Sebuah Catatan Sederhana

Kualitas batiniah seseorang terlukiskan dari perbuatannya sehari-hari ~Erastus Sabdono~

Batiniah? Perbuatan? Maksudnya? Ya, jika pelita hatimu baik tentu juga teranglah perbuatan-perbuatanmu. Sederhana saja. Setiap kita tentu memiliki hati nurani bukan? Hati nurani ini yang berperan sebagai pembuat peraturan bahwa mencuri itu salah, atau simply membantu seseorang adalah tindakan yang benar. Hati nurani pula yang berfungsi sebagai hakim sehingga membuat kita merasa bersalah ketika melanggar peraturan/prinsip-prinsip yang dianut nurani dan hati nurani juga yang akan menghukum kita dengan perasaan tidak tenang. Nah, yang repot kalo sudah tahu salah tapi tidak merasa bersalah. Itu nuraninya sudah mulai aus (karena sering dicuekin) dan perlu diminyaki lagi! :mrgreen:

Bagaimana nurani berfungsi, dapat berbeda-beda setiap orangnya. Lho, koq bisa? Ya iyalah… Karena nurani terbentuk dari apa yang kita lihat dan dengar setiap hari. Bisa saja buat saya copy paste konten blog orang lain tanpa mencantumkan nama kredit itu tidak benar, tapi mungkin buat orang lain itu biasa. Nah, jika sudah begitu, tinggal norma-norma kehidupan di dalam masyarakat pun tatanan agama yang dapat kita pakai sebagai fondasinya untuk menentukan apakah itu dapat diterima atau tidak.

Gambar diambil dari sini

Tahun 2010 sudah berlalu, saya bersama suami tadi malam melakukan perenungan. Dan tadi malam juga nurani saya mengadili saya. Saya biarkan nurani melakukan tugasnya maksimal, tanpa intervensi, tanpa penyelaan. Saya lepaskan seluruh nurani saya untuk bekerja. Hanya saya dan nurani saya. Kami saling jujur. Nurani menegur kesalahan-kesalahan yang saya perbuat sepanjang tahun 2010. Tapi juga menasehati agar di tahun 2011 sebaiknya saya begini, begitu. Sehingga bisa jadi lebih baik. Ahya, di 2010 saya melepaskan beberapa orang dari hidup saya. Sempat ada pertentangan, apakah ini langkah yang tepat atau tidak. Namun akhirnya saya berdamai dengan nurani dan mengambil kesimpulan untuk menyayangi diri sendiri dan mengelilingi diri dengan orang-orang yang mengasihi dan membuat saya lebih baik.

Surround yourself with positive people who love life and love you ~Dough Fleeneer~

Nah, karena nurani itu dibentuk dari apa yang kita lihat dan dengar, mengisi hati kita dengan hal-hal positif itu penting sekali. Karena output tentu berasal dari input, bukan? Isilah satu kantong dengan intan, ikat kencang-kencang lalu tekan, yang keluar adalah intan. Tapi apabila kantung tersebut diisi dengan sampah, jika ditekan ya yang keluar adalah sampah, toh? Jadi, kualitas nurani (hati) ini tercermin dalam perilaku kita sehari-hari. Tapi jangan lupa juga, secara nurani itu berbeda satu dengan yang lainnya, tergantung banget sama input jiwanya, maka apa yang benar bagi kita belum tentu benar bagi orang lain. Kalau sudah begini, siapakah kita menghakimi orang lain?

#catatan di penghujung tahun 2010. Sebuah reminder bagi diri sendiri 🙂

***

All things work together for good to them who love God. Happy Nu Year sahabat CE! ^_^
Ngomong-ngomong boleh lho share resolusi tahun 2011 ini apah? 😉
Saya.. Errr.. Pengen bisa berenang dan mulai menari lagi 😀 hehehe

53 respons untuk ‘Sebuah Catatan Sederhana

Add yours

  1. Happy New Year Eka. Resolusiku? Kl utk blogging, musti rajin balas komen he..he.., dan rajin cari referensi.. Resolusi lain.. .. mungkin belajar berenang juga… he..he..ikut2an

  2. Selamat tahun baru Mbak Ekaaaa… May you have the wonderful year in 2011! Btw, resolusiku ya? Ehm… Banyak. Tapi yang paling utama: lulus tahun ini. 😆 *kok malah ketawa sih, Kim?* *keplak diri sendiri*

  3. Mbak Eka..
    emang merayakan tahun baru paling pantas dengan merenung yaa. To be honest, 2010 adalah tahun terberat dalam hidupku, karena di awal tahun itu mamaku dijemput Allah. Dan 2010 adalah tahun pembelajaranku, belajar menjalani hari tanpa mama. Belajar mandiri dan terutama belajar mengendalikan emosi jiwaku pribadi. 2010 berat? buat aku, iya 🙂

    Tapi menjelang awal 2011 mudah-mudahan aku bisa belajar tersenyum lagi dalam menjalani hari 🙂

    Happy new year mbak Eka…
    Happy blogging (PS: resolusiku adalah back to blogging).

  4. Dengarkan hati nuramimu…
    Bahkan dalam pekerjaan sehari-hari, saya pernah mendapat pelatihan dari seorang yang ahli:
    “Jika anda melihat sebuah dokumentasi, semuanya benar, angka-angka laporan keuangan bagus…..entah kenapa kok hati nurani kita berdetak. Dengarkan…endapkan, pasti ada yang salah…”

    Ternyata, jika semua terlihat benar, semua pada tempatnya dan tanpa cacat…maka sebetulnya itu ada kemungkinan buatan manusia, karena pada dasarnya tak ada hal yang sempurna. Dengan mengendapkan pikiran, bisikan hati nurani akan terdengar, buat jarak…dan kita akan melihat titik kecil kesalahan..yang setelah diurai ternyata berisiko tinggi.
    Pernahkan dengar cerita, bahwa tanda tangan palsu itu selalu tepat sama, bahkan ketajaman garisnya? Sedangkan bila asli, maka setiap tanda tangan akan berbeda, tergantung bagaimana perasaan hati saat menandatangani.

    Intinya…nurani merupakan benteng kita berbuat kebaikan…jadi sering2lah dengarkan hati nurani kita.

  5. kalo saya lebih suka mengatakannya dengan “mengikuti suara hati atau suara kepala”
    :mrgreen:

    anuh, saya agak ngga sependapat sih Ka… suara hati dengan suara kepala adalah dua hal yang berbeda. Bisa jadi hatinya meronta-ronta untuk didengar, tapi karena pendapat dan pandangan umum, maka yang keluar adalah tindakan dari hasil otak yang memutuskan.

    suatu keputusan akan suatu tindakan, tidak semata-mata datang dari hati. Ya, ada beberapa. Tapi kebanyakan, keputusan itu ada karena beberapa pertimbangan, termasuk ya itu tadi, apa kata orang (aka keluarga atau siapalah yang terdekat) ya kalo saya begini atau begitu..

    #demikian

    *ah ngomong apa saya ini*
    😆

    *ga usah bilang jadiin postingan, saya udah pernah postingan soal ini sebagai renungan ulang tahun saya*
    hihihihihi
    :mrgreen:

    :mrgreen:

  6. Melepas orang yang mungkin gak bisa memberikan nilai positif bagi nurani kita, adalah tindakan yang tepat Ka…. seperti katamu, apa yang kita isi ke dalam kantung, itulah yang keluar. ga ada sulap yang bisa mengubahnya semau kita…

    🙂 Merry Chrismast again.. and Happy Nu Year ya.

  7. kadang hati nurani membawa kehancuran dalam suatu hubungan…but ..Gw lbh pErcaya ma hati nurani Gw…Met taon baru ………2011

  8. Hati dan Otak tempatnya berdekatan tapi terkadang bisa tidak seiring sejalan. Mana yang jadi pilihan silakan ditelaah sendiri. 😛
    ngikik

    Selamat Natal dan Tahun Baru 2011 untukmu dan suami ya, jeng! 🙂

  9. mendengar kata nurani, lgsg terbayang lagunya netral yg “nurani”
    ahh komen gw ga nyambung yagh

    pokoke wishing u a great year in 2011
    tahun penuh berkat 🙂

  10.         hohohoo... happy new year kak! resolusi tahun baru saya? hmmm..... kayaknya ngga ada hihihiiiii.... :D tetep hepi aja deh pokoke :D horas!      
    
  11. wahh…pangling euyy ogut mba’E blog nya jadi serba terang benderang ginih :mrgreen:

    terlepas dari semua hal-hal duniawi kita, terkadang kita egois dengan perasaan-perasaan tertentu seperti yang sempat mba’E tuliskan diatas, ogut malah mikir, kok ga kepikiran ini, itu untuk merenungi sesuatu yang melibatkan nurani kita ? dan setelah dipikir-pikir rumit juga mengeksploitasi situasi yang bersliweran dalam angan..well jujur ogut teh ribet sebenernya ogut komen apa sih hehehehe :mrgreen:

    salam hangat

  12. kualitas gak butuh omongan mbak…cukup perbuatan…
    lentera hati juga mesti dijaga biar tetep bersinar terang gak kelabu 🙂

    happy new year mbak eka! cup cup

  13. Dulu aku sangat suka untuk merenungi akhir tahun, tapi belakangan tak suka lagi karena takut pada pengadil yang mengadili nuraniku sendiri..
    Chicken banget ya? 🙂

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Blog di WordPress.com.

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: