Ibu mengapa engkau membenciku? Mengapa kata pedas dan makian tajam selalu terlontar atas tindakku? Mengapa sebuah piring lebih mendapat kasihmu dibandingkan aku? Maafkan aku ibu, licin sekali piring itu . Ibu mengapa matamu nanar tiap kali aku ingin mendekatimu? Mengapa tanganmu terjulur selalu untuk menjewer bukan memelukku? Hingga ku percaya keberadaanku adalah bayang semu .... Continue Reading →

