Geliat Sinema Laga Indonesia; Review Film Pendekar Tongkat Emas

“Apa?! Film laga Indonesia ada di bioskop?! Yang bener nih?! Begitu saya membatin saat melihat poster Pendekar Tongkat Emas yang bertaburan di media sosial dari beberapa waktu lalu. Aaaaa, penasaran banget nggak sih?

Walaupun film ini didukung tim yang sangat mumpuni, sebut saja Mira Lesmana dan Riri Reza yang memang sudah punya nama di dunia perfilman Indonesia… Tetap saja saya saya nggak berani menaruh ekspektasi terlalu tinggi. Saya takut kecewa. Jadi saat pemutaran perdana. Pendekar Tongkat Emas, saya pergi ke bioskop tanpa terlalu berharap apapun.

Rame-rame nonton Pendekar Tongkat Emas di Bioskop
Rame-rame nonton Pendekar Tongkat Emas di Bioskop
Ceritanya daku pengen jadi Tara Basro dan si Abang jadi Reza Rahadian. FAIL :mrgreen: hahaha
Ceritanya daku pengen jadi Tara Basro dan si Abang jadi Reza Rahadian. FAIL :mrgreen: hahaha

Tapiii.. Ekspektasi saya berubah setelah menonton film ini. Kereeen bangeeeet! Film Pendekar Tongkat Emas dibuka dengan narasi suara teduh khas Christine Hakim yang langsung membuat hati merenung karena kedalaman filosofinya. Setelah itu mata akan dimanjakan oleh alam Sumba Timur yang luar biasa indah. Saking indahnya saya sampe memasukkan Sumba Timur dalam bucket list tempat harus saya kunjungi. (dear God, please take me to Sumba Timur one day!)

PTE 6Disutradarai oleh Ifa Isfansyah, film ini berkisah tentang Cempaka, Sang Pendekar Sakti pewaris terakhir ilmu jurus Tongkat Emas Melingkar Bumi yang berencana menurunkan ilmunya kepada salah satu muridnya. Namun sebelum ia berhasil menurunkan ilmunya, Cempaka tewas terbunuh dan tongkat emas pun jatuh ke tangan yang tidak semestinya. Jadi, apakah tongkat emas akan kembali kepada yang berhak? Apakah dunia persilatan dan penduduk dusun dapat hidup tenang? Nonton sendiri ya filmnya… Saya nggak mau spoiler 😉

Mitos yang Terpatahkan
Biasanya, kalau banyak pemain papan atas berperan di satu film maka filmnya jadi biasa. Nggak nendang gitu deh. Tapi Pendekar Tongkat Emas mematahkan mitos itu. Dukungan Slamet Rajardja, Christine Hakim, Nicholas Saputra, Darius Sinatria, Reza Rahardia, Eva Celia malah memberikan greget tersendiri. Semua pemain saling menyatu. Tidak ada yang berusaha menonjolkan diri sendiri. Semuanya terasa pas. Ohya, saya harus mengapresiasi akting Tara Basro yang menawan. Duh, aktingnya total banget. Sangat menjiwai! Saya terbawa suasana banget dan sampai sebal sama dia. Tapi saya sadar, akting yang baik itu yang membuat penonton melibatkan emosinya bukan?

Sumba Timur yang menjadi lokasi setting sungguh menawarkan alam klasik yang pas banget sama jalan cerita PTE.

Dimanjakan Sepanjang Film
Ah, baru kali ini mata saya dimanjakan sepanjang film berkangsung. Selain lokasi film yang cantiiiik banget, wardrobe ciamik hasil kreasi Chitra Subiakto, tata suara keren yang tepat banget momennya hingga quote-quote inspiratif menghiasi film ini. Nggak heran sih, ada Seno Gumira Atmaja masuk sebagai salah satu penulis skripnya. Satu kutipan yang saya suka adalah, “Sanggupkah menahan diri untuk tidak menang karena sesungguhnya tidak ada kemenangan dalam ilmu apapun ketika kemenangan selalu menjatuhkan korban.”

PTE 9Adegan silat di film Pendekar Tongkat Emas (PTE) sukses bikin saya menahan napas. Gedebag-gedebug dengan tempo cepat dan jurus-jurus menawan.

Penuh Kejutan
Menonton Pendekar Tongkat Emas itu seperti makan paket lengkap. Semuanya ada. Penggarapan yang serius dan persiapan yang matang membuat Pendekar Tongkat Emas ini sangat menyenangkan untuk ditonton. Sepanjang film perasaan saya campur aduk oleh jalan cerita film yang sangat mengesankan. Jadi pas nonton itu, saya kayak orang gila. Mulai berdecak kagum dengan setting filmnya yang luar biasa keren, terharu melihat kesetiaan saudara seperguruan, kesal, marah dan jengkel saat melihat pengkhianatan manusia demi kekuasaan hingga menangis sedih di momen-momen tertentu. Habis deh itu tangan suami, saya remas-remas tiap kali hati saya berubah suasana. :mrgreen:

Nilai Moral yang Kuat
Ada banyak hal yang dapat saya petik dari film berdurasi 112 menit ini. Ada nilai kesetiaan memegang janji dan menepati konsekuensi apabila melanggarnya. Ada nilai kerja keras dan semangat tak menyerah yang harus terus dikobarkan demi mencapai cita-cita. Dan juga, film ini mengajarkan betapa kepentingan orang banyak harus didahulukan di atas kepentingan diri sendiri. Sungguh, saya menyukai film ini. Sudah semakin jarang film bagus yang mengusung nilai-nilai edukasi bagi yang menontonnya. Namun film ini menjadi salah satu yang dapat menyematkan nilai budi pekerti luhur dengan sangat apik.

Tonggak Kebangkitan
Menonton film ini mengingatkan saya pada masa kecil saya. Saya ingat, dulu bapak saya rajin mengajak saya nonton layar tancap film laga Indonesia. Juga sandiwara radio serta novel-novel tentang cerita silat pun bertaburan di mana-mana. Menonton Pendekar Tongkat Emas seolah membawa saya kepada masa itu. Semoga Pendekar Tongkat Emas menjadi tonggak kebangkitan kejayaan film laga Indonesia dan besar harapan saya film silat dapat kembali merajai bioskop-bioskop kita. Salute all PTE’s crew! You’ve done a great job!

Jadi, kapan kita ke Sumba Timur?

69 respons untuk ‘Geliat Sinema Laga Indonesia; Review Film Pendekar Tongkat Emas

Add yours

  1. keduluan nonton nih sama mba. beberapa teman memang merekomendasikan film ini. dan ingat juga janji Miles, kalau jumlah penontonnya membludak, akan dibuat AADC2. hehe

  2. satu hal yang sangat saya sadari dr sepanjang nonton film ini. yaitu.. rambutnya nicholas kentara bgt rebondingan.wklwkwk *kelewatsalahfokus
    saya dr awal sudah expektasi berlebihan sama inih film.dan tyernyata emg WWOWW hasilnya. actor, setting, alur cerita, dan lain2nya semuanya MEMUASKAN.
    and agree!!! aslii pemandangan sumba timur kwerrrrreeenn sekaliiii…..

  3. wah bagus ya? reviewnya jd penasaran juga sama ini pilem. Tapi knp mesti pilem silat ya, kalau mba mira ingin mnyampaikan pesan sebesar ini. Zaman skarang orang2 senangnya ngedrama, tambahan dgn adanya imbas budaya kpop. Cuma org2 yg lahir sbelum 90an yg kenal pilem silat. IMHO, nih pilem butuh ngencar bget promosinya klo ingin dikomersilkan.
    *alam NTT memang bagus mba, pantainya alami, mau ke sumba, bajo, riung, bajawa. The view is really great.

  4. ya ini mimpinya mba mira, org2 idealis yg tahu apa yg beliau inginkan walau diluar yg biasa. Org yg benar2 terjun kedunia yg mereka senangi sepenuh hati…
    oh, utk sumba not yet mba, kalo yg lain yg aku sebutin udah. Try bajo first, dari bali 40 menitan, coba liat kebawah pada saat pilot umumim kita mau mndarat di labuan bajo, deretan pulaunya lebih tua dari jurasic park, tpi asli bukan tipuan sinematografi.

  5. saya sudah menonton film ini. film yang bagus sekali karena di garap dengan serius dan adegan2 silatnya keren habis… dari awal sampai akhir selalu berdecak kagum saya dibuatnya. dan memang bisa membuat kita ingin traveling kesana. sungguh rugi untuk dilewatkan. semoga setelah ini bermunculan film2 silat budaya indonesia. salut….

  6. aduh saya suka film genre silat-silatan kaya gini, tetapi karena kemarin jalan sama cewe yang katanya ga suka fim negeri sendiri, ya jadi saya pilih film yang lain (gengsi).. masih ada ga ya di bioskop.. bagus ulasan-ulasannya, macam kritikus film.. nice job and sharing. Kapan ya Indonesia ada film lagi yang silat-silatan kaya gini?

  7. Mbak Ekaaa.. udah lama bingits ngga mampir yah!

    Aku sukaaa banget PTE ini, sumpah dari awal sampai akhir film serius banget nontonnya! Kereeeen abis, apalagi bagian mas Nico-nya :)) Ampun dah, dadah dadah sama Bang Reza.. maap yaaa.. ngga diperhatiin, haha

    BTW, emang si Tara Basro ituuu yaaaa… ngeselin banget, culas! Tapi ngga kayak culas pemaen2 sinetron Indonesia yang backsoundnya jreng jreng jreng jreng gituuu.. 😀

    Salam buat Bastian mbak! 😀

  8. blog ini luar biasa, banyak ilmunya dan tulisannya berkualitas
    maksih infonya, semangat bacanya
    salam kenal dan sukses …
    ditunggu info terbarunya

Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Atas ↑