Engkau Telah Menyentuh Hidupku

Education is not preparation for life; education is life itself -John Dewey-

Saya sedang memandangi jari-jari kaki dan asyik bermain dengan pikiran sendiri mengapa jari telunjuk, jari tengah dan bahkan jari manis di kaki-kaki saya ini mirip jempol semua ketika satu suara serak mengagetkan saya.
“Miss…, ini Miss Eka, kan?
Suara bariton itu bertanya sambil jemarinya menepuk-nepuk pundak kanan saya. Oke, ditengah jeritan anak-anak kecil yang tak sabar mengantri tiket bioskop, jelas suara seksi itu berhasil menarik perhatian. Saya menoleh ke kanan. Di sana berdiri sesosok pria dengan kaos putih gombrong dan jins kedodoran. Gayanya slebor, cenderung cuek tapi gaya kacau balau begitu tetap tidak bisa menutupi karisma yang menguar dari pria muda ini.
“Ya? Saya?” Jawaban pendek itu meluncur dari bibir ini diikuti dengan kerut-merut di dahi tanda saya tak mengenali pria muda tinggi menjulang dengan aroma Woody Musk ini.
“Saya rasa Miss Eka gak inget saya, tapi saya murid Miss Eka 10 tahun lalu.”Kembali ia mengangkat suara memberikan sedikit penjelasan tentang siapa dirinya. Tapi ah dasar usia sudah semakin tua, saya tetap tidak ingat siapa orang ini! Sekarang bukan hanya keryitan di dahi tapi juga mata saya pun memicing, semua organ-organ tubuh bersatu padu berusaha menyegarkan ingatan saya.
Apa yang seorang guru tuliskan di papan tulis kehidupan tidak akan pernah terhapus. -Anonim-
Pria muda itu mendesah perlahan sebelum melanjutkan kalimatnya, mungkin dia kebingungan kenapa perempuan yang dipanggil Miss Eka dan yang katanya juga adalah gurunya dulu itu punya ingatan yang tumpul padahal baru 10 tahun berselang.
“Tahun 2002 dulu, Miss Eka praktek mengajar di SMA di mana saya bersekolah. Di Kelapa Gading sini, Miss. Saya Mario. Itu lho yang duduknya selalu paling belakang, sering menyendiri dan bahkan sering tidur waktu Miss Eka ngajar dulu.”  Mario sedikit menyeringai menahan malu saat ia menyebutkan kalimat sering tidur itu sementara saya tergelak.
“Ha ha ha. Woow kamu! Kamu Mario? Wow?” Senyum saya mengembang, bayangan kelas praktek ketika saya masih menjadi mahasiswa keguruan tingkat akhir 10 tahun lalu mendadak memenuhi ingatan saya. Memori ini sudah pada alur yang benar nampaknya.
Anyway Miss, saya cuma mau mengucapkan terima kasih untuk apa yang telah Miss Eka lakukan kepada saya.”
“Memang apa yang udah saya lakuin ke kamu?” Tanya saya bingung.
“Mungkin Miss Eka gak tau tapi Miss Eka telah mengubah hidup saya. Miss Eka ingat? Dulu saya murid pemurung, sering bolos bahkan kalau pun masuk saya bakalan tidur di pojok kelas. Sudah berkali-kali saya dipanggil guru BP dan diperingatkan kalau masih malas dan bolos terus saya tidak akan naik ke kelas III.”
Ada nada sedih di suaranya dan saya hanya mengangguk-angguk mendengar ceritanya. Saya ingat, Mario ini memang murid bermasalah banget, bukan karena badungnya tapi memang karena sikap cuek bin malasnya itu ampun-ampunan deh. Bukan cuma cuek perilaku tapi juga cuek sama masa depan dirinya sendiri seolah hidup segan mati pun tak mau. Alhasil semua nilainya di bawah rata-rata kelas.
“Lalu Miss Eka masuk sebagai guru pengganti. Praktek 6 bulan katanya. Seperti sebelumnya, saya tetap bolos. Tapi yang saya dengar, Miss Eka menanyakan saya dan menitipkan salam supaya masuk kelas. Terus terang Miss, gak ada guru pernah kirim salam sama saya sebelumnya dan karena penasaran akhirnya saya masuk kelas Miss Eka.”
Hampir saya tersedak mendengar cerita Mario. Oh Tuhan! Segitu naifnya saya dulu pas praktek ngajar ya. Mario benar, mana ada guru kirim salam sama muridnya! Hahaha. Tapi jujur, tak ada niatan apapun mengirimkan salam, murni perasaan tulus seorang guru praktek nan lugu yang mencari muridnya.
To teach is to touch someone’s live. The best teachers teach from the heart….
“Ketika saya masuk kelas Miss Eka pertama kali, saya sengaja mencari pojok ruangan supaya bisa tidur. Tapi Miss Eka menghampiri, menanyakan kabar saya. Tanpa ada nada menghakimi karena saya bolos terus, tanpa nada mengintimidasi karena malas. Miss Eka menawarkan pertemanan dan perhatian tulus. Menanyakan apa masalah saya. Taukah Miss, di hari itu saya bertengkar hebat dengan tante yang menjadi wali saya sementara orang tua di Bali. Tante saya yang hobby clubbing itu taunya cuma marah-marah tiap kali melihat surat dari guru BP tanpa berusaha menyelami ada apa di balik itu. Saya baru pindah setengah tahun sebelumnya, tidak ada yang menanyakan apakah saya sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan baru, tidak ada yang menanyakan apakah saya betah di Jakarta atau kangen Bali. Plus saya tinggi bongsor dan kikuk jadi saya pun menutup diri. Tapi Miss Eka tidak melangkah pergi melihat tembok cuek yang saya susun, Miss Eka berusaha masuk menjadi kawan saya. Selama setengah tahun di Jakarta belum ada yang mau menjadi kawan saya Miss…” Sampai di situ saya lihat Mario menarik napas sebentar, suaranya sedikit bergetar.
“Miss Eka adalah kawan saya yang pertama sekaligus guru saya. Kepedulian Miss Eka membuat saya merasa tidak sendirian, saya merasa diterima. Saya.. saya merasa dikasihi dengan kasih tulus, seperti kasih persaudaraan.”
Entah kenapa mendengar penuturan Mario, mata saya mendadak panas. Saya koq mau menangis ya, saya koq merasa terharu. Tapi saya tahan semua perasaan itu. Saya malu. Setelah menyesap minuman di tangannya dan meraih kembali ketenangan diri, Mario melanjutkan bicaranya. Nampaknya ia tidak mau berhenti dan saya pun ingin mendengar kelanjutan ceritanya.
“Saya menyukai pendekatan personal yang Miss Eka lakukan. Bukan cuma mengejar target berapa halaman buku pelajaran yang harus diselesaikan tapi peduli akan penguasaan materi. Miss Eka selalu menyemangati kami dan bilang, ayo semua pasti bisa kalau mau berusaha. Come on, say it in English with the right expression.  Dan Miss Eka tidak akan mau mengajari materi lain sebelum memastikan bahwa kami semua sudah memahami materi sebelumnya. Saya senang cara Miss Eka mengajar, games-nya, semangatnya, aura postifnya. Saya jadi PD ngomong bahasa Inggris, dan yang terpenting saya merasa hidup, Miss.”
Masih dengan mata yang panas, saya ingat masa-masa itu. Saya memang menerapkan beberapa aturan  di dalam kelas, diantaranya:
1. Salah itu manusiawi.
Jadi, tidak apa-apa bicara dengan kosakata yang tidak tepat, salah grammar, salah apapun itu di dalam kelas karena melakukan kesalahan adalah bagian dari proses pembelajaran. Lalu untuk menjaga kepercayaan diri murid-murid, saya memastikan tidak ada yang boleh menertawakan temannya ketika berbuat salah. Ini pelajaran Bahasa Inggris, pelajaran yang bagi banyak orang menjadi momok seperti kimia, fisika atau pun matematika jadi saya mau setiap murid merasa nyaman di dalam kelas, tidak merasa takut ketika mereka salah. Tidak juga merasa terinitimidasi oleh rekan-rekan sekelasnya. Dengan begitu tercipta kelas beratmosfer positif sehingga semua terpacu untuk maju.
Atmosfer positif di dalam kelas membangun keingintahuan, semangat belajar dan suasana menyenangkan.
2. Tidak meninggalkan murid yang tidak bisa.
Saya berusaha agar semua murid memahami materi yang diajarkan, kalau belum semua mengerti, saya tidak akan lanjut ke bab berikutnya. Sulit. Dengan 40 orang siswa di dalam kelas, jelas itu sulit. Ada 40 kepala dengan kemampuan berbeda-beda yang harus diajar, oleh karenanya saya membuat kelompok-kelompok kecil di mana murid yang lebih pandai menjadi semacam mentor bagi murid yang lemah. Yang ingin saya tanamkan adalah tidak ada orang yang sukses sendirian. Orang sukses pasti butuh orang lain. Murid pandai yang sudah mengerti tidak akan bisa mempelajari bab berikutnya kecuali mereka menolong yang lemah sementara yang lemah tau bahwa mereka menghambat kemajuan kelas jadi harus berusaha lebih keras memahami pelajaran agar bisa masuk ke bab berikutnya. Ini mendidik mereka untuk maju dan sukses bersama-sama, bertoleransi dan saling membantu satu sama lain.
Bagi saya, menjadi guru itu bukan hanya mengajar tapi juga mendidik. Mengapa begitu?  Secara etimologi, mengajar diartikan sebagai memberi pelajaran, melatih, memarahi (KBBI) dengan begitu mengajar dapat diartikan sebagai transfer pengetahuan atau kegiatan teknis sehari-hari guru. Di sisi lain, masih menurut KBBI, definisi mendidik adalah memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiranDalam pendapat saya, mengajar yang baik haruslah mengikutsertakan proses ‘mendidik’ sehingga ada  proses perubahan ke arah yang lebih baik untuk membentuk manusia dengan sikap dan kepribadian apik. Sejatinya seorang guru itu melakukan suatu transfer budaya dan transfer nilai-nilai bukan hanya transfer pengetahuan. Guru itu melakukan pembentukan karakter dari contoh dan perilaku sehari-hari. Saya memang guru bahasa Inggris, tapi saya sadar saya bukan hanya mengajarkan bahasa asing tapi juga mengajarkan arti menjalani kehidupan itu sendiri. Oleh karenanya sebisa mungkin saya berusaha memberikan teladan dan menyisipkan filosofi kehidupan di dalam kelas-kelas pengajaran saya.
 “dan lihat saya sekarang, Miss….,” Kata-kata Mario barusan membuat pikiran saya kembali ke masa kini.
“Saya yang katanya hampir dikeluarkan dan tidak naik kelas ini akhirnya lulus SMA. Saya kuliah dan sekarang membuka beberapa usaha, Miss. Kalau mobil Miss Eka ada masalah nanti mampir ke bengkel saya ya.” Katanya sambil menyerahkan kartu nama dan kemudian menggenggam kedua tangan saya.
In teaching you cannot see the fruit of a day’s work. It is invisible and remains so, maybe for twenty years. -Jacques Barzun-
“Miss Eka bilang bahwa saya bisa mengejar mimpi saya walaupun orang tua jauh di sana. Miss Eka bilang bahwa dibalik setiap kesulitan ada kesempatan dan ini adalah kesempatan buat saya membuktikan bahwa saya bisa berkarya, bisa berhasil walau saya tidak seperti murid-murid lain yang berlimpah kasih sayang keluarga. Miss Eka… You have no idea how you have touched my life that day. Thank you so much, thank you for changing my paradigm,  you made me believe that I can be somebody as long as I put all my effort on that. Thank you...
Sampai di situ, sampai di kata-kata itu, saya tak lagi bisa membendung air mata ini. Saya menangis haru dan saya lihat ada bening-bening kaca di sudut mata Mario juga. Saya diam tergugu, di tengah mall yang bising tak tentu. Benar apa kata orang, mengajar itu menyentuh kehidupan seseorang, mendidik sehingga ada perubahan yang lebih baik dan saya melakukannya…… Bahkan tanpa saya tau itu.

 

–00O00–
.
.
.
.
*Atas permintaan Mario maka nama yang digunakan bukanlah nama aslinya namun artikel ini adalah kisah nyata saya dan Mario, murid saya 10 tahun lalu itu.
Gambar-gambar diambil dari http: //wallpapersup. net

53 respons untuk ‘Engkau Telah Menyentuh Hidupku

Add yours

  1. woww… keren mba… semoga menjadi inspirasi buat para guru yang sempat mampir ke sini. bahwa, materi dalam lembaran kertas itu belum apa-apa ketika kita tidak mencoba masuk ke dalam diri seseorang. tfs ya Jeng

  2. Eka, pagi-pagi dah bikin terharu baca cerita ini. Bener Ka, saat kita merasa tidak melakukan apa-apa terhadap anak didik kita saat itu ternyata ada yg bisa mendapatkan manfaat dari hal yang kita lakukan. Menyenangkan memang saat beberapa tahun kemudian kita mendapati mantan anak didik kita dan mereka masi ingat kita dan hal positif yg mereka bisa sadari beberapa tahun kemudian. Thanks for inspiring story nya ya Ka 🙂

  3. Haish pantes colak-colek di twittter……ternyata punya kisah keren banget……..
    Makasih sudah mencolek hehe……..
    Belajar banyak dari kisah mario

  4. touching!

    *meski sedikit “kecele” pas liat banner di akhir postingan* 😆

    anywaaayyy.. i’m also had this kind of experience.. suatu ketika disamperin sama satu orang (yang katanya) junior di kuliahan, dan dia berterimakasih karena udah diajarkan tentang kedisiplinan dan juga solidaritas saat ospek.. — yang berarti “mentoring” saya pas ospek dulu begitu mengena.. 😛

    1. Tanpa lomba itu, gue memang mau nuliskan cerita ini Bil 🙂 kebetulan ada lomba jadi sekalian…
      Ah lu punya pengalaman yg sama ya? Tau kan rasanya? Kebahagiaan tersendiri ya Bil menemukan hal2 begitu.

      Eh jadi penasaran deh pas ospek dulu barti lu gak galak ya?

      1. justru… pas ospek -katanya sih- paling galak dari semua panitia ospek.. 😆
        dan, ini ospek kampus pula, jadinya (dan seharusnya) yang dapet “pelajaran” ga cuman dia.. tapi sekampus satu angkatan.. *doh*

        tapi ya.. memang pengalaman seperti ini membahagiakan kok. “menemukan” bahwa ada orang yang terbantu karena kita itu.. membuat kita benar-benar terasa berguna. 🙂

  5. tentang kisah ini, memang seh, sisi sosial dan manusiawi itu lebih ditonjolkan dalam mendidik.
    saran dan nasihatnya mengena, salah itu manusiawi. kebanyakan orang (saya) tidak mau tahu kenapa salah.

    ngomong2 aku juga mau ikutan lomba ini, 😀 hari ini terakhirkan.
    nggak jadi ikutan saja ahh, tulisane sampyan keren 😀

  6. Aih….mengharukan mba.. dan aku jd ingat waktu sempat mengajar dulu, apakah sudah sempat ‘mendidik’ jg seperti dirimu, semoga saja ya 🙂

  7. dari sd sampe kuliah kok aku belum nemu guru kaya gitu yang mendidik,
    pas jaman SMP sempat bikin perhatian dengan capaian nilai2 yg melonjak
    tapi cuma sebatas ditanya “slam kamu itu keturunan cina ya?” kok dia mengira gitu ya?
    sama “kamu itu orang kampung ini ya?” dan pernyataanya salah….
    cukup merasa diperhatikan, tapi gak sejauh yg mba eka kisahkan…

  8. Aku suka tulisannya Eka *meski ada banner lomba blog hehehe*..
    Berani belajar dan tidak takut membuat kesalahan. Aku suka. Aaakkkk *speechless*

  9. Jujur, aku pun berterima kasih sama guru-guru CBSA ku jaman dulu .. sehingga aku tahu, anak sekarang jangan dibegituin lagi 😀

    Cerita yang bagus, kak.

  10. saya jadi nangis nih bacanya… huhuhuhu. I’m not as good as you for an English teacher, but I want to be the best teacher for my students. Miss Eka, you have touched my heart, too..

  11. Luar biasa, Sis. Sangat menyentuh. Dan sebaliknya, jika seorang guru menjatuhkan muridnya maka itu pula yang akan tertanam dalam benaknya 😦

    Andaii semua guru kayak dirimu, Sis 😀

  12. serasa jadi bentuk lainnya mario. beda, tp senasib….
    berharap akan ada ‘miss eka’ yg datang menyentuh hidupku…
    :p
    inspiratip bgt mbak…thanks for share ^,^

    1. Holla Kiki 🙂 gak usah nunggu orang lain, gimana kalau dirimu yang menyentuh orang lain? dengan memberi “perhatian” seringkali malah kita merasa lebih bahagia lhoo

  13. Waaahhh… mbak eka ternyata guru bahasa inggris toh pendidikannya.. pantesan keren banget gitu englishnya 😀

    aahh.. baca ini jadi ada ide buat nulis kontesnya neh 😀

  14. guru yang baik tidak meninggalkan murtid yang tidak bisa ya kak. kak eka pa kabar? maaf saya baru bisa online. besok kta ketemuan di monas ya? 🙂

  15. mau dong.. diajarin miss eka yg baik hati! 😀 keren mba, aku jd punya insight lain tentang makna mengajar yg baik. bukan menggurui. thanks for sharing anyway 😉

  16. Mis tahun 2002 aku udah jadi guru selama 16 tahun, tapi jujur mis eka memang guru yang baik. apalagi jaman sekarang mis mengajar / mendidik bisa didefinisikan merebut hati siswa, susahnya minta ampun. salam kenal dari guru senior ( senior karena nelen kalender bukan ilmu ha.ha.ha )

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Blog di WordPress.com.

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: