Pernahkah kamu merasa begitu rindu akan satu masa di waktu yang lampau? Begitu kangen akan beberapa penggal kehidupan yang telah tertinggal di belakang? Bukan, bukan karena masa sekarang tidak bahagia, namun karena ada banyak kisah di waktu yang lampau itu sangat berharga, sangat membekas. Kisah-kisah itu mempunyai warna tersendiri di hati sehingga kadang pada saat engkau duduk di samping jendela maka kenangan akan waktu lampau tersebut terpampang jelas di kepala, persis seperti rekaman video yang diputar kembali. Tidak hanya terputar ulang, namun bahkan rasa yang terkandung di dalamnya pun seakan merayapi sumsum tulang dan seluruh pembuluh darahmu. Rasa itu seakan menyelimuti hati dengan rasa yang tidak terdefinisikan. Pernahkah kamu begitu?
Namanya Nila. Bukan, bukan sejenis ikan, tapi ia adalah seseorang dari masa lalu. Seseorang yang menorehkan warna khusus di lembar-lembar cerita kehidupan saya. Bersamanya masa-masa kuliah saya terasa begitu menyenangkan. Perempuan berkulit bersih yang kantung matanya seolah menutup setengah dan mengisyaratkan suatu keadaan yang dibenci oleh semua dosen yang ada. Iya, karena disangka mengantuk! Nila, ingatkah kamu akan Ibu Sutini, dosen Pronounciation kita itu? Ditengah-tengah pengajaran, beliau bertanya dengan nada sedikit menghardik karena mengira engkau tertidur di kelasnya? Ya, ya kantung matamu itu sering membuat orang salah mengira bahwa dirimu sudah setengah terbang ke pulau kapuk sana.
Ah, ada banyak hal yang aku ingat. Seperti canda kita di selasar antara Gedung O dan P, kita bernyayi dengan petikan gitar dari Ery atau Khalif. Lagu-lagu yang meleset nadanya, lagu acakadul yang kadang membuat kita berhenti bernyanyi dan saling pandang untuk kemudian tertawa…. Menertawakan melesetnya nada itu. Ah, rasa itu… Rasa bahagia.
Aku ingat, kamu sering menginap di rumah. Tempat tidurku model double decker, ranjang susun begitu. Dan tiap kali engkau menginap maka akan aku biarkan engkau tidur di atas dan aku dibawah. Lalu kita bicara, ngobrol tanpa tentu arah, meracau saking menahan kantuk lalu salah satu dari kita jatuh tertidur meninggalkan yang lainnya dengan kebingungan kenapa ceritanya tidak lagi berlanjut :). Dipagi hari, tergesa engkau akan bangun dan membangunkan aku. Supaya engkau punya sela untuk sholat. Hey! Ini kamarku, ini tempat tidurku! Dan aku masih ingin tidur, koq bisa-bisanya kamu begitu. Ah tapi tentu aku akan bangkit. Kamu kan sahabatku ^_^
Aku ingat kita berdua memanjat Gunung Gede bersama, tentu sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan bapakku yang protective itu. Dan setelah pulang, kaki kita bengkak, besar seperti kaki gajah saja. Kemudian agar bapak tidak terbangun, kita berjingkat ke dapur untuk menjerang air. Setelah itu ember besar berwarna merah itu menjadi tempat kita merendam kaki di dalam air hangat yang telah di campur garam sambil bercerita tentang jalur pendakian mana yang lebih enak dijalani. Cekakak cekikik mengingat lucunya terpeleset di tanah yang curam atau sekedar ngomongin teman barengan mendaki tadi. Kemudian tawa kita membahana, membangunkan bapakku yang sudah tertidur lelap dan buyarlah sudah operasi pendakian sembunyi-sembunyi kita :D. Bapak akan mengecek, mungkin takut ada maling, tapi setelah tau itu kita, Bapak akan kembali tidur. Satu yang tak pernah kamu tau, bapak itu memarahiku naik gunung setelah kamu kembali ke kosmu.
Atau ingatkah kamu dengan nakalnya kita pergi naik gunung ke Gunung Cermai di Jawa Barat sana? Gunung yang agak angker kata orang, gunung yang medannya lumayan berat, masih kata orang juga. Tapi kamu, dasar kecil-kecil cabe rawit, nafasku tersengal dan kamu melesat cepat hingga puncak. Meninggalkanku terseok-seok dan tersesat hingga tim SAR gunung Cermai terapaksa berjibaku mencariku.
Ada begitu banyak cerita. Ada begitu banyak tawa. Taukah kamu, aku merasa sungguh-sungguh bersyukur punya sahabat seperti dirimu. Sungguh-sungguh bahagia kita telah menghabiskan masa muda bersama. Terima kasih sahabat.
Nila sayang, pipiku basah. Aku rindu padamu. Pada waktu-waktu itu, waktu yang kita bagi bersama. Selamat Ulang tahun, my best prayer for you. Take good care of your self there, I know we can’t have our time again like long ago during college but I trully worship our time together. We’ve always been such a good friends 🙂 Janji, jika ke kotamu, aku akan mampir lalu kita akan bercerita hingga larut malam lagi seperti dulu. Biar saja Adrian dan Tatwa terkantuk-kantuk menunggui kita bercerita 😀 Ah aku rindu sangat padamu. Sangat.
Terima kasih telah mewarnai tahun-tahun kuliahku dulu 🙂
True friendship is not being inseparable. It’s being seperated but nothing changes between us.
Sahabat sehati tak akan lekang oleh waktu..
Benar bangeeet
kayak lagu ya kak 🙂
Selamat ulang tahun, Kak Nila..! ^_^
Saya suka dengan kalimat penutup postingan ini, Kak Eka.. ^_^
Sahabat itu memang selalu di hatiiii
nila teman baik ya kak eka?
Teman baik bangeeet. Udah kayak sodara
Selamat Ulang Tahun Nila,,
Beruntungnya mempunyai sahabat yang selalu ingat detail kenangan, walau pertemuan sudah menjadi hal yang langka, tapi rasa kebersamaan itu selalu ada dan tak pernah pergi.
We spent years together 🙂 banyak banget kenangannyaaaa
Temen baik di masa masa kuliah itu emang gak bisa dilupain yaa mba Eka, serasa jadi sodara seperjuangann
Iyaaaaa. Udah kayak sodara memang
Kita mungkin memiliki banyak sahabat, tapi mungkin sedikit di antaranya yang benar-benar lekat 🙂
Tingkatanku adalah teman dan sahabat Sahabatku sedikit tapi temanku banyak 🙂
It’s true friend. Manis.
Thank you ^_^
Selamat ulang tahun Nila. Senangnya punya sahabat seperti beliau yach kak. Semoga suatu saat bisa bertemu lagi dan reunian kayak dulu yach?
Amiiin. Iya nih aku kangen ama sahabatku itu
Bener banget ini 😀
jadi inget sahabat lama yg gak ketemu
Kalau saya Teman lama dah pada lupa namanya, tapi kalo lihat mukanya pasti ingat lagi tu namanya…. hehehe 🙂
Wkwk baper mode on bacanya kang :)) Susu Haji Sehat