yang terbaik untuk teman Anda, apa iya Anda tega membebani teman Anda untuk menjawab pertanyaan yang Anda lemparkan itu untuk ke-1001 kalinya? (karena 1000 pertanyaan sebelumnya sudah dilontarkan oleh orang lain). Tapi kalau memang tega, mungkin term ‘teman’ itu perlu diredifinisi kembali.

Lalu solusinya gimana? Di satu sisi pengen peduli (karena memang sudah sifatnya begitu), di satu sisi orang yang dipeduliin terganggu. Menurut saya ada jalan tengah yang bijaksana dalam hal itu. Kecuali memang Anda keluarga atau teman yang dimintai pendapat tentang hal itu, silakan bertanya atau mengangkat topik tersebut. Tapi kalau tidak? Ada baiknya pertanyaan-pertanyaan yang katanya adalah doa tersebut, didoakan dalam hati saja dan nggak usah diomongin. Kayaknya dengan begitu jadi lebih tulus dan (moga-moga) lebih didengar Gusti Allah.

Eka-yang-lagi-curhat-di-blognya-sendiri-setelah-curhat-dengan-Mas-Agus 😀

Iklan

125 respons untuk ‘Dalam Hati Saja

Add yours

  1. Kapan hari pas diklat di Singapore, aku juga sempat diskusi di kelas dengan seorang narsum yang menangani etiket. Ada beberapa hal yang boleh dan tidak boleh (sebaiknya jangan ditanyakan/dikomentari) dalam pergaulan sosial, seperti: usia, keluarga, anak, pernikahan, dan hal-hal lain yang sifatnya pribadi, kecuali orang tersebut yang memulai cerita duluan. Tapi kultur kita nyatanya ada banyak orang yang ‘terlalu peduli’ dengan urusan pribadi orang lain. Mungkin maksudnya perhatian, tapi sebenarnya secara etika kurang tepat…

    “why don’t you try his/or her shoes?” — aku setuju sama pertanyaan itu, Ka… (sebagai yang senasib, sepenanggungan, dan sesama pengguna cincin kawin dengan model yang sama!) 😆

  2. tooooos mbak….
    Aku sampe bosen ditanyain kapan punya anak… 😥
    Siapa siiiih yang gak mau..iya kan iya kan…
    Paling kalo orang nanya gitu cuma tak jawab,’doakeeen yaaa…semoga cepet dpt momongan. Kalo sekarang disyukuri aja berkah dari Allah…disuruh pacaran dulu sama suami’

  3. Aku juga kayaknya salah satu orang yg pernah nanyain gitu kaya’nya sama kakak, atau aku lupa ya (mau nanya tapi ngga jadi). >-< Tapi memang iya – pertanyaan2 kaya' gitu (yang bisa saja sudah ditanya ribuan kali dan memang biasanya banyak yg nanya) plus bukan hanya "bertanya" saja tetapi ditambah lagi dengan "wejangan", hmm..

  4. semangat Ekaaa 😀 whatever you think the best, it’s the best for you laaa 😀 aku juga pernah nih post tentang “pertanyaan2” yg sungguh mengganggu ini.. kalo aku sih pertanyaan default nya adalah “Kok mau sih jauh2an sama suami?” 😆 ato “Kok enggak nyusul suami aja sih?”

    Do I have to explain? Nope! :mrgreen: paling cengengesan aja…

  5. I so agree with you Mba Eka. Life is not a race. Kenapa emangnya kalo anaknya dia udah tiga sementara yang lain belom. Apa kebahagiaan orang lain itu harus sama dengan standarnya dia? So many things we can give our attention to. Seneng apa ga jalan-jalannya, doa selalu sehat sampe si pembuat status kakek nenek dan bisa terus jalan-jalan. Malah mungkin minta diajakin jalan. ;D
    Ikutan esmosi lihat screecapturenya. Huhuhu.

  6. Kalau sekedar bertanya, (misal), “Kapan punya anak?”, mangkelnya cuma 50%, tapi kalau ditambah juga dengan kalimat, “udah lama nikah, kok gak punya-punya anak juga sih?”, itu sudah bisa dipastikan mangkelnya tingkat malaikat maut… 😀

    Gpp Ka.. santai saja.. Yang bisa disumpal itu cuma mulut botol, kalau mulut manusia, gak ada sumpal yang pas.. Just enjoy and go on your planning..

    Etapi, kalau aku tanya, “Eka apa kabar? Kapan ngajak aku jalan-jalan?”, bikin sebel tingkat Dewa19 gak? 😉

    1. Hahaha enggak lah udaaaa, ayo kapan jalan-jalan bareng sama Uni sekalian 🙂

      Ah betul Uda, yang bisa di sumpel itu memang mulut botol bukan mulut manusia 😀

  7. menurut gw sih, justru dia gak perlu dipostingin sampe kayak gini. gak worth it lah dia sampe mesti lo galaukan komentarnya. eh tapi ini pendapat pribadi aja lo yaaa *puk puk eka*

    1. Hahaha snegaja gue posting bukan karena gue galau tapi supaya bisa berbagi opini dan pandangan gue ke orang lain. Dengan harapan yang baca, next time gak begitu ke gue hihihi

  8. Couldn’t agree more. Seriusan lo mbak eka, orang2 yang ‘perhatian’-nya berlebihan kudu baca post ini. *ikutan emosi*

  9. hmmm….entah karena suasana hatiku yang sedang bagus hari ini atau karena aku bukan seseorang yang sedang mendambakan seorang anak, jadi aku merasa komentar pertama-nya itu biasa aja, tapi kalau komentar ke dua sih udah terkesan menggurui 😀

    tapi aku bukan kak eka, yang mungkin perasaannya sangat sensitif karena ditanyain tentang anak, jadi ketidaksukaan kakak itu bisa diterima juga 🙂 Mungkin kami-kami yang adalah penonton cerita hidup kakak, perlulah mengurangi kepo tak ‘manusiawi’, cukup dalam hati saja.. hahaha…. Semoga cepat dapat momongan kak eka, Tuhan sedang memberikan cuti buat kakak, cuti dari kesibukan sebagai seorang ibu, jadi nikmati saja dulu travelingnya 😀

    1. Walau komentar pertama dibilang hal lumrah dalam budaya Indonesia tapi aku tetap gak suka. Menurutku pertanyaan2 tersebut masuk dalam ranah pribadi soalnya. Tapi ya itu balik lagi jadi relatif ya. Pribadi buatku kan bisa saja hal umum buat orang lain. Makanya di komen pertama aku juga cuma guyon aja nanggepinnya.

      Tapi kalo komentar kedua, betul kata kamu, menggurui. Nah daripada salah paham maka aku tuliskan pendapatku di blog sekaligus biar teman-teman yang lain bisa ambil pengalaman dari kejadian inih 🙂

      1. hahaha… iya kak, orang2 jg perlu tau, kalau kata2 yg dianggap ‘pantas’, terkadang malah menjadi ‘tidak pantas’ kalau ditujukan kepada orang yg tidak tepat.
        Misalnya, nanya ‘kapan merid?’ ke org yg punya pacar sih bakal dibalas dengan senang hati..tapi kl nanya-nya ke orang yang sudah berumur dan masih jomblo, bisa keluarlah isi kebun binatang seketika… hahaha…

  10. semua ada waktunya kan ? waktunya Tuhan bukan…..kenapa beliau tidak bertanya saja, dimana bisa beli sepatu bermerk dengan harga murmer di Penang ? kan lebih pas sikon dan konteks statusnya mb Eka yaa?

    sabar ya, yang penting cinta kalian terus bertumbuh bersama, baik ada anak ataupun belum ada anak

    kapan emak blogger diajak jalan barengan?

    1. Iya mba 🙂 segala sesuatunya ada waktunya.
      Tapi memang gak semua orang bisa bertenggang rasa sih, mbak 😀

      EH kita belum ketemuan yang ngobrol2 santai gitu ya, Mbak? Yuks

  11. hihihiihi..aku sering deh ngalamin yg kaya gini mba..padahal soal married, punya anak kapan itu kan ga bisa diprediksikan,semua tergantung ama Allah.. 🙂
    dan aku setuju deh,mending di do’akan dalam hati saja..jangan ditanyain yg ujungnya org yg ditanyain jadi sebel.. 😀

  12. Hohoho. Betul juga ya.. Yang ditanya mungkin sudah keseribu kalinya ditanya. Memang pertanyaan menyebalkan itu akan selalu adaa.. kapan lulus? kapan nikah? kapan punya anak? Gajimu berapa? Papermu udah berapa? (lho, kok curcol)
    Klo di fb kita malah gampang ngurusinnya mbak, delete aja =p mo delete komen ya monggo, delete orang monggo juga. (Eh jangan, di-mute aja, lempar ke acquaintances, biar ga berisik. Tempatkan dia dalam skala perioritas terendah dalam hidup kita, hohohoho. Kejam mode on.)
    Fb itu buat menjalin silaturahmi. Klo ada yg ngajak ribut, ya ‘dibereskan’ saja. Berhak kok 🙂 Kata orang mah, don’t sweat the small stuffs. Daripada berantem dan bete ga penting, lebih baik mengerjakan hal lain yg lebih bermanfaat.

    (nulis memang gampang, hahaha. Ini saya nulis buat diri sendiri sebenarnya, maap menyampah di sini)

  13. Jadi inget waktu awal2 menikah dan masih belum diberi momongan (saya memperoleh momongan setelah 3 tahun pernikahan), banyak banget org yg nanyain, udah punya momongan belum? Kalo saya org yg cuek bebek aja ditanya begitu, tapi tdk dgn suami, dia bete banget kalo udah ada yg tanya bgt, akhirnya… saya yg jd sasaran kebeteannya…. hehehe…

  14. Mbak Eka kapan kawin? :v *dikeplak*

    BTW kadang saya sama temen2 malah saling goda2in tanya beginian. Kapan lulus lah, kapan kawin lah, dll. Buat becandaan, macam you get annoyed, you lose. 😆
    Tapi ya cuman buat teman dekat sih. Kalo di luar lingkaran yang begitu ya bisa bersungut2. 😛
    Heh, you know, guys. :-“

    1. Yeeee itu sih bedaaaa. Kalo temen deket malah asyik dan seru. Tapi diluar temen deket (tapi nganggap dirinya inner circle) itu bikin emosssiiii haha.
      Oh ya kapan daku kawin? Itu gak perlu laporan sama kamuh! Kawin soalnya butuh urat bukan surat hihihi

    2. *benar-benar merasa kayanya cuma diri sendiri yang punya definisi kawin = nikah* 😆

      (yang sebelumnya salah ketik, tolong dihapus aja mbak 😛 )

  15. Tadinya saya paling sensi dengan pertanyaan2 macam demikian. Lama kelamaan, karena saya hidup di kampung banyak orang sok nasehatin, harus menganggap semua itu angin lalu.

    Pernah seseorang tak saya kenal tiba2 menasehati saya untuk makan ini itu agar cepet hamil. agar saya banyak browsing biar ga perlu nanya2 ke dokter.

    Lagian saya ke dokter untuk check up krn pernah sc. dan saya ga hamil2 karena suami emang lagi jauh. Nah?

    1. Hihi aku juga pernah tiba-tiba ada orang nyaranin berhenti kerja biar gak kecapean dan bisa hamil. Hihii
      Ya gitu deh, kadang gak diminta pun orang kasih nasehat macam2 :D. Kalo mood lagi bagus sih aku senyumin, tapi kalo BT aku dengusin haha

      1. satu hal yg aku amati, selaku admin fb page. orang indonesia itu gemar sekali menasehati orang lain, hahaha. yg dinasehatkan adl hal2 normatif alias yg berlaku saat itu di sebagian besar kalangan. plus, dibumbui religiositas/bau2 agama dan bawa2 Tuhan.

  16. mau curcol!
    boleh nggak? 🙂

    termasuk salah satu dari orang yang kesel juga sama orang yang terlalu “care” kayak gini. Awalnya sik mungkin masih maklum ya, karena emang kultur bangsa Indonesia yang “katanya” ramah dan kekeluargaan (apa kepo ya?). Jadi kalo ditanya sekali dua mah, ya monggo lah.

    Tapi bener tuh, kalo yang nanya orang yang sama-sama aja, nguyek-nguyek trus, bah! apalagi kalo sampai ngomentarin “ketidakmampuan” suami lah, gara2 kita sekarang LDR, atau kita yang terlalu “workaholic” lah. Tiap keluarga kan punya privasi masing-masing ya, wong aku juga nggak pernah ngurusi situ kok. (eh, lah iki kok malah panas jadine? hehehe)

    Dan yang paling sebel lagi, orang-orang yang nanya biasanya saudara atau temen yang nggak gitu deket. Tau-tau dateng, sok akrab, nanya langsung kayak gitu. Hmpfh, hehehe, pasang muka bantal deh. 😀

      1. Kemarin ke kondangan salah seorang temannya mamah, dan yang nanya udah isi apa beluuum.. ada sembilan orang aja dah sehari itu! Untung nggak sepuluh, kalo sepuluh dapet kipas gratis dah! 🙂

  17. Dulu waktu belum nikah ditanya, Kapan Nikah?
    Udah nikah (baru 2 minggu), Udah Isi?
    Nikah setahun, Kapan punya anak?
    Nikah 2 tahun, Udah periksa belum?
    Nikah 3 tahun, Diprogram ya, memang belum pengen punya anak?

    Sempet beberapa ucapan bikin aq nangis seharian, Kak. Tega banget mereka mengatakan hal2 seperti itu. Bukan lagi pertanyaan tapi udah pernyataan.
    Aah, tapi kelamaan sedih kok rugi bgt yak. Yang penting kita yang menjalani bahagia. Semua kan indah pada waktunya.

  18. Salam kenal Eka
    (dulu udah pernah ngajak kenalan belum ya.. Duh maaf, saking lamanya jadi silent reader :D)
    Pernah ditanya2 juga, tapi paling sebel kalo nada pertanyaannya, “kenapa belum punya?” Atau “kenapa belum mau?”.
    Lah, sapa yang ga mau? Setuju sama pernyataan di atas, “coba deh pake sepatuku”
    Sekarang saya masih belajar bersabar, moga2 kalo sabar bisa cepat lulus ujian :).

  19. pertanyaan2 itu mungkin sejenis kayak pertanyaan “kapan mau meninggal?”. who’s know?.
    (sebagian besar) orang2 udh hapal mati sama konsep jodoh, rezeki, maut itu bukan manusia yang ngatur tapi tetep aja suka ‘iseng’ nanya2. heran.

  20. aih pertanyaan kapan itu emang gak pernah berhenti sampe mati deh..capekk..dulu aku juga sering ditanya kapan..dan akhirnya aku nikah,dan beberapa bulan berselang hamil..jadi 2 pertanyaan kapan alhamdulilah langsung dijawab langsung olehNya, jadi gak ada lagi yang nanya2 itu..nah klo udah punya anak pertanyaan apalagi yah >.<

  21. Aku juga sebenernya udah bosen ditanyain beginian Ka.. ahaha.. manalah biasanya temen2 di Indo yang nanya terus kalau misalnya lagi chat atau apa. Untungnya sih selama tinggal di sini malah sama sekali ga ada yang pernah usil nanya2 lagi.

  22. pertama salam kenal dulu mba eka…
    hehehehe….mungkin pas bikin postingan ini lg mangkel ya mba? Yah pertanyaan kyk gitu memang sensitif sekali buat sebagian orang. Saya sering dulu ditanyaain kyk gitu, kapan lulus, kapan merried kok malah diduluin terus sm adek km…hehehehe… mangkel sih, tapiiii….
    Maaf nih mba eka, sy boleh kan ya memandang dari sudut pandang yg sebelahnya….pertanyaan seperti itu kadang bagi orang2 seperti sy bisa berupa cambuk agar tambah semangat, contohnya pas ditanya sekaligus disindir
    “kapan lulusnya, masa lama kuliah ngalahin lama SDnya”..cetar membahana gitu mba hati sy saat pertama denger..tapi trus sy pikir lagi, ya ada betulnya jg sih ya, kasihan ortu sy jg, trus kalo kuliah terus kapan sy kerjanya trus merit dll.
    Trus habis nikah ditanya lagi “sudah isi belum? kok lama merit tapi belum isi2, si “Inu” yg baru sebulan nikah aja sudah isi”…lebih cetar membahana lagi mba..tapi jadi berpikir lagi, iya kok bisa ya…akhirnya diriku sm suami check up ke dokter, dan ternyata kami memang kecapean.
    Maaf lagi terlalu panjang, jadi memang kadangkala kita butuh pertanyaan sadis atau pernyataan sok tau atau menggurui dari seseorang kali ya, walaupun pertanyaan atau pernyataan itu berasa cetar membahana badai di hati kita…Trimakasih mba..dan maaf kalo comment sy ini “terkesan menggurui”, sy niatan hanya share pengalaman saja, semoga pernikahannya langgeng ya mba… ^_^

    1. Sharing gak dilarang dear 🙂
      Thank You untuk pendapatnya. Enggak, pas nulis ini malah gak lagi marah, biasa aja. Marahnya pas baca komentarnya aja. Saya sedang enak2 liburan di negeri orang dan suasana dirusak dengan pertanyaan spt itu. Tapi itu sebentar aja. Abis itu biasa koq, menurutku org begitu kurang piknik jadi gak bisa ikut merasakan kebahagiaan orang lain yg lagi jalan2. Kalau pertanyaan itu ditanyakan saat di suasan lain, mungkin respon saya berbeda.

      Tapi pada dasarnya saya gak suka ditanyain begitu karena saya punya circle of friends dan family di mana saya membahasnya dengan mereka. Orang ini tidak termasuk dlm circle itu. Dia tidak punya hak di situ. Gak perlu ada pertanyaan cetar membahana, suami dan saya punya rencana sendiri yang gak perlu diumbar ke semua org 🙂

  23. aku tahu benar rasanya Ka… Aku baru mengalaminya bulan januari lalu saat adikku menikah… dan aku sampai menghitung berapa pertanyaan yang akan mampir. ternyata lebih dari 60 pertanyaan aku terima saat pernikahan adikku kemarin itu.. Cuma karena waktu itu adalah hari bahagia adikku, aku menyikapinya dengan enjoy aja.. makanya aku sampai akalin dengan menghitung berapa pertanyaan hari ini… Jadi tiap ada yang nanya aku langsung bilang… selamaaat.. oom / tante / abang adalah orang ke… yang bertanya itu hari ini.. *langsung ngeloyor pergi* . hahahahaha

  24. Bener banget, mbak……itu aku banget dech,, hehe……rasanya pengen nangis kalo udah dipojokin gitu. mereka kan gak tau perasaan kita,,, pokoknya gak bisa diungkapin rasa mangkelnya….tulisan mbak mengambarkan isi hati saya juga, mbak……hehee….

  25. mungkin memang dia kira mbak blom mau punya anak kali, makanya menggurui?
    tapi ya namanya manusia mbak, pada dasarnya kepo aka mau tauuu aja urusan orang.. saya juga mencoba untuk tidak pernah tanya hal2 sensitif begitu, tapi kadang tetep juga pengen tau… akhirnya saya tanya lewat temen baiknya haha..

  26. mampir ke sini karena link setelah baca di blog Sofie… salam kenal ya….. aku sudah pernah merasakan betapa tidak enaknya dengan pertanyaan2 itu, makanya ga mau tanya hal2 sensitif itu ke orang lain, cukup doakan dalam hati saja….

  27. hai mbak eka, salam kenal ya..
    pembaca pertama langsung baca curhatannya mbak eka 😀
    saya suka sekali baca kalimat ini “why don’t you try his/or her shoes?”

    sabar ya mbak, di maklumi aja adat ke kepo-an tingkat dewa orang tersebut.
    yang penting mbak eka dan suami mbak eka always happy.

  28. Aku sebetulnya makin mangkel kalo yg nanya nambahin embel2 “Ga bisa ya bikinnya? Mo diajarin?” atau “Nunggu apa lagi sih? Kalo nunggu siap mah ga akan siap. Nunggu duit juga ga bakalan cukup” dan tambahan2 lainnya (tapi saya paling sering dikomenin seperti itu sih. Belum lagi kalo dinasehatin ini-itu ttg pentingnya cepet punya anak.
    Emangnya mereka siapa? They don’t know what we’re going through. Mereka kan ga barengan ama kita 24 jam sehari, share the same thought.
    Seriously, aku emosi banget kalo ada yg gitu. Bentuk perhatian? Aku milih ga diperhatiin sekalian daripada diperhatiin tapi kayak gitu.

  29. Xixixixi… Iyah bener banget tuh mbak…
    Memang ada pertanyaan2 yang lebih baik tidak usah ditanyakan.

    Paling sebel sama orang yang suka nyinyir nanya2 soal hal sensitif kya gitu. Bagi sebagian orang dan di masa tertentu, hal tersebut bisa jadi hal konyol, tapi di saat yang lain bisa juga jadi amat sangat mak-jleb.

    Biasanya ak nanya2 gitu klo emang orang yang deket2 aja. Atw mending diem aja deh. *cari aman* 😀

      1. Yup betul mb.. Paling gak klo mau nanya sesuatu ama orang, posisikan dulu diri kita di posisi org itu kali yah.. Biar tau batas jg sih.. 😀

  30. kalo menurutku, komentar tsb bukan wujud kepedulian sih. lebih ke wujud pemaksaan standar-nya dia ke orang lain, dibungkus dg label ‘peduli’.
    mustinya sadar, tidak semua orang menikah, ingin punya anak, sama seperti tidak semua lajang ingin menikah. masing2 punya standarnya, ngapain maksain value-nya? apalagi menilai berdasarkan value/prinsip semacam itu, such as, karena memilih tidak menikah maka menilai cewe ini ga normal dsb.

    1. Iya ya, baru ngeh kalo ini maksain nilai-nilai banget 😐
      Dan banyak perempuan yang memilih menikah bukan karena pengen menikah tapi karena termakan standart yang ada sampai akhirnya sekedar salah pilih

  31. ternyata aku gak sendiri, aku juga sering dapet pertanyaan2 yang “sensitif” seperti “kapan nikah…kapan nikah..kapan nikah?
    dan aku hanya bisa menjawab *sambil berdoa dalam hati* BULAN DEPAN!!
    jadi kapan? ya BULAN DEPAN….
    ugh….pertanyaan yang sama berulang kali ditanyakan, dan jawabannyapun…tetap sama. BULAN DEPAN.
    *agak sedih campur emosi* #loh

  32. kalo saya menghadapi pertanyaan yg ga saya suka seperti contoh di atas ya … senyum, sambil bilang : “terima kasih atas perhatiannya” …
    sisanya ga usah dipikirin, toh kita ga minta makan sama dia … kekekek ….

  33. setujjjaaa mbak eka…. paling sebel ditanyain kapan nikah….??
    dulu siih tiap kali dapet pertanyaan gt suka mangkel dewe… Kayak susah-susaho ae hidupku ini krn lom nikah…
    kalo sekarang ditanyain kapan nikah,,,??? jawabku “setelah ijab kabul kelar..!!!”
    *dan masalah terselesaikan 😀

  34. iya bener dijadikan doa aja. wajar kayaknya orang yang udah menikah ditanyain begitu. saya aja yang belum nikah, dibecandain tentang gimana istri atau anak saya nanti, diam2 hati mencelos #halah 😀

    1. Menurutku gak wajar sih 🙂
      Klo ini kalo lho, salah satu dari pasangan yg ditanyai itu sakit dan memang gak bisa punya anak, apa pertanyaan itu bukannya bikin sedih ya?
      Intinya sih soal tenggang rasa

  35. Ha…ha… itulah sosial media di kita ini, sering tidak bisa membedakan yang mana yang perlu yang mana yang tidak boleh. Tapi itu tidak hanya di sosial media, juga di kenyataan sosial di sekitar. Saya sekarang tinggal berjauhan dengan istri setelah lebih dari 20 tahun menikah. Sering ditanya orang: “Kenapa setelah umur kepala 5 tinggal berjauhan?”. Saya jawab saja: “Sekarang saya pacaran lagi dengan istri, ketemu sekali 2 minggu dengan kangen yang numpuk”….he..he..orang memang selalu usil.

  36. iya, aku ingat status kakak kala itu, sesudahnya kakak juga menulis note kalau gak salah, kan? aku sengaja nggak komentar apa-apa. karna aku tau diri, hal2 seperti itu bukan urusanku. Tapi (menurutku nih ya kak), kita nggak bisa ngelarang orang mau bilang apa sama kita dan tidak semua orang tau menempatkan diri & bijaksana kak. jadi, santai aja kak, let them say what they want to say. tetap ceria yah 😉

  37. Hehehe. Kayaknya pertanyaan-pertanyaan pribadi itu seperti ‘default’ untuk rumus conversation ya Kak, di Indonesia. “Kok masih belom punya pacar? Kapan lulus?” Kalo yang nanyanya orangtua ya saya ngerti, kalo yang nanyanya temen ortu yang baru ketemu sekali? Hmm. Apakah kebiasaan orang Indo kali ya, kalo mau memulai perbincangan harus ituuu melulu pertanyaannya. Susah kali ya cari pertanyaan lain, soalnya saya juga termasuk orang yang socially awkward haha. Sayang sekali kayaknya kebanyakan orang kita nggak sadar bahwa pertanyaan-pertanyaan pribadi seperti ini selain rude juga berpotensi merusak mood orang dan bahkan lead to stress and depression.

  38. Beberapa org pengen pamer kebahagiaan dgn bilang: wooooi, aku dong udah merit dan punya anak… Ada juga yang sekedar pengen tahu tanpa bermaksud apa2… Tapi tetap aja yg ditanya udah bosen duluan… Setujuhhhh banget ttg bbrp hal yg gak perlu ditanyain melulu…

  39. salam kenal…
    setuju banget sama postingannya,
    pertanyaan2 itu bikin males ketemu orang, males ditanyain mulu
    pernah ada yang tanya
    “kamu pake KB yah?”
    “engga tuh”
    “iya KB, Kagak Becus… hahaha”
    Uhhh… kalo ga inget orang itu lebih tua, pengen saya kasih sabun mulutnya, biar lebih “bersih”.
    Saling mendoakan ya kk, apapun yg diberi oleh Yg Di Atas pasti yg terbaik buat kita. Amin.

  40. Sebelum kita komentarin hidup orang lain lebih baik kita NGACA DULU DECH …

    Sebelum kita ngatur atau menggurui orang lain, coba berfikir apakah kita kita berhak melakukan itu?

    Kesempurnaan hanya milik Allah, kata dorce :)))

  41. Aku belum pernah ditanyain kapan punya anak sih mbak…soalnya belum nikah. tapi paling sering dapat pertanyaan : Kapan nikah? cari apa lagi sih kok gak nikah-nikah? Anakku udah 3 lho…males banget sebenernya, paling aku cuma senyum2, tapi sebenernya bete 🙂

  42. Mungkin bisa dijawab: “Kapan punya momongan?” jawab aja: “aduh, pembantunya belum mau nambah yang diurus”
    atau bisa dijawab: “Kapan mau segera punya anak?” dijawab: “belum nemu bapak yang pas buat variasi muka anaknya budhe” <- yang ini dikonsultasikan sama suami dulu
    Kalo ngutip Saran seorang teman yang kalo pas mudik ditanyain: "Yg gede udah TK. Kapan nambah?" Jawab aja: "Belom ada yang cocok, Bulik.."
    atau
    Saran lain. "Kapan nambah?" Jawab aja: "Aduuh makasih, masih kenyang, Om…"

  43. Tergelitik untuk ikutan komentar. Gw selalu percaya bhw tuhan memberikan kebahagian yg bbeda2 kepada setiap manusia, berbeda bentuk dan beda juga tingkatannya. Jd, bahagia untuk manusia yg satu blm tentu bisa bikin bahagia manusia yg lain. If we feel happy of what we have, no need to think that others feel suffered because they don’t have what we’ve got. Tetep aaajjjeeeee yg ngejalanin hidup bukan org lain yaaa, ka 🙂 hehehe. Standard kebahagiaan org brbeda2, n life is not a race (setuju bgt dg statement ini). Tetep semangat, ka! Yg kyk2 gitu anggep ajaaa kerikil2 kecil dlm kehidupan.

  44. Aku dulu juga sering ditanya begitu, suka cape juga jawabinnya. Tp kdg emang org yg nanya ga bermaksud apa2 tp cuman cari bahan pembicaraan dan culture org indo kalo merit hrs pny anak. Jd yah positive thinking aja hehehe

  45. Saya sering tuh mba ditanya ‘kapan nikah?”, dibilang terlalu pemilih, terlalu mandirilah, terlalu serius kerjalah atau apalah, pdhal orangtua malah ga nanya justru orang lain yang sering bertanya. Malah pernah salah satu teman saya menjadikannya sebagai guyonan dan alhasil dengan berhasil saya malu tingkat internasional :(( . Siapa juga yang ga pengen nikah, punya anak, punya keluarga bahagia, suami yang baik??? Kalo sudah begitu saya hanya meminta doanya dan meng-aamiin-i nya dalam hati 🙂

  46. Aku pernah ditanya-tanya, sampe shock dan sakit lalu hospitalized. Dan karena ngga mau hospitalized lagi dengan pertanyaan yang mencecar atas nama perhatian dari orang yang berbeda, langsung aku bilang,”aku tau dan ngerti kalau kamu itu perhatian. Thank you for that. Tetapi, pertanyaan-pertanyaanmu itu too much dan mengganggu. Jadi, biarkan aku menyimpan sendiri banyak hal dan membaginya sedikit saja denganmu dan kalau benar peduli, tolong doakan saja supaya apa yang jadi niat, rencana dan cita-cita aku dan dia terwujud.” Lumayan ampuh karena abis itu dia minta maaf lalu ngga nanya-nanya lagi. Tapi itu jadi seperti koreksi untuk diriku Kak, karena aku sampai tanya ke 2 orang temanku,”apakah aku pernah seperti itu pada kalian? Kalau iya, aku minta maaf…” dan untungnya mereka bilang ngga… hehehe

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Blog di WordPress.com.

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: