Metamorfosa

Februari 1998

Kelas itu penuh dengan senda gurau khas remaja. Ada gelak tawa, ada sekumpulan siswi bergosip di sudut ruangan sementara disisi lain beberapa siswa terkekeh-kekeh mengamati sesuatu di kolong meja. Gambar sensual wanita dengan pakaian minim dari majalah dewasa mungkin. Sementara disini, dimeja paling depan yang tak lewat tiga meter jaraknya dari papan tulis, duduk bergerombol empat anak manusia berseragam putih abu-abu membentuk arisan sendiri. Ngobrol ngalor-ngidul tentang apa saja sembari menunggu dengan harapan sang wali kelas yang kebetulan Bu Hesti-guru Bahasa Inggris- itu tidak usah datang saja. Biar puas ngerumpinya, biar puas ngegosipnya.

“Ntar mau kuliah dimana?” tanya siswi dengan rambut keriting halus berparas ambon manise membuka percakapan.

“Gue?” tanyaku memastikan. Ia mengangguk.

“Gak tau deh,” jawabku sambil menaikkan kedua sisi pundak bersamaan tanda tak tahu.

“Yang pasti di Jakarta. Tau sendiri lah mama gue kayak apa. Parno banget kalo anaknya gak di depan mata,” ujarku lagi menambahkan.

“Hi hi hi pantes setelah si Palembang itu lu gak ada pacar ya Ka, nyokap parno, bokap sangar banget. Sapa yang mau sama lo!” ledeknya sambil memeletkan lidah.

“Sial lo!” jawabku sambil tersenyum menarik ujung rambutnya dan berteriak, “Rambut lo koq gak lurus-lurus siiiiih?!”

“Adaauw..!” Jeritnya sambil memukulku. Dan kami pun tertawa. Tiba-tiba ada suara nimbrung dari belakang.

“Gue mau jadi desainer. Gue mau kuliah di Es**d.”

Sejenak tawa kami terhenti demi mendengar suara bariton tersebut. Celoteh yang tadi terdengar mendadak senyap. Semua mata di kumpulan arisan dadakan tersebut menatap lekat-lekat siswa dengan rambut keriting halus setinggi satu centi yang dicat pirang itu (heran deh, semenjak SMA gue selalu dikelilingi manusia-manusia berambut keriting. Keriting membawa berkah mungkin 😛 hehe). Semua terdiam, entah apa yang berkecamuk dikepala kami yang mendengar impian salah satu kawan itu. Mungkin mengamini, mungkin juga meragukan. Bah! Jangan mimpi jadi desainer deh, yang glamour itu yang kayaknya serba mewah itu. Tinggal aja di Jakarta coret alias pinggirnya ibu kota koq ya mimpi jadi desainer. Atau mungkin juga mendoakan agar cita-cita tersebut terkabul. Entahlah. Tak ada yang tahu pikiran setiap kami kala itu.

“Tapi gue gak tahu gimana caranya kuliah disana. Mahal banget, hampir 40juta uang masuknya, mungkin gue nganggur dulu ngumpulin duit buat uang pangkalnya kali ya,” ucapnya lirih. Kali ini nada suaranya tidak seyakin kalimat pertamanya. Ada gundah dimatanya. Dan bibirku terkunci, tak tahu harus berkomentar apa. Sementara beberapa teman mulai merutuki, “Ampun deh, lagi happy-happy jadi mellow denger keluhan lo tau gak sih?” sentil salah seorang dari kami. Dan sobatku itu pun meminta maaf seraya berjalan ke tempat duduknya. Ternyata Bu Hesti sudah datang lengkap membawa tumpukan LKS yang mesti kami kerjakan.

November 2009

Jempol kaki kiriku bergerak-gerak seirama musik yang berdentum keras mengiringi lenggak-lenggok model kurus kering berkaki jenjang di atas catwalk. Aku menikmati sekali peragaan busana dalam acara Lomba Perancang Mode Indonesia 2009 ini. Para finalisnya sih memang masih muda-muda banget tapi karya-karyanya ciamik! Mulut ngangap, mata ngerjap-ngerjap. Wooow keren banget deh, heran gimana ya para finalis lomba itu bisa kretif sekali. Dapat idenya dari malaikat kali yah. Bersama Yessy, aku datang ke Fashion Show Jakarta 2009 di Pacific Place. Niatnya mendukung agar Jakarta bisa jadi Fashion Hub Asia untuk mode, sementara agenda terselubung cuci mata lihat cowok ganteng :mrgreen: baju keluaran terbaru.

“Ka, liat sini deh,” teriak Yessy sambil menjepretkan kameranya ke wajah. Refleks aku menebar senyum sebelum lampu flash mengabadikan momen itu kedalam pixel-pixel warna memory card.

“Boow… lihat fashion shownya dulu napa, sekarang lagi ditampilin karya desainer alumni lomba sebelumnya. Udah pada mateng nih desainernya” ujarku setelah itu.

“Lho kirain udah selesai, bla..bla..bla…,” aku tak mendengar lagi apa kata Yessy setelah itu, mata ini tertuju pada tulisan besar di layar. Sepertinya itu nama kawanku di SMA dulu. Mungkinkah namanya sama? Atau mungkinkah memang dia? Sobat dengan impian tinggi ke langit namun terbentur biaya. Yang berencana bekerja dulu sambil menabung, guna mengumpulkan modal untuk menimba ilmu di salah satu sekolah mode bergengsi di Jakarta. Mungkinkah impiannya itu tercapai? Ditengah hiruk pikuk suasana catwalk dapat kurasakan jantungku berdegub kencang. Dan mata ini berkaca-kaca, ketika disana aku lihat sosok yang ku kenal semasa SMA dulu berdiri menerima standing ovation atas karyanya yang baru saja di peragakan.

My dearest friend Muhammad Zacky Gaficky, yang dulu akrab kupanggil Vicky, engkau membuktikan bahwa menggantungkan impian setinggi langit diantara bintang itu tidak ada ruginya. Justru mereka yang tidak bermimipilah yang rugi besar! Dibarengi dengan kerja keras dan keuletan maka impian tersebut bukan mustahil untuk dicapai. Tanpa peduli cibiran ataupun pandangan meremehkan dari orang lain, engkau maju  terus. Berusaha keras menggapai cita-citamu. Keterbatasan tidak menjadi penghalang justru menjadi pemicu.

Memang keinginanmu untuk kuliah di sekolah mode terkenal itu tidak terlaksana namun ternyata engkau mendapatkan lebih dari itu; beasiswa dari College bertaraf Internasional dan juga menyabet penghargaan di ajang LPMI 2007. Ada rasa haru didada mengenang perjuanganmu dulu, mengingat jatuh bangun yang kau lewati, terlebih lagi melihat sosokmu saat ini. Dengan begitu banyak pujian dan apa yang telah kau capai sekarang, engkau tetap bersahaja. Masih ingat sholat Maghrib padahal digempur budaya hedonisme. Masih ingat pula nama lengkapku yang panjang kayak kereta api :mrgreen: padahal sebelas tahun sudah kita tidak berjumpa. Engkau telah bermetamorfosa dari school boy dengan mimpi yang hampir impossible menjadi seorang Zacky yang hasil rancangannya banyak menghiasai majalah papan atas Indonesia. I’m so proud of you!

52 respons untuk ‘Metamorfosa

Add yours

  1. Inspiring Story Ka …
    And you are right …
    “Justru mereka yang tidak bermimpilah yang rugi besar”

    Sukses untuk Vicky …
    (udah bisa nembus Pacific Place)
    (Hanya orang-orang pilihan yang bisa nembus kesana …)
    (hehehe)(senyum simpul gitu deh …)
    .-= nh18´s last blog ..NOSTALGIA SIKIT =-.

  2. law attraction ini ya. siapa yang meyakini mimpinya, seimposible apapun keliatannya, pasti bisa teraih asal usaha.
    merinding ih mbak eka….:) inspiring banget Zacky tuh

  3. jadi terharu mba..itulah hidup bagai roda yang terus berputar dan selalu membalikkan keadaan dan tak ada yang mustahil dimata Tuhan jika kita mau bekerja keras, bukan tak mungkin Tuhan akan mengabulkan do’a kita *gabruckk*(mulai sok bijak gw)

    selamat malam & selamat beristirahat Mba Eka

    -salam- ^_^
    .-= Hariez´s last blog ..Kenapa ? =-.

  4. When the going gets tough.. the tough gets going..
    Itulah kualitas bagi para pemimpi dalam upayanya mewujudkan sang mimpi itu..

    Moga2 kedepannya dimudahkan yah… seneng udh bisa mampir kesini, salam hangat dari afrika barat!

  5. huaaa… emberrr… pastilah ngerasa bangga saat temen yang kita kenal dulu menjadi salah satu orang hebat dan yang lebih membanggakan lagi, dia masih kenal dengan kita. good friend 🙂

    pakabarmu mba?

  6. waw..! luar biasa…
    mimpi + kerja keras + doa = jaya
    itu yang aku dapatkan pelajaran dari kisah sahabatmu itu Ka… salutku buatnya 🙂

  7. wahhh, keren banget mbak..
    membuktikan ternyata masih banyak jalan ke roma ya mbak..
    meskipun tidak melalui jalan yang diharapkan, tapi bukan berarti tidak bisa menggapai impian..
    nice!

  8. gw juga bangga kok punya temen lw mbak. apalagi ntar kalo lw dah tenar dan jadi artis, masih ingat ma kita kita he he he

    sodorin tangan, salaman

  9. Setiap mimpi memang selalu memberi jalannya sendiri. Jadi yg tidak pernah bermimpi seperti berjalan di lorong yg gelap dan tanpa petunjuk arah.

    Meskipun dari awal cerita aku dah nebak endingnya, tapi nggak nyangka bahwa si Vicky mendapatkan yg lebih dr impiannya.

  10. zacky Gaficky… saya tau dia dari Femina magz. Dari pertama, saya sudah jatuh cinta dengan desainnya. Baca blog ini membuat saya ikut terharu. Saya punya mimpi yang sama. Saya punya cerita yang sama. Zacky gaficky adalah inspirasi. Semoga suksesnya dia menular ke diri saya. Sukses kawan 🙂

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: